"E-eh?"
Seokjin terkesiap kala mendengar respon sederhana dari Yoona. Gadis remaja itu bahkan dengan mudah memaafkannya padahal tempo lalu ia sudah bersikap buruk padanya. Ia jadi tak enak hati pada Yoona, gadis itu begitu baik.
"Kamu..yakin mau memaafkan saya?" Seokjin bertanya memastikan.
Yoona menggelengkan kepalanya, tak habis pikir akan pria dewasa di hadapannya itu. "Om ini gimana sih, udah dimaafin kok malah tanya begitu."
Tanpa sadar, Seokjin menggaruk tengkuknya canggung. Berusaha bersikap seperti biasa dan mengontrol dirinya yang masih larut akan kesalahannya kemarin. Ingin sekali pria itu merutuki dirinya sendiri karena merasa bersalah. "B-bukan gitu maksud saya. Hanya saja, saya cukup terkejut karena kamu dengan begitu mudah mau memaafkan saya. Padahal tempo lalu saya sudah bersikap buruk sama kamu."
"Jadi, gimana? Om mau saya tarik ucapan tadi? Ya udah deh, saya gak jadi maafin."
"Eh jangan!"
"Ayah, kan Sooyeon udah bilang kan kalau kakak cantik ini baik hati. Makanya Sooyeon suka, hihi geli kak." Sooyeon yang entah sejak kapan berada di dalam gendongan Yoona terkikik pelan kala Yoona menggelitik lehernya.
Yoona yang pada dasarnya menyukai anak kecil merasa cukup senang dengan kehadiran Sooyeon. Gadis kecil itu nampaknya juga menyukai Yoona karena sejak tadi Sooyeon terus menggenggam tangan milik Yoona dengan erat.
"Sooyeon suka kakak, hm?"
"Suka! Kakak baik, terus cantik lagi. Sooyeon suka deh."
Yoona mencium pipi gembil milik Sooyeon dengan gemas, gadis itu bahkan tak sungkan melakukannya di hadapan ayah dari bocah tersebut. "Makasih ya, Sooyeon juga cantik. Kakak juga suka kok."
"Beneran kak? Asyik!"
Melihat interaksi manis di antara Yoona dan Sooyeon membuat Seokjin tak dapat membendung kebahagiannya yang membuncah di dadanya. Diam-diam, pria itu mengulum senyum tipisnya karena melihat raut kebahagiaan yang terpatri di wajah putrinya.
Ayah mana yang tak ikut merasakan kebahagiaan anaknya?
"Ekhem," Seokjin berdehem pelan.
Tersadar akan apa yang dilakukannya membuat Yoona terpaksa menurunkan Sooyeon dari gendongannya. "Ah iya, Om? Maaf ya, saya lancang gendong anak om." Yoona memberikan senyumannya yang justru terlihat canggung di mata Seokjin.
"Nggak apa-apa."
Seokjin menggaruk tengkuknya guna menghilangan kecanggungan yang ia rasakan saat ini. Ia bingung sendiri untuk berbicara dengan seorang gadis remaja seperti Yoona, kira-kira percakapan seperti apa yang harus ia mulai. Sedangkan Seokjin sadar diri bahwa usianya terpaut jauh dengan gadis di hadapannya.
Ia takut Yoona merasa tak nyaman karena gaya bicaranya yang terlalu dewasa atau kurang dimengerti dari segi bahasanya. Sedangkan Yoona sendiri masih terbilang anak-anak remaja dengan gaya bahasa kekinian yang tak ia pahami.
Alih-alih memikirkan topik obrolan dengan Yoona, Seokjin lebih memilih untuk memberi Yoona sebuah ajakan. "Saya masih ngerasa gak enak sama kamu. Gimana kalau saya traktir kamu makan aja? Terserah kamu mau pesan makanan apapun juga."
"Eh serius om? Tapi keknya ngga deh, Jimin pasti udah lama nungguin aku." Yoona menggigit bawah bibirnya gugup, merasa tak enak hati karena menolak ajakan Seokjin terlebih lagi Jimin. Sepupunya itu pasti merasa kesal karena menunggunya terlalu lama.
"Tadi Jimin chat saya, dia pulang duluan katanya."
"Lah kok? Jimin nyebelin banget sih, nanti aku pulang sama siapa coba, ish."
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany •KSJ
FanfictionKim Seokjin seorang single parent, sang istri meninggal ketika melahirkan buah hati mereka. Kim Sooyeon gadis berumur tujuh tahun yang selalu meminta sang ayah untuk memberinya sosok ibu. "Maukah kamu menjadi istri dan ibu untuk anak saya?" [BAHASA...