🌷 [25] Menyerah

4.2K 197 50
                                    

5 vote dan 15 koment untuk lanjut, VOMENTT!! Semoga sukaaa.

Chapter 25: Menyerah.

Menyerah, bukan berarti kalah.

Menyerah, bukan berarti kalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Raqa Abimanyu Dinata-
•••

Nabilla tertidur? Tentu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nabilla tertidur? Tentu saja. Perjalanan mereka yang memakan waktu cukup lama membuat cewek itu tidak tahan lagi larut ke alam mimpi. Ditemani semilir angin, berselimutkan hoodie abu milik Raqa Nabilla tampak menikmati sekali aktivitas tidurnya.

Meski pergerakan kecil kerap cewek itu lakukan, seperti menggeliat, hanya berakhir dengan gumaman, lalu lanjut tidur dengan nyaman. Sebab itu pula, laju motor Raqa bahkan di bawah rata-rata. Ia masih mengerti bahaya, karena bisa saja Nabilla jatuh karena pegangan di jaketnya tidak begitu kuat.

Sesampainya di rumah kecil atau biasa Raqa sebut sebagai markas pelarian, dengan cepat ia memangku tubuh Nabilla. Membawa tangan cewek itu melingkari lehernya. Tiba di sofa panjang coklat, Raqa merebahkan tubuh Nabilla di sana.

Merapikan anak rambut yang menutupi wajah Nabilla, Raqa mendengus, ia tidak pernah menyangka akan membawa cewek ini dalam masalahnya. Lalu soal tadi? Raqa iseng, itu saja. Ia hanya ingin sedikit bermain-main bersama Nabilla, cewek polos nan manja yang diagungkan oleh teman-temannya.

Raqa berdehem singkat, mengingat tujuannya bukanlah Nabilla, cowok itu beringsut mengambil selimut yang terlipat di sofa seberang kemudian menyelimuti Nabilla. Tidak lupa menyisipkan bantal di bawah kepalanya.

Beralih pada dokumen pemberian Alex, Raqa duduk di sofa, membaca isi lembaran kertas itu seksama, lalu mengernyit kala menemukan dokumen itu bukan berisikan bukti keberadaan mamanya.

"Alex! Lu nipu gue, bangsat!" Raqa melempar dokumennya sembarang, mengacak rambut frustasi. "SHIT! Gue gak akan lepasin lu, Lex. Tunggu tanggal main gue."

Berselang detik setelah itu, dering ponsel memaksa Raqa mengesampingkan emosinya.

Telepon dari Arga? Raqa memilih mematikannya. Tapi, ponselnya kembali berdering dengan penelpon yang sama. Berulang kali Raqa menolak, berulang kali pula Arga menelponnya.

RaquillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang