Happy reading!
Typo bertebaran!🍁🍁
Rintik hujan kembali membasahi bumi pertiwi. Awan yang tadinya kelabu sudah mulai menghitam. Jejak-jejak tanah berwarna kemerahan mencetak bekas di lantai putih.
Iris mengeratkan jaket yang dipakai ke tubuhnya. Udara hari ini lumayan dingin karena sejak tadi pagi sudah turun hujan. Cuaca hari ini seakan mendukung perasaan Iris yang kacau sejak keputusannya untuk menyerah mendapatkan Vano tiga hari yang lalu.
Iris menjadi lebih sensitif sekarang. Sedikit-sedikit menangis kemudian tertawa tanpa sebab, melamun sendirian bahkan sekarang nafsu makannya berkurang drastis.
Dia juga berusaha semaksimal mungkin untuk menjauh dari Vano. Berangkat lebih pagi dari biasanya. Jika berpapasan dengan Vano di kantin maupun di lorong ia akan segera putar balik menuju kelas menghindar untuk menatap muka Vano yang akan menggagalkan niatnya untuk move on.
Iris memasuki kelas, ia dengan segera duduk di bangkunya. Ia menaruh tasnya diatas meja dan menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan. Bunga yang baru saja masuk kelas mengerutkan dahinya melihat kelakuan Iris yang tiga hari ini tak biasanya. Ia berjalan duduk disamping Iris dan menggoyangkan lengan Iris.
Iris mendongakkan kepalanya menghadap Bunga. " Apa?" tanya Iris malas.
" Lo kenapa?" tanya Bunga sambil memperhatikan penampilan Iris yang kacau. Rambut tak disisir rapi, kantung mata hitam dan muka pucat.
" Nggak papa." jawab Iris sambil menenggelamkan lagi wajahnya di lipatan tangan. Bunga yang melihat tingkah Iris menaikkaln alisnya curiga. Pasti ada sesuatu yang gue nggak tahu. Nih bocah jadi aneh begini, batin Bunga.
" Kalau ada guru bilang ke gue Nga." gumaman Iris yang tak jelas diiyakan oleh Bunga. Iris memejamkan matanya menahan sakit di kepala karena terlalu banyak menangis apalagi ia belum sarapan pagi ini.
Bunga menggoyangkan lengan Iris melihat bu Siska, guru Bahasa Inggris merrka memasuki kelas. " Ris, bu Siska tuh." ucap Bunga. Iris dengan perlahan mendongakkan kepalanya dan merapikan rambutnya yang menjuntai didepan wajahnya.
" Beri salam." teriak Tian, ketua kelas X-IPA 1.
" Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi bu." salam seluruh penghuni kelas serempak.
" Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakuh. Pagi juga anak-anak." jawab Bu Siska lembut. Bu Siska ini tipe perempuan yang sangat sabar, ngomong aja nggak pernah marah, nggak kayak pak Tomi yang dikit aja dipancing langsung ngegas.
" Anak-anak sekarang buka materi bab empat ya! Tentang Recount text." ucap Bu Siska.
" Recount text is a text that retells events or experience in the past. It is a record of events. The purpose of recount text is to list and describe past experiences by retelling events in the order in which they happened." terang Bu Siska sambil berjalan mengelilingi bangku murid-murid satu persatu.
" Okay, now I will ask you all. What the general structure of recount text? Who know? I will give you point plus if answer this" tanya bu Siska membuat kelas hening seketika. Ada yang cepat-cepat buka lks, tanya sama temennya, buka om google sembunyi-sembunyi. Ada juga yang bodo amat kayak yang dilakuin Bunga.
Bu Siska berjalan menuju bangku Iris yang si empunya diam saja. " Iris. Tidak mau menjawab?" tanya Bu Siska. Iris yang tak konsen ditambah pusing mengerjap kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEAVING YOU
Teen FictionAiris Putri Allamanda. Iris, gadis cantik nan pintar yang mendapat beasiswa untuk sekolah di SMA Nusantara. Gadis yang selalu berkuncir kuda dan kulit putih bersih, rambut hitam sepunggung dengan poni depan sedikit dan tutur kata yang kalem itu ciri...