"Mbak, customer yang ini masih tetep marah-marah. Katanya dia enggak peduli sama prosedur apa pun itu, karena dia merasa dia udah dikerjain."
Aku mengurut kening.
Pembeli model begini yang bikin jiwa baik hatiku kadang berubah drastis menjadi antagonis. Dikasih penyelesaian menolak, tapi terus neror bikin Sasa—asisten sekaligus admin yang ngurusin bagian pembelian online—mau nangis sambil guling-guling di lantai.
Beneran, kok, saat aku bilang dia begitu, Sasa memang pernah melakukannya. Literally guling-guling, Fellas, kebayang, dong, gimana kacaunya. Saat itu, dia dapat telepon dari seorang perempuan dan langsung menghajarnya dengan semua nama binatang dan kata umpatan dalam berbagai bahasa.
Jadi, aku tuh suka kasihan kalau dia sudah bolak-balik datang ke ruanganku. Masalahnya pasti enggak sepele lagi. Maksudnya, si pembelinya yang kadang suka banget membuat masalah menjadi berlebihan.
"Udah ditawarin ganti ukuran?"
"Udah."
"Tetep bilang enggak mau?"
"Iya. Pake ngancem mau kasih review jelek dan viralin di sosmed segala."
"Yaudah, lakuin gitu! Kenapa harus ngancem. Pembeli kasih review subjektif, kan, memang udah tugasnya. Enggak perlu izin segala, toh kita enggak bisa nyetop, kan. Kalau dia mau dikasih jalan keluar, kirim balik barangnya. Dia tahu kita kasih free untuk kesalahan yang kita buat, kita kasih kompensasi buat itu. Gue udah minta maaf secara pribadi dia tetep nolak, yaudah biarin. Pembeli baru kali dia."
"Terus aku harus gimana, Mbak? Aduh, aku udah enggak tahu lagi harus jawab apa kalau dia telepon lagi."
"Gue yakin udah enggak akan telepon. Biarin aja. Dia nolak cara baik-baik, ya, biarin dia mau ngelakuin apa."
"Kalau review dia jelek?"
"Barang kita bukan ciptaan Allah, Sa, yang sempurna. Itu ciptaan tangan manusia. Enggak apa. Bilangin ke Andi sama Rea harus lebih teliti masalah warna dan size."
"Iya, Mbak. Makasih. Aku permisi dulu."
Untuk urusan begini, sebenarnya aku maklum banget Andi dan Rea membuat kesalahan. Bagaimanapun mereka manusia, ada kalanya pikirannya terbagi ke mana-mana meski sudah berusaha fokus. Untuk itu, sebisa mungkin aku enggak menyudutkannya dan mencari jalan keluar terbaik.
Kalau enggak nemu, yaudahlah, ya, mau gimana lagi.
Lagian, tolong, ya, tolong banget, wahai para pembeli sekalian, kami ini manusia biasa. Kami sudah melakukan semaksimal mungkin. Tapi, kami juga sadar akan kesalahan, makanya kami minta maaf dan siap untuk menukar dan setidaknya mengurangi rasa kecewamu.
O o, Papi nelepon.
Ada gerangan apakah kira-kira? Apa dia merindukanku di sana?
"Halo, Ganteng yang ngelebihi Aladdin sejuta umat itu. Dengan Lilyoka Judistia, ada yang bisa dibantu?"
Suara tawanya terdengar. Merdu banget, dong, Bapak! Jadi gemes.
"Kami dari Jellow, sedang ada promo untuk setiap pembelian minimal lima ratus ribu, akan mendapatkan satu foto gratis bersama pemiliknya. Apakah bisa laku di pasaran, Pi?"
"Berlian yang cantik enggak pernah mengumbar dirinya. Cukup diam, orang-orang tahu seberapa berharganya dia."
"Ow, that's so sweet of you. Jadi pengin kasih sun."
"Papi baru sampai rumah, Abang baru selesai meeting sama Mas Ikram." Meeting terooss! "Dia kelihatan mulai passionate buat gantiin Papi nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Setelah Menikah, Lalu Apa?
ChickLitLilyoka Judistia merasa segala hal sudah dia milikinya, kecuali pernikahan. Ia sungguh tidak menyangka papinya hari itu akan membawa Arsanggah Narasangka ke rumah, laki-laki yang baru saja match dengannya di sebuah dating app. *** Judis ingin menik...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi