🌷 [10] The Headquarters

5.2K 223 40
                                    

Vote dan komen jika kalian suka cerita ini. ;)


Tidak ada masalah yang selesai dengan cara lari, karena ada masalah lain yang akan datang menanti, maka selesaikan masalahmu hari ini.

-Raquilla-
•••

"Ciee diantar sama siapa, tuh?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ciee diantar sama siapa, tuh?"

Nabilla menoleh, dia mendapati Yogi Kakaknya tengah bersedekap sambil menaik-naikkan alis.

"Kakak nggak perlu tau ih. Kepo!" jawab Nabilla.

"Elah lu, manja. Gue bilangin sama Bunda nih. BUNDA! BUNDA! NABILLA MULAI NAKAL NIH, BUNN." Yogi berteriak seraya masuk ke dalam rumah.

Nabilla mencak-mencak, ia menghentakkan kaki kesal. "Kak Yogi, apaan sih?! Aku nggak nakal tau, BUNDA JANGAN DIDENGERIN!" gerutu Nabilla ikut masuk ke dalam rumah.

Bundanya yang ternyata sedang menonton TV di ruang tengah menggelengkan kepala, lantas saja wanita berhijab peach itu mengecilkan volume TV ketika Yogi sudah duduk di sampingnya.

Nara menatap Yogi. "Kenapa lagi sih Yogi? Kamu apain lagi adik kamu?"

Yogi menunjuk ke arah Nabilla yang berkacak pinggang. "Itu Bun, si manja udah mulai nakal. Tadi aja dianterin sama cowok."

"Cuma dianterin aja! Nabilla nggak ngapa-ngapain kok. Kak Yogi ih bikin kesel, bikin bete!"

"Halah. Pake ngeles kayak bajai. Hukum aja, Bun. Jemur tuh di luar biar hitem," saran Yogi tertawa puas.

"Kak Yogi!" teriak Nabilla geram.

"Sudah! Sudah! Aduh, pusing ini kepala Bunda kalau kalian berantem mulu," sungut Nara, ia menatap Yogi dan Nabilla bergantian lalu memijat pelipis. "Kalian udah gede, sadar sama badan dong."

Telunjuk Nabilla mengarah pada Yogi. "Tapi Kak Yogi yang mulai, Bunda. Hiks." Kali ini air mata Nabilla luruh, ia menangis sesegukan. Yogi memang sudah keterluan. Nabilla menyeka ingusnya.

"Yah, nangis lagi," cibir Yogi.

"Yogi udah," tegur Nara, kemudian menatap Nabilla. "Nabilla sini duduk sama Bunda."

Nabilla menuruti saja apa kata bundanya, dia duduk di samping Nara setelah menyeka air mata. Sempat melirik sinis pada Yogi, yang dibalas cowok itu dengan peletan lidah. Nabilla makin tambah kesel jadinya.

"Nabilla, tatap mata Bunda," Nara menaikkan dagu putrinya hingga tatapan mereka sejajar. "Tadi beneran diantar sama cowok?"

Nabilla mengangguk pelan, dia enggan berbohong, kata Bundanya berbohong bukanlah hal yang baik. "Itu juga terpaksa, Bunda. Ponsel Nabilla baterainya habis. Terus Damar udah pulang duluan. Tinggal Kak Raqa aja lagi harapan Nabilla."

"Emang Kak Raqa itu siapa? Temen kamu? Kenalin dong sama Bunda."

"Ish, Bunda, dengerin dulu. Kak Raqa itu ketua OSIS, jadi tadi tuh dia nabrak aku, terus aku ngambek, sebagai gantinya aku minta Kak Raqa nemenin aku ngegambar bunga di taman belakang sekolah. Cantik banget. Aku suruh deh Kak Raqa nemenin sampe selesai," jelas Nabilla panjang lebar. Bundanya manggut-manggut paham.

RaquillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang