Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi

| V | SMLA

43.4K 5.7K 374
                                    

"Halo, Sa?"

"Mbak, anak produksi bilang, warna baby pink kosong. Paling enggak baru ada minggu depan. Mau produksi warna lain dulu atau gimana?"

"Yang buat cropped jean jacket, ya?"

"Iya. Padahal warna itu yang memang banyak dicari."

"Buat warna lain dulu aja. Mustard atau light blue itu. Oh ya, diskon untuk yang ulang di tanggal 23 sampe 30 Juni, beres?"

"Beres. Kelihatan banget, ya, manusia suka gratisan."

Aku tertawa, mengucapkan terima kasih lalu mengakhiri sambungan. Manusia memang suka gratisan, suka menuntut hak, tapi sering lupa sama kewajiban. Gila, ya.

Oh ya, ngomongin soal kewajiban, ada satu hal yang ini enggak bisa banget aku lewati. Sesibuk apa pun, semales apa pun, kalau kanjeng mami sudah diserang sakit, maka aku wajib di sini. Apalagi posisinya enggak ada Papi, sudahlah, habis-habisan aku enggak tidur semalaman.

Mungkin kamu bakalan ilfeel kalau tahu gimana manjanya Mami ketika sakit. Memang cuma flu, tapi meriangnya di seluruh badan itu bikin dia enggak terlihat baik-baik aja. Disuruh makan ini-itu enggak mau, mintanya video call mulu sama suaminya.

Heran kadang.

Aku buru-buru menuruni tangga, lagi pengin banget minum jus. "Lho, Ki, kamu dari kapan di sini?"

"Hai, Kak. Barusan sampe."

"Kenapa enggak langsung naik ke atas?"

"Tadi kata Mbak disuruh di sini dulu, lagi diambilin minum."

"Sama siapa? Sebentar," tahanku dengan tangan. Aku duduk di sebelahnya. "Mbak, aku tolong bawain sekalian jus mangga kemasan di kulkas, ya!"

"Naik Go-Ride."

"Naka yang suruh?"

Sambil senyum malu-malu, dia mengangguk.

Naka, oh Naka.

Sumpah demi kehidupan di bawah lautnya Spongebob, aku masih enggak paham kenapa kembaranku itu bisa tergila-gila sama anak kecil. Aku yang pacaran sama seumuran aja, diajak berhubungan serius selalu ngelak. Belum siap. Banyak hal yang perlu dikejar dan diurus dan semua alasan enggak masuk akal lainnya.

Apalagi Kia? Baru lulus SMA, lho!

Dia memang cantik, sudah pastilah. Enggak usah ngehalu dan mikir kalau beauty and the beast itu nyata di kehidupan kita. Cowok ganteng, ya, cuma mau sama cewek cantik natural bak putri raja. Begitu pun cowok dewasa dan serius, nyarinya, ya, yang harus bisa ngimbangi juga. Mungkin itu yang bikin Sangkakala ngeremehin aku.

Makanya, aku chat duluan, dia balasnya kalau memang lagi enggak ada kerjaan. Bisa berjam-jam kemudian, atau justru dua hari kemudian.

Pusing kadang.

"Makasih, Mbak," lirih Kia.

Aku mengangkat gelas sambil mengangguk pada simbok.

Kia ini juga sopan sebetulnya. Setiap main ke rumah, aku enggak pernah dengar suara tertawa yang sampai terbahak-bahak. Ngomong kasar pun enggak pernah. Pokoknya idaman Naka dan Mami banget. Klop. Sementara dari fisik, dia tipe cewek Indonesia banget. Wajahnya manis, rambutnya panjang terawat banget. Ada poni tipis-tipis lucu gitu. Dan bibirnya ... ini aku kasih bocoran sedikit. Aku dulu paksa Naka jujur di permainan truth or dare tentang alasan dia naksir Kia, jawabannya adalah karena bibir Kia seksi.

Oh, my goodness!

Itu bikin aku melongo sejadi-jadinya.

Selama ini aku salah besar gitu, lho! Kupikir orang modelan Naka itu yang dilihat adalah attitude dan isi otak, tetapi ternyata dia hanya manusia biasa. Dia tetap cowok normal yang kadang masih suka mikirin hal-hal enak semacam itu. Namun, sampai di sana doang, soal rasa ciuman Kia, dia benar-benar bungkam. Naka mah emang curang. Aku aja selalu cerita tentang apa pun, termasuk rasa bibir mantan-mantanku. Tapi, dia pasti nyelimur ke mana-mana. Termasuk soal Kia ini. Enggak pernah dia bagi-bagi.

Setelah Menikah, Lalu Apa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang