Bag.7

1.9K 129 1
                                    

Hal yang tak ingin ku rasakan adalah kehilanganmu...
Karena itu biarkanlah rasa ini menjadi rahasia antara aku dan tuhan...

~ from namira to aldo~

"Disini?"tanya aldo setelah menghentikan motornya di depan sebuah rumah mewah.
"Iya disini kak"ucap namira seraya turun dari motor lalu memandang wajah tampan aldo yang sedang mengeryit mungkin heran.
"Kenapa??"kini namira yang mengeryit heran,tatapan aldo seolah ia tak percaya jika namira tinggal di rumah itu.
"Aku emang tinggal disini,kakak gak percaya???"
"Eehh..eng-enggak bukan gitu kaka percaya kok"jawab aldo hati-hati di takutkan akan menyinggung perasaan namira lalu menundukan kepalanya.
"Ini rumah mantan majikan ayah dulu"jelas namira menjawab kebingungan dari wajah aldo.
"Cuman numpang kok,kan kakak tau aku pengen banget tinggal di jakarta tapi terhalang restu karena gak ada keluarga disini jadi ya dititipin dirumah ini"imbuhnya.
"Namira"panggilan itu membuat dua insan didepan motor menolah kearah samping dimana sang pemanggil berada.
"Mbak aisyah"
Aisyah berjalan mendekati dimana namira dan aldo berada dengan wajah senang sekaligus lega.
"Kamu kemana aja mbak sama keluarga semua kahwatirin kamu"ucap aisyah seraya memeluk tubuh namira erat.
"Aku gak kemana- mana kok mbak,oh iya kenalin ini kak aldo kakak kelas plus temanku dulu"ucap namira semanngat setelah melepaskan pelukannya dari aisyah.
Aisyah terseunyum lembut lalu memperkenalkan dirinya yang dibalas balik oleh aldo.
Setelah beberapa menit mengobrol ahkirnya aldo memutuskan untuk pamit pulang.
Aisyah dan namira sedang berjalan menuju pintu rumah mereka.saat membuka pintu sudah terpampang seorang laki-laki sedang berdiri sambil bersedekap dada tak lupa tatapan tajamnya yang senantiasa menghunus siapa saja yang menatapnya.
"Mbak tinggal dulu ya namira"ucap aisyah sebelum berlalu meninggalkan dua insan yang saling menatap.
Tatapan namira beralih kepada aisyah
"Iya mbak"lalu aisyah berlalu dari mereka
Terjadi keheningan untuk beberapa saat sampai namira memutuskan untuk pergi kekamarnya.
"Mau kemana?"tanya suara berat yang terkesan dingin kepada namira.
"Bukan urusan lo"jawab namira ketus
"Sudah saya bilang urusan kamu urusan saya juga_"
"Urusan gue bukan urusan lo,sebaliknya urusan lo juga bukan urusan gue,jadi lebih baik kita urus aja urusan kita masing-masing"sentak namira memotong ucapan rangga lalu pergi meninggalkan rangga.

"Huffttt....akhirnya"ucap namira lega setelah menjatuhkan tubuhnya dikasur empuk king size-nya,ia mencoba tuk menutup matanya sebelum suara decit pintu dibuka menggagalkan rencananya untuk tidur.Tak mau menanggapi ia berusaha untuk menutup kembali matanya.
Dan sekarang goyangan kasur yang sedang dinaiki kembali membuatnya terpaksa membuka mata.
"Mau apa lagi s__"ucapannya terpotong tak kala seseorang memeluknya dari belakang,untuk sesaat tubuhnya menegang namun ia berusaha untuk merileks-kannya kembali.
"Saya minta maaf untuk yang kemarin"ucap seseorang yang memeluk namira dari belakang yang tak lain Rangga.
"Lo apa-apaan sih"sentak namira melapaskan rangkulan tangan rangga di pingginya namun tak bisa karena rangga keukeuh tak ingin melepaskan.
"Lepasin gak"
"Gak mau sebelum kamu maafin saya"ucap rangga lebih mengeratkan pelukannya pada namira.

Dia kenapa sih tiba-tiba kayak gini. Batin namira

"Terserah"ucap namira pasrah,percuma ia memaksanya bukannya lepas malah tambah erat.
Dengan berat hati ia tidur di pelukan suami yang dibencinya yang sialnya sangat nyaman.

Suara hembusan napas tenang keluar dari hidung namira,rangga yang melihatnyapun tersenyum. Dibenarkan helaian rambut namira yang menjuntai menghalangi mata cantiknya diselipkannya kebagian belakang telinganya.

"Kamu masih sama seperti dulu ira"bisik rangga pelan disamping telinga kanan namira
"Andai kamu ingat saya"tambahnya,dan setelah itu iapun ikut memejamkan mata sembari tanganya memeluk erat pinggang gadisnya. Iya gadisnya,sampai kapanpun ia akan menjadi gadisnya,wanitanya,istrinya,ibu dari anaknya dan cinta pertamanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next...

Bukan Istri Ke-tigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang