↭ second chapter
"Honey, what do you want for dinner?" tanya Mrs. Hood yang sedang mencuci gelas-gelas sisa acara minum teh tadi sore.
Calum, yang sedang mengerjakan PRnya di meja makan, menyahut. "Can we have, like, carbonara? Fettucine?"
"Oh, I was actually asking Michelle. But carbonara is okay," Mrs. Hood tersenyum pada putranya lalu mengalihkan pandangannya pada gadis yang duduk di seberang Calum.
"Uh, maybe I'd have to agree with Calum," kata Michelle lalu nyengir.
Calum, sambil menulis, diam-diam memutar bola matanya dengan sebal. Michelle lagi, Michelle lagi. Tiga tahun belakangan ini, gadis itu memang selalu ada di rumah Calum seolah ini rumahnya sendiri. Suatu hari Calum pernah protes, tapi Ibunya mengatakan orangtua Michelle sering dinas keluar kota sehingga gadis itu dititipkan ke keluarga Hood -- berhubung rumah mereka bersebelahan.
Yang menjadi masalah adalah, Calum merasa Ibunya lebih memperhatikan Michelle daripada dirinya sendiri. Calum memang sudah tahu, bahwa Ibunya selalu menginginkan anak perempuan (selain kakaknya, tentunya). Dia merasa diabaikan, karena Michelle selalu jadi nomor satu di rumah itu.
Michelle ini, Michelle itu.
Michelle perfect, Calum payah.
"Cal, are you listening?"
Calum mendongak, mendapati mata hijau gelap Michelle menatapnya.
"Hm?" tanya Calum tak bersemangat.
"What's one thousand divided by two?" tanya Michelle, sambil mencondongkan badannya pada Calum untuk melihat pekerjaan cowok itu.
"Five hundred. It's not that hard," kata Calum, sedikit agak judes. Cowok itu kembali meneruskan PRnya, sementara Ibunya kini menatapnya.
"Cal, teach her how to solve division. That's what friends are for," kata Mrs. Hood sambil mengelus puncak kepala cowok itu.
Calum melirik Michelle dengan tatapan menyipit penuh kejengkelan, sementara gadis itu -- duduk di sebrang sana -- hanya tersenyum. Senyuman polos yang paling Calum benci.
***
oke ini short banget..........haha sengaja si(?) i'll do double update yehey