Chapter 01 : Adik kecil, jangan menangis

670 116 152
                                    

Tampan? Tentu.

Pintar? Pastinya.

Kaya? Jangan tanya lagi.

Single? Hmm, bisa jadi.

Bagaimana menyebutnya ya? Pria tersebut memang bisa dibilang singel untuk saat ini. Namun, tak ada yang menyangka bahwa status singlenya tak lain dan tak bukan adalah bahwasanya ia sudah berstatus duda beranak satu.

Terkejut bukan?

Ya, tapi kenyataannya memang seperti itu.

Kim Seokjin, pria berumur dua puluh delapan tahun, seorang duda muda beranak satu. Pria itu bahkan sudah mendapatkan statusnya tersebut sejak usianya baru menginjak dua puluh satu tahun.

Disaat teman sebayanya mungkin tengah sibuk mengejar karir atau bahkan tengah menikmati hidup dengan pasangannya, ia justru sibuk berperan sebagai seorang ayah dan juga pemimpin perusahaan.

Menjadi seorang pekerja dan single parent tentu saja melelahkan. Disaat kamu harus menafkahi keluargamu, kamu juga harus membagi waktumu untuk mereka, sekadar menanyai kabar atau mengajaknya jalan-jalan sebentar. Semuanya harus adil tanpa adanya kekurangan sedikitpun.

Jika kamu bertanya apakah Seokjin seringkali mengeluh dengan keadaan. Iya, tentu. Tidak sering sih sebenarnya, tapi ayolah pikirkan saja berapa banyak beban yang ia tanggung sendiri.

Tanpa seorang istri.

Ahn Nara, sang istri tercinta meninggal saat melahirkan puteri kecil mereka dulu.

Dulu Seokjin dan mendiang istrinya memutuskan untuk menikah muda saat mereka masih berumur dua puluh tahun.

Semuanya baik-baik saja, keluarga kecil mereka begitu sederhana dan harmonis. Hingga suatu saat ada kejadian naas menimpa Nara yang membuatnya meninggalkan pria tersebut untuk selamanya.

Benar. Ahn Nara, sang istri tercintanya meninggal.

Pada waktu yang bersamaan, sang buah hati pun lahir dari rahim mendiang istrinya melalui jalur operasi. Puteri kecil mereka yang diberi nama Kim Sooyeon akhirnya terlahir ke dunia dengan kecantikan alami yang diturunkan dari kedua orangtuanya. Nahas, bayi cantik tersebut tidak bisa mendekap ibunya di hari kelahirannya.

Saat itu, sebelum Nara masuk ke dalam ruang operasi, ia berpesan pada Seokjin untuk tetap bertahan dan mengikhlaskan kepergiannya demi menjaga Sooyeon, buah hati mereka. Tidak ada yang bisa Seokjin lakukan selain menangis dan mencoba menguatkan diri tentang apapun yang akan terjadi nanti. Setidaknya ia harus hidup dan bertahan untuk menghidupi puterinya sebagai seorang ayah.

Tak!

Bunyi bolpoin yang terantuk meja terdengar cukup keras. Pemuda pemilik paras tampan menggelengkan kepalanya seraya berjalan ke arah sofa di hadapannya. Setelahnya ia memposisikan dirinya untuk duduk di sofa tersebut dengan posisi kaki menyilang.

"Gila, aku pikir kamu tidak akan serius saat bilang akan lembur seharian. Kamu tidak ingat keponakanku?"

Kim Taehyung. Sang pemilik suara tersebut terus menatap tajam ke arah Seokjin, kakaknya, yang sibuk berkutat dengan laptop di hadapannya.

Si bungsu itu datang dengan raut wajah yang menurut Seokjin cukup menyebalkan.

Ah, anak itu memang menyebalkan tiap harinya. Batin Seokjin membenarkan.

"Hm."

"Apa?"

Ingin rasanya Seokjin mendorong makhluk di hadapannya itu jika tak mengingat bahwa Taehyung merupakan adiknya.

Epiphany •KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang