Cowok berperawakan tinggi itu ngendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, nelusurin jalanan di jam yang nunjukkin hampir tengah malam itu.
Mobil bercat abu abu itu sempurna berbelok, masukin kawasan yang bisa dibilang jadi tempat tongkrongan orang orang berduit.
Sosok cowok jangkung itu keluar dari mobilnya, natap tempat di hadapannya nelisik. Cowok itu make kaos hitam polos dengan lengan panjang, di balut dengan jeans robek dibagian lututnya. Rambutnya disibak, sengaja liatin jidatnya yang mulus. Kesannya santai, tapi sukses jadi pusat perhatian karena kakinya yang panjang dan mukanya yang ganteng.
Cuci mata, tengah malam kedapatan cogan siapa juga yang mau nyia-nyiain.
Tapi cowok itu lagi dalam keadaan terdesak, ga sempat tebar pesona dan memilih langsung masuk ke dalam tempat beraroma alkohol di hadapannya. Kaki jenjangnya ngelangkah cepat ke dalam, matanya sibuk nelusurin tempat itu, nyari keberadaan seseorang yang sukses buat dia khawatir setengah mati.
"Ck, gue lupa nanya posisi tuh bocah dimana. Tempatnya luas lagi, gimana nyarinya anjir," katanya jadi ngeluh. Kemudian dia jalan kelilingin bar itu, nyari sosok yang katanya udah mabok berat.
"Bentar, kalo Guanlin mabok otomatis dia ga bakal di biarin berdiri," cowok itu jadi menerka-nerka sendiri, kemudian berbalik dan mencari meja meja di bar itu.
Pasti orangnya didudukin.
Mata cowok itu memicing, sejeli mungkin merhatiin meja meja di bar itu. Kemudian dia berjalan ke sisi kiri, kembali melihat disana. Mata yang semula memicing itu melebar, sedikit rasa senang menyeruak ke rongga dadanya karena akhirnya menemukan orang yang dia cari.
"Guanlin!" teriaknya, bersamaan dengan dia yang hampirin meja itu.
Seorang cowok yang duduk semeja sama Guanlin noleh, dia jadi spontan berdiri di pas nama Guanlin di sebut.
Ah, jangan jangan itu temennya Guanlin?
"Guanlin mana?" tanya cowok itu saat tepat di samping meja mereka. Ga neko neko, baru datang langsung nanya to the point.
"Itu, tepar di kursi," jawab cowok itu sambil nunjuk kursi belakangnya, karena dia sekarang lagi berdiri ngebelakangin meja itu.
"Lo temennya Guanlin?" tanya cowok itu memastikan. Karena dia emang mau Guanlin selamat sampai tujuan. Kalau cowok itu ternyata penculik kan ga lucu.
"Gue Wooseok, yang beberapa saat lalu lo telepon."
"Oh," cowok itu ngulum bibirnya, baru sadar kalau cowok yang udah berdiri di sebelah Guanlin ini adalah seseorang yang dinamain 'Tiang' di kontak.
"Gue kira lo ga mau bantu Guanlin. Eh iya, gue Baejin. Dan makasih udah mau di repotin ke sini malam malam ya,"
Wooseok ngekeh kecil, setelahnya dia natap Baejin ramah. "Santai aja, kalo nyangkut tentang Guanlin gue ga bakal pernah ngerasa di repotin. Dia udah jadi adik kecil gue."
Iya, adik kecil yang minta dilindungin sama di sayang. Guanlin lucu, kayak anak kucing yang minta dirawat. Dan Wooseok bakal jadi orang yang ngerawat anak itu penuh kasih sayang.
"Eh, lo bisa bantu naikin Guanlin ke punggung gue gak? Mau gue gendong belakang. Kalo bridal kaki dia kepanjangan."
Baejin nerjapin matanya, ga lama setelah itu langsung ngangguk iyain. Dia nyuruh Wooseok ngejongkok di depan kursi Guanlin, lalu bantu ngangkat Guanlin ke punggung lebar cowok itu.
Satu hal yang Baejin rasain, Guanlin enteng langsung ke tulang. Sumpah, Baejin pengen nangis aja pas sadar kalau Guanlin emang sekrempeng itu.
Elah, lo kemana aja maleen.
KAMU SEDANG MEMBACA
tiang berjalan✔ ‹woolin›
FanficSetinggi-tingginya Guanlin, kalo di sebelah Wooseok tetep keliatan pendek kok. Wooseok x Guanlin✔ Woolin✔ Bxb✔ •29-3-19 -- 21-7-19•