"Nyebelin! Udah jelek, tua, omongannya pedas pula. Aku heran kok bisa-bisanya orang macam dia bisa ngomong begitu ke anak di bawah umur kaya aku."
Sepanjang perjalanan pulang, Yoona terus saja berceloteh mengenai apa yang baru saja ia alami beberapa saat lalu. Gadis remaja itu menyeka bulir air matanya yang mengalir begitu saja di kedua pipinya, berusaha menahan tangis. Walaupun pada kenyataannya hal itu sia-sia saja karena Yoona sudah lebih dulu menangis.
"K-kenapa sih mulutnya jahat banget, hiks."
Kalau suatu saat nanti kita ketemu lagi, bakal aku kasih perhitungan. Lihat aja!
Gadis itu mendekap erat beberapa buku tebalnya setelah bus yang ditumpanginya telah berhenti di tempat tujuannya, yakni halte yang jaraknya terbilang cukup dekat dari rumahnya. Sehingga tak membutuhkan waktu lama untuk berjalan dari halte tersebut untuk segera tiba di rumah.
Ceklek
Yoona membuka pintu rumahnya dan langsung menampakkan seorang pria dengan pakaian rumahan seperti biasanya tengah menatap Yoona heran.
"Kamu kenapa, dek?"
"HUAAAA ABANG."
Yoona meraung seketika.
_____Epiphany_____
Beberapa waktu lalu..
"Sooyeon!"
Seorang pria dewasa datang dengan raut wajah khawatir menghampiri Yoona dan anak perempuan tersebut. Ia memakai setelan pakaian kantoran yang bisa Yoona tebak bahwa pria tersebut memiliki jabatan yang cukup tinggi.
Sekilas Yoona mendengar anak itu memanggil pria di hadapannya ini dengan sebutan ayah.
Jadi om itu ayah dari adik kecil ini? Syukurlah, seenggaknya adik kecil ini bertemu dengan orang tuanya.
Anak perempuan tersebut merentangkan tangannya menyambut kehadiran pria itu. Mereka berpelukan erat dengan pria yang disebut sebagai ayah dari anak itu terus menggumamkan sesuatu seraya mengecup puncak kepala putrinya dengan lembut.
"Maafkan ayah yang ceroboh ini, Nak."
Yoona tersenyum kala melihat interaksi antara ayah dan anak itu, rasanya cukup menyenangkan, terlebih lagi ia juga sangat merindukan kedua orangtuanya. Sayangnya ia tidak bisa menemui mereka karena kedua orangtuanya telah meninggal sekitar dua tahun silam.
Singkatnya, kedua orang tua Yoona meninggal akibat kecelakaan pesawat yang merenggut nyawa para penumpang termasuk kedua orang tuanya.
Bersyukur Yoona tidak tinggal sendiri karena sekarang ia tinggal bersama sang kakak yang tengah berjuang keras membiayai semua kebutuhan mereka berdua. Sejak kepergian mereka, kakaknya menjadi tulang punggung keluarga.
"Sooyeon, kamu gak apa-apa kan?"
Ah, kayaknya aku melamun terus dari tadi. Lihat interaksi mereka, aku jadi rindu ayah ibuku.
Anak perempuan yang baru Yoona ketahui bernama Sooyeon itu mengangguk pelan dengan lelehan air matanya yang mulai mengering. "Aku gak apa-apa, Ayah. Untungnya kakak cantik ini--"
"Untuk anak seusiamu pintar juga memikirkan cara licik untuk meraup uang para pengusaha kaya."
Yoona tersentak kala mendengar ucapan pria di hadapannya. Pria itu seolah mengintimidasi gadis itu dengan tatapannya yang tajam, membuat Yoona takut saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany •KSJ
FanfictionKim Seokjin seorang single parent, sang istri meninggal ketika melahirkan buah hati mereka. Kim Sooyeon gadis berumur tujuh tahun yang selalu meminta sang ayah untuk memberinya sosok ibu. "Maukah kamu menjadi istri dan ibu untuk anak saya?" [BAHASA...