"ASTAGA, LO NAPA BOCAH?!"
Wooseok berseru panik saat Guanlin hampir jatuh dari motor. Kalau saja ia tak menengok ke belakang dan segera menahannya, sudah di pastikan kepala anak itu terhantam batu dijalanan.
"Duh anjir, pake tumbang segala lo ah. Ribet nih gue." Wooseok menahan tubuh Guanlin dengan kesusahan. Rupanya sangat susah menahan seseorang di atas motor.
Setelah turun dari motor lebih dulu, Wooseok mengangkat tubuh Guanlin ke teras rumahnya. Untung saja pagarnya tidak dikunci, kalau tidak bisa bisa ia dan Guanlin akan terkena derasan hujan lebih lama.
"Bentar ya Lin, Gue matiin motor dulu." ucap Wooseok setelah meletakkan tubuh Guanlin di lantai teras rumah. Ya mau bagaimana lagi, di teras rumahnya hanya ada halaman luas, tidak ada kursi panjang untuk meletakkan tubuh Guanlin.
Wooseok berlari kecil menuju motornya. Setelah memastikan mesinnya telah mati, ia kembali ke teras rumah.
"Heh bocah, bangun bangun." katanya sambil menepuk pipi Guanlin pelan. Namun nihil, tidak ada tanda tanda akan sadar dari Guanlin.
"Duh gusti, gue mesti gimana." Wooseok mengacak rambutnya frustasi. Apalagi muka Guanlin yang sudah pucat, bibirnya pun bergetar tanda kedinginan, membuatnya harus memutar otak untuk menyelamatkan tetangga nya itu.
Ya meskipun tetangganya kerap kali bertingkah menyebalkan, tapi Wooseok tidak akan membiarkan tetangganya itu sakit lebih lama.
Pikir, pikir, pikir!
Wooseok memejamkan matanya, berusaha mencari jalan keluar.
"Ah iya, kunci rumah!" Wooseok menyadari sesuatu. Ia dan Guanlin harus segera masuk kedalam untuk menghangatkan diri, tapi dimana Guanlin menyimpan kunci rumahnya?
Wooseok mengambil tas Guanlin, mengeluarkan isinya satu satu. Namun tetap saja kunci rumahnya tidak ketemu.
Bahkan di saku seragamnya pun tidak ada, masa di seragam basket Guanlin sih?
Wooseok menggelengkan kepalanya. Yakali Guanlin naro kunci rumah disitu, hadeuh bego!
Tiba tiba Wooseok teringat sesuatu.
Ah iya, jaket Guanlin!
Langsung saja Wooseok membuka tasnya dan mengambil jaket yang dititipkan Jihoon di kampus tadi. Dan benar saja, kunci itu ada di kantong jaket itu.
Dengan secepat kilat Wooseok membuka pintu rumah Guanlin. Setelah itu ia mengangkat tubuh Guanlin masuk kedalam.
"Lo manusia apa batu es, dingin bener." Cibirnya.
Karna tidak tau letak kamar Guanlin, akhirnya Wooseok menidurkan badan Guanlin diatas sofa empuk panjang berwarna putih di ruang tengah.
Setelah itu Wooseok diam. Apa yang harus ia lakukan setelah itu? Ingin meminta bantuan disini pun percuma saja. Dirumah Guanlin tidak ada siapa siapa, karna anak itu memilih tinggal sendiri.
"Kak.." Wooseok mematung. Ia langsung menatap Guanlin, ah sepertinya anak itu mengigau.
Tunggu dulu! Bibir Guanlin bergetar hebat, mukanya semakin pucat. Wooseok melotot panik, dia harus gimana ini heh?!
Jujur saja, Wooseok tidak ada pengalaman dalam mengobati orang sakit. Itu membuat nya semakin panik di situasi seperti ini.
Kemudian seseorang terlintas di pikirannya. Ia yakin bahwa orang ini dapat membantunya.
Yap. Jihoon!
Wooseok mengutak-atik ponselnya, tidak lama terdengar suara panggilan terhubung.
![](https://img.wattpad.com/cover/182866614-288-k190408.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
tiang berjalan✔ ‹woolin›
FanfictionSetinggi-tingginya Guanlin, kalo di sebelah Wooseok tetep keliatan pendek kok. Wooseok x Guanlin✔ Woolin✔ Bxb✔ •29-3-19 -- 21-7-19•