Bag. 24

1K 88 3
                                    

Saat kebenaran mulai terungkap satu persatu kepermukaan.
A

kankah aku mampu menerimanya?

Namira_

"Kenapa kita kemari pah?" tanyaku seraya mengikuti langkah papah mertua menuju sebuah ruangan kecil berukuran tiga kali dua meter yang berada tepat dibelakang rumah.

Ruangan yang tak pernah aku injak sebelumnya, bahkan mbak aisyah bilang dirinya pun juga mbak arini tak pernah masuk kedalam ruangan itu.

Ruangan itu selalu terkunci rapat, sekedar untuk dibersihkan pun belum pernah. Tak heran jika banyak sarang laba-laba di atap langit-langitnya pun dengan lantai yang kusam dan kotor karena tak pernah di pel.

Menurut Art yang sudah bekerja disini sekian tahun pun, ruangan itu adalah yang sangat di jaga ketat oleh rangga maupun papah mertua.

"Karena jawaban yang kamu tanyakan semuanya ada di dalam."

Ucapan ayah mengembalikan atensiku yang semula mengamati tampak luar ruangan ini.

Kenapa jawaban ku ada didalam sana?

Aku melihat papah mertua mengeluarkan sebuah kunci kecil dari dalam dompetnya, aku mengeryit kenapa ia menyimpan kunci dalam dompet seolah-olah ia sengaja menyimpannya disana

Dan akan mengeluarkannya di waktu yang tepat.

Apa ini waktu yang tepat?

Eyyy.. aku menggeleng menolak spekulasikiku, memangnya apa aneh nya menyimpan kunci dalam dompet?

Cekklekk..

Pintu puntih kusam yang tak pernah menampakan isinya itu kini mulai terbuka.

Dorongan kuat dari tangan ayah mertua berhasil menimbulkan suara decitan antara pintu dan lantai yang beradu membuat telingaku tak nyaman.

"Masuklah!" titah papah setelah membuka setengah daun pintu, kemudian mulai memasuki ruangan.

Pertama kali yang kulihat saat berada di dalam ruangan ini hanyalah Gelap.

Hanya ada satu sumber pencahayaan dari jendela kecil tepat di sebrang pintu.

Tuk..

Ruang yang awalya gelap kini telah diterangi lampu, papah mulai berjalan ke arah pintu lalu menutupnya.

Kemudian ia kembali melangkah mendekati sebuah rak yang tiap sisinya terbuat dari besi, ia tampak berhenti setelah menjangkau sebuah kotak dus kemudian tampak menimang-nimang sesuatu.

"Kamu tahu alasan papah selalu mengunjungi rumah ini lebih dari dua kali dalam sebulan?"

Aku mengeryit lalu mulai berdifikir "karena papah merindukan mas rangga?!" Ujarku sekenanya

Papah tampak tersenyum "Bukan! Tapi karena papah harus membersihkan ruangan ini."

Aku kembali melihat lamat-lamat ruangan ini, jika dibandingkan keadaan luar tadi disini tampak jauh lebih bersih dan terawat.

Bukan Istri Ke-tigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang