🌷[13] Kiss

5.3K 203 21
                                    

VOTE DAN KOMEN...

Aku itu bahaya, rusak, penuh masalah, tidak cocok untukmu yang seperti matahari, cerah.

-Nabilla Shiletta-
•••

Senyum Nabilla sedari tadi tercetak lebar, antara gugup sekaligus senang bercampur bahagia. Tentu saja alasannya adalah Raqa, tangan cowok itu menggenggam erat tangannya sambil berjalan santai melewati kelas XI dan XII yang sengaja diliburkan karena acara MOS.

Wajah Raqa datar, tatapannya lurus ke depan, rambutnya yang sedikit acakan berhasil membuat Nabilla gemas sendiri. Cewek berambut sebahu itu diam-diam mencuri pandang ke arah Raqa. Lalu nyengir sendiri, entah senyum, atau merasa geli, yang pasti ketika Raqa tidak sengaja menangkapnya basah Nabilla segera membuang wajah.

Namun, Raqa tidak sebodoh itu, dia tahu Nabilla diam-diam meliriknya, sekali, dua kali dan ketiga kali Raqa tidak bisa lagi menahan keponya. Cowok itu mengernyit kala tak sengaja mendapati Nabilla senyum-senyum sendiri. Apakah cewek itu sudah gila?

"Gue kagak bodoh, ngapa lu senyum-senyum sendiri?! Gila?!" tanya Raqa, dia melirik ke arah Nabilla.

Nabilla hanya cengengesan sembari menyisir rambut dengan jari, lalu mengayunkan genggaman tangan mereka, membuat langkah Raqa terhenti saat menyadari. Jadi, sejak tadi dia menggenggam tangan bocah manja? Gila!

"Kenapa, Kak? Kok berhenti?" tanya Nabilla.

Raqa mendengus, lantas dia melepaskan genggamannya secara kasar.

Nabilla meringis, kuku Raqa lumayan panjang hingga membuat telapak tangannya tergores. "Auh, Kak Raqa sakit tau! Ihh, Bunda tangan aku berdarah."

Mendengar itu Raqa memutar tubuh 90°, ia berdecak sebal. Dasar Nabilla cengeng. Masa baru dilepas sebentar saja udah nangis. Mata cewek itu berkaca-kaca.

"Kenapa lagi sih? Nggak bosen nangis mulu kerjaan lu?"

"Tangan aku berdarah, nih. Kegores kuku Kakak yang panjang itu. Sakitt tau kak! Hiks," rengek Nabilla. Raqa memutar bola mata.

"Segitu aja lu nangis? Dasar bocah, pendek, cengeng, manja, gila!" maki Raqa.

Nabilla malah menunduk dan semakin terisak. Beberapa peserta MOS yang lewat menatap ke arah mereka, terutama ke arah Nabilla yang saat ini sedang menangis.

Merasa jadi bahan tontonan, Raqa memijit pelipis, dilihatnya lagi telapak tangan Nabila yang tergores karena ulahnya lalu kukunya. Dia mendengus, lalu menggenggam tangan Nabilla dan menuntunnya beranjak dari sana.

"Ish. Kakak kita mau kemana?"

"Nggak usah tanya!"

"Duh, Kakak ngomongnya nggak usah pake urat nggak bisa ya?" tanya Nabilla. "Kata Bunda nggak baik."

"Emang bunda lu siapa gue?" Raqa menaikkan satu alisnya.

"Calon mertua Kakak. Hihi."

"Bacot, setan!"

"Dih, Nabilla bukan setan tau! Nabilla manusia," titah Nabilla, dia menghentikkan langkah, merajuk.

Raqa berbalik menatap malas Nabilla. "Kenapa lagi manja, lu nggak usah sok merajuk. Atau gue biarin tangan lu infeksi, mau?"

RaquillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang