🌷 [39] Entah Kenapa...

2.9K 130 14
                                    

Play music: Hingga Akhir Waktu-Nineball

Play music: Hingga Akhir Waktu-Nineball

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 39: Entah Kenapa...

Entah kenapa, aku merasa bahwa kebersamaan kita tidaklah lama.

-Raquilla-
•••

"Tamara ngomong apa aja, Nab?" tanya Raqa. Mereka berada di ruang OSIS, cowok itu menempelkan kasa yang sudah di tetesi betadin ke lutut Nabilla.

"Banyak," jawab Nabilla, cewek itu didudukkan Raqa di atas meja. "Kak Tamara ngatain aku bocah, terus katanya, Raqa cuma jadiin aku mainan doang, suatu saat Raqa akan ninggalin aku dan pasti balik lagi jadi cowoknya dia."

Raqa menahan napasnya sejenak, Tamara memang benar-benar melebihi batasan sebagai mantan.

"Tapi Nabilla nggak percaya itu semua, aku yakin Raqa selalu ada buat aku," ujar Nabilla, Raqa mengacak gemas rambutnya. Ketakutan jelas terlihat di wajah cewek itu dan Nabilla berusaha menyembunyikannya.

"Pinter. Ini yang namanya cewek aku, kamu nggak boleh percaya omongan Tamara. Dia itu licik, Nab. Dia hanya mau kamu berhenti jadi cewek aku," ucap Raqa, selesai menutup luka Nabilla, dia mengoleskan salep memar pada pinggiran lukanya.

"Raqa berapa lama sempat jadi cowoknya Kak Tamara?" tanya Nabilla, pasalnya ia bingung, mengapa Tamara sebegitu inginnya mendekati Raqa. "Kayaknya lama ya sampai Kak Tamara nggak bisa lupain Raqa?"

"Enggak," jawab Raqa, mulai tidak suka bahasan ini, karena hubungan mereka sejujurnya hanya sensasi belaka. Raqa mendekati Tamara ketika ia butuh pelampiasan, namun bagi Tamara Raqa adalah segalanya. "Kita nggak pacaran."

"Terus kenapa-"

"Nab, aku nggak suka bahas ini. Kita bahas yang lain aja."

Nabilla tertunduk diam, nada bicara Raqa yang meninggi berhasil membuatnya bungkam. Hembusan napas cowok itu terdengar berat saat beranjak dari duduknya.

"Raqa marah?" Nabilla bertanya was-was selagi Raqa membukan nakas dan memasukkan kembali kotak P3K-nya. "Nabilla minta maaf."

Lagi-lagi, Nabilla meminta maaf padahal ia tidak bersalah sama sekali. Raqa mendengus, menguatkan hati, agar selalu bisa menahan untuk tidak membawa Nabilla kabur dari sini.

Menghampiri Nabilla, Raqa menunduk hingga wajah mereka sejajar, dan secepat mungkin mencuri kecupan singkat di pipi Nabilla.

Cup.

"Ish. Raqaaa!" Nabilla menutupi pipinya yang memerah.

Raqa tertawa senang. "Rasain. Itu resikonya kalo kamu minta maaf lagi."

RaquillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang