Bag. 26

899 64 11
                                    

...
..
.

Aku tak pernah menyangka bahwa hubungan kami terjalin lama sebelum perjodohan ini terjadi, entah apa maksud dari semua ini, entah apa yang ku jalani saat ini nyatanya fakta yang kudapat malam itu mampu membelenggu pikiran ku untuk berpusat padanya.

Rangga pria yang di awal-awal pernikahan kami sangat ku benci, pria yang selalu ku tolak mentah-mentah saat ia berusaha mendekatiku, pria yang tidak kuhormati..

Arghh.. sikap buruk apalagi ku lakukan padanya selama ini.

Faktanya banyak sekali, tak terhitung dari awal sampai akhir saat in- sikap buruk yang kulakukan padanya.

Adapun aku baik padanya, mungkin hanya beberapa kali- hanya beberapa kali saja.

Akupun tak ingat pastinya kapan aku berbaik hati padanya.

"dimakan nasi dan lauknya ra, bukan hanya diaduk." nasihat mbak aisyah.

Aku hanya mengangguk tampa mengindahkan ucapannya, bagai angin lalu.

Arghh.. aku tak bisa berada di dekatnya terus seperti ini.

Jantungku berdegup kencang tampa bisa aku kendalikan

Sepertinya, aku benar-benar sudah gila!

Aku bangkit berdiri tiba-tiba membuat kaki kursi yang ku duduki bergesekan dengan permukaan lantai menimbulkan suara yang khas gesekan sampai semua orang menatapku heran.

"Aku sudah selesai!" ujarku kemudian berlalu meninggalkan meja makan tampa banyak bicara lagi.

"ada apa dengan anak itu." ucap mbak arini yang masih sempat kudengar, sebelum kaki melangkah menyusuri tangga menuju kamar.

Blam!

Pintu lantas ku kunci setelah menutupnya, mood ku entah kenapa begitu buruk hari ini.

dan kenapa dia tak pernah sekalipun jujur tentangku mengenai hal ini?

Rangga POV

Aku tak tahu apa yang namira bicarakan dengan papah beberapa hari lalu.

Yang ku tahu hanyalah perubahan sikap namira yang semakin aneh.

Seperti mencoba mendekat padaku namun tidak, menjauh pun tidak.

Entah apa yang ia pikirkan, namun sikapnya menjadi begitu plinplan.

ia tak lagi bersikap kasar padaku- tidak! tepatnya ia menjadi jarang berbicara padaku.

Aisyah mengatakan padaku bahwa saat aku menyuruhnya untuk mencari papah tempo hari, ia juga mendapati keberadaan namira disana.

Digudang yang aku dan papah larang siapapun memasukinya.

Sempat akupun terkejut mendengarnya, apa itu artinya papah sudah menceritakan kebenaran tentang kami padanya?

Akupun ingin sempat bertanya pada papah namun pekerjaan yang menuntutku untuk menyelesaikannya membuatku lupa perihal itu.

"Aku sudah selesai!" ujar namira tak lama kemudian ia bangkit dari duduknya.

Aku hanya mampu menatapnya heran, entahlah.

Apa aku harus yang pertama bertanya padanya?

seperti, kenapa sikapnya begitu berubah-ubah akhir ini?

Atau apa yang papah dan dia bicarakan tempo hari lalu?

Atau,
Aku merindukannya seperti dulu?!

"Mas juga selesai!" ujarku lantas bangkit.

"Mas tap--- "

Sepertinya ini saat yang tempat untuk membuka masa lalu ku dengannya.

Bukan Istri Ke-tigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang