18 years old Michelle - present - epilogue

5.9K 954 310
  • Didedikasikan kepada kalian semua :*
                                    

thirtieth chapter - epilogue 

 


Hari itu, keluarga Hood sedang berkumpul di halaman belakang rumah mereka. Pagi itu begitu cerah, suasana yang cocok untuk piknik kecil-kecilan.

Tapi tidak bagi Mrs. Hood. Ibu mana yang mampu menghabiskan setiap detik dalam hidupnya untuk menyadari bahwa putranya sudah tiada?

"Mom, it's been a year... please don't get sad over things that is in the past," ucap Mali, putri pertamanya yang sedang mengoles selai nanas diatas rotinya.

Mr. Hood yang sedang menata sandwichnya, hanya mengangkat kedua alisnya sambil menatap istrinya. Mrs. Hood menatap keduanya dengan lesu, lalu meminum jus alpukatnya penuh tidak minat.

"Mali, I think someone's knocking the door," ucap Mr. Hood mengalihkan topik, membuat mereka semua terdiam untuk mendengarkan lebih teliti. Lalu terdengar beberapa ketukan di pintu, kali ini terdengar jelas.

"I'll go," ucap Mali sambil berlari ke dalam rumah.

Ketika Mali sudah tidak disana lagi, suasana justru kembali lebih hening. Keduanya tidak ada yang bicara. Mr. Hood juga sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menenangkan hati istrinya.

Tiba-tiba Mali kembali dengan ekspresi wajah yang tak terbaca.

"What?" tanya Mr. Hood sambil menatap gadis itu.

"The... the Fleurs family is here." 


++ 


"Mr. and Mrs. Hood, we're really really sorry. We had tried to send you some letters but they're not sent. This is such a big mess," jelas William, Ayah Michelle yang berdarah Inggris itu.

"We can explain," timpal Rosa -- Ibu Michelle yang duduk disamping suaminya. Wajahnya sekarang terlihat lebih muram, menunjukkan tanda-tanda orang yang terlalu banyak pikiran.

Mrs. Hood hanya memasang wajah datar penuh kesedihan, sebelum melirik gadis berambut cokelat yang sedaritadi belum mengeluarkan suara.

"May I talk to your daughter?" tanya Mrs. Hood akhirnya. Namun nada suaranya sama datarnya dengan wajahnya.

William dan Rosa saling bertatapan, sebelum akhirnya mengangguk.

"You can explain to my husband, though," ujar Mrs. Hood sebelum meninggalkan ruangan, diikuti Michelle.

Mrs. Hood duduk di sebuah bangku kayu yang terletak di teras rumahnya, begitu juga Michelle. Sejenak yang terdengar hanyalah suara isakkan Mrs. Hood. Michelle, gadis yang duduk disampingnya itu hanya menghela nafas pelan.

"Mrs. Hood..." panggil Michelle pelan.

"No, Michelle. Stop," ujar Mrs. Hood sambil mengusap hidungnya yang gatal akibat menangis.

Michelle mendongak menatap wanita itu dengan bingung. "What's wrong?"

"Calum thought you left because you hate him and don't wanna see him anymore," jelas Mrs. Hood, kali ini meraih satu pack tisu yang terletak di atas meja kopi.

Kedua telapak tangan Michelle refleks bergerak menutup mulutnya yang kini membentuk huruf 'O'. Michelle terlihat sangat tegang, shock dan sedih.

"Wh--where's he?" tanya Michelle setelah dia berusaha menggapai udara agar masuk sempurna ke paru-parunya.

"He's gone, Michelle. He's gone. He threw himself to that big river down the Folks St., we don't even know what's his problem and what's the reason."

Michelle merasakan seolah ada sebuah kapal pesiar yang secara kurangajar menabrak dadanya hingga gadis itu rasanya tak mampu bernafas lagi. Air mata pun mulai membanjiri pipinya, namun belum satu katapun terucap oleh gadis itu.

"He said he never meant anything he had said to you and that makes me sad because he hadn't even apologized yet," sambung Mrs. Hood sambil menatap rerumputan di depan rumahnya itu dengan hampa.

"M--Mrs. Hood... it's true. I left your house for a week and stayed in a friend's house. For a second... for a second I thought I hate him so I decided to leave," kata Michelle sambil terisak.

Mrs. Hood mulai mengontrol tangisannya, agar dia bisa mendengar penjelasan Michelle lebih jelas.

"I'm so sorry, that was so immature of me," Michelle mengelap air matanya sambil sesenggukan. "And then I called my parents to take me with them to Melbourne, so they did. Then out of sudden, my parents decided to move because they got long-term bussiness to do there. They asked me to write an apologise letter for your family but I never did. I thought Calum wouldn't even care if I told him I'm moving. I didn't even think about you, Mr. Hood, or even Mali."

Mrs. Hood terdiam mendengarkan penjelasan Michelle yang terdengar begitu rumit di kepalanya. Melihat tak ada respon apapun, Michelle melanjutkan.

"But two years ago, I sent him a letter because I just felt like it. I lied to him. I told him I've tried to send you guys letters while in fact I never did. I don't know, Mrs. Hood, I felt like I had to lie about that. I know Calum thought that maybe I was somewhere unknown, so I decided to say don't worry about me. I'm so sorry, Mrs. Hood, I'm so so so sorry..." Michelle menutup penjelasannya dengan menangis, mengeluarkan air mata begitu deras.

Mrs. Hood hanya menatap gadis itu penuh iba, tanpa mengeluarkan satu katapun. Dia sendiri bingung ingin berkata apa, karena pikirannya sama kalutnya dengan gadis itu.

"I miss him, Mrs. Hood. I want to meet him, tell him that I'm so sorry and that I care about him in any possible way. That's why I finally told my parents the truth, that I was never sending you guys a letter. We got into a big fight after that, but I told them that I need to meet you. I need to meet Calum too and clear things out but now he's not even here what the fuck is wrong with the world!" Michelle menjerit di akhir kalimat dan menangis dalam pelukan Mrs. Hood.

"Ssssh, Michelle, stop crying," ujar Mrs. Hood sambil mengusap kepala gadis itu, bersikap konyol karena bahkan dirinya juga sedang menangis.

"Mrs. Hood I just wanted to say sorry to Calum for making him feel like replaced," ujar Michelle sambil terisak di baju Mrs. Hood. "I'm sorry I was such a bad person."

"Michelle, please stop crying," ujar Mrs. Hood sambil mengusap kepala gadis itu.

Michelle tidak menjawab. Untuk beberapa saat mereka dibalut suasana hening dan suara isakkan Michelle yang terdengar sayup-sayup. Setelah dirasa gadis itu cukup reda, Mrs. Hood meraih dagu gadis itu dan mendongakkan kepalanya perlahan.

"Come on, let's go inside," ucap Mrs. Hood sambil berdiri.

Michelle untuk sesaat terbengong, lalu mendongak menatap Mrs. Hood yang kini menunduk menatapnya.

"You lied," kata Michelle pelan.

"Lied what?" tanya Mrs. Hood.

"It's Calum over there," ujar Michelle sambil menunjuk ke jalanan yang kosong. 


***

*ehm* ini GO udah berapa kali ya TO sampe muntah w

*ehm* cuacanya panas ya

*ehm* gue duluan ya guys bai

lost | c. hoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang