Sudah satu jam lebih Seokjin berkutat dengan tumpukan kertas dan juga layar monitor yang membuat kepalanya pening. Belum lagi putrinya yang merengek karena terus menunggu dan tak sabar ingin bertemu dengan sang 'kakak cantik' nya itu.
Jelas Seokjin dibuat bingung oleh permintaan Sooyeon. Dimana pula ia akan bertemu dengan gadis itu, tahu alamat rumahnya saja tidak, bagaimana akan bertemu dan meminta maaf padanya.
Guna mengalihkan perhatian si kecil, Seokjin memilih opsi untuk mengajak putrinya itu keluar rumah untuk sekadar membeli makanan dan minuman ringan di sekitar rumahnya.
Mengenai permintaan maafnya pada gadis kemarin, ia akan mencarinya nanti. Lagipula dengan niat baiknya yang ingin meminta maaf, pasti akan ada jalan lain. Bisa saja dia akan bertemu dengan gadis itu lagi, siapa tahu?
Dan disinilah mereka, berada di depan sebuah kedai yang letaknya tak begitu jauh dari rumahnya. Sebenarnya dengan cukup berjalan kaki saja sudah sampai, hanya saja Taehyung sedang ada keperluan mendadak sehingga Seokjin dan Sooyeon ikut menumpang di mobilnya sebentar.
Seokjin tak membawa kendaraan apapun karena menurutnya lebih baik berjalan kaki saja ketika pulang nanti, hitung-hitung berolahraga. Daripada terus-menerus menggunakan kendaraan padahal tempat tujuan tak terlalu jauh, tidak sehat, dan tidak berguna juga memiliki kaki tapi tak digunakan berjalan dengan semestinya.
"Kak, mengenai laporan kerja kemarin, aku pikir gak ada salahnya terima tawaran kerjasama dari Pak Jungwoo."
Seokjin menoleh ke arah Taehyung yang tengah menatapnya dengan serius. "Kenapa emangnya?"
Taehyung menghela napas pelan. Pria itu memegang bahu kanan milik sang kakak. "Perhitungan omset perusahaan kita bulan ini menurun, kita butuh kerjasama yang bisa mengembalikan kondisi perusahaan kita seperti semula. Berita baiknya perusahaan Pak Jungwoo memberi bunga margin rendah dengan limit trading yang besar."
Sooyeon yang merasa jengah dengan obrolan kedua orang dewasa tersebut hanya mencebikan bibirnya dan menghentakkan kakinya beberapa kali. Bertanda bahwa gadis kecil tersebut merasa kesal saat ini. Sesekali Sooyeon menarik celana milik sang ayah agar pembicaraan tersebut selesai.
"Nanti dulu, Nak." Seokjin berusaha meminta puterinya untuk menunggu sebentar.
"Lama banget, huh."
Mengetahui kekesalan sang anak, akhirnya Seokjin menepuk bahu Taehyung pelan seraya menganggukkan kepalanya. "Soal itu kita bahas nanti aja ya. Lihat, ponakanmu gak sabar buat jajan."
Sontak saja Taehyung menurunkan pandangannya ke arah Sooyeon yang cemberut sembari memajukan bibirnya dengan lucu. Hal itu tak lepas dari pandangan Taehyung yang terkekeh pelan akan tingkah laku ke tersebut. Tangannya terulur mengusap rambut Sooyeon lalu diacaknya pelan.
Sooyeon merengek mengetahui bahwa pamannya mengacak rambutnya, membuat kekesalannya bertambah saja.
"Aduh ponakan om kalau kaya gini jadi mirip bebek tau. Bibirnya manyun begitu, jelek. Jangan kesel sama om, kalau om pulang nanti bakal om kasih boneka Koya kesukaanmu itu."
Tak berapa lama kemudian Sooyeon menampilkan raut wajah sumringah karena ucapan pamannya itu. Ia tak lagi merajuk, senyumnya mengembang seketika.
"Beneran om? Janji ya!"
"Iya, om janji. Asal kamu janji juga sama om jangan kesel lagi kaya tadi, terus harus nurut sama ayah kamu. Gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany •KSJ
FanfictieKim Seokjin seorang single parent, sang istri meninggal ketika melahirkan buah hati mereka. Kim Sooyeon gadis berumur tujuh tahun yang selalu meminta sang ayah untuk memberinya sosok ibu. "Maukah kamu menjadi istri dan ibu untuk anak saya?" [BAHASA...