"Pada akhir perjalananku untuk menemukan diriku sendiri, aku telah sampai di tempat yang sama lagi. Pada akhirnya, apa yang ingin aku temukan adalah peta dari jiwa, permulaan dan tanda untuk semuanya. Sesuatu yang semua orang mungkin miliki namun tidak semua orang dapat menemukannya, dan aku ingin mencoba mencarinya dari sekarang."
═══════ ≪ •❈• ≫ ═══════
EPIPHANY
═══════ ≪ •❈• ≫ ═══════"Jangan nangis gitu ah, kamu gak malu sama anak kita?"
"Aku tetap di sini kok, tepatnya di hati kamu."
"Ikhlaskan aku ya?"
"Jaga Sooyeon, demi aku."
"Aku cinta kamu, sayang."
Sudah terhitung tujuh tahun yang lalu kepergianmu, meninggalkan sejuta kenangan yang bahkan hingga saat ini belum bisa aku lupakan. Anggap saja aku pria cengeng yang masih belum bisa menerima atas semua yang terjadi, persetan dengan hal itu.
Karena nyatanya aku sangat merindukanmu. Teramat sangat merindukan.
Lagi dan lagi, ku seka air mata yang dengan tak tahu malunya terus mengalir di pipiku. Ya, aku menangis karena merasa bahwa rentetan peristiwa ini hanyalah ilusi belaka.
Andai hanya ilusi, namun nyatanya tidak demikian.
Kamu pasti malu menikahi seorang pria cengeng sepertiku, bukan? Baiklah, akan kuhapus jejak air mata ini. Aku tak ingin terlihat lemah di hadapanmu.
Sudah.
Coba kamu lihat aku, masih terlihat tampan seperti biasanya. Aku yakin kamu melihatnya di atas sana dan tersenyum padaku lalu berkata, "Ah, suamiku yang tampan. Aku sangat mencintaimu."
Aku tersenyum membayangkannya.
"Ayah, sekarang adalah hari ulang tahun Ibu, ayok kita ke sana!"
"Tunggu ayah di mobil, Nak!"
"Baik, Ayah."
Oh ya, aku lupa memberitahumu bahwa puteri kecil kita sudah tumbuh menjadi seorang gadis kecil yang cantik.
Dia sangat senang jika aku menceritakan hal sederhana tentangmu. Seperti bercerita bagaimana kegemaranmu yang tak jauh berbeda dengannya.
Kamu tahu? Puteri kecil kita Sooyeon juga tak menyukai mayonaise sepertimu. Tapi, dia sangat menyukai rasa matcha yang kau anggap rasanya tak ada bedanya dengan rasa daun.
Kau bilang, "Bagaimana bisa seseorang membuat varian rasa macam daun seperti ini!"
Aku tertawa kala mengingat celotehmu perihal rasa tersebut.
Akan tetapi, ada hal lain yang membuatku sedih. Puteri kecil kita terkadang selalu memintaku untuk mencarikannya sosok ibu penggantimu. Aku sadar, ia masih kecil dan butuh sosok ibu yang mampu mengurusnya dan memberinya kasih sayang yang cukup.
Tapi mohon maaf saja, jelas aku menolaknya. Aku kan tidak bisa melupakanmu begitu saja. Terlebih lagi aku rasa kasih sayangku untuk Sooyeon pun rasanya lebih dari cukup.
Andai kamu masih di sini, mungkin kita akan bersama-sama membesarkannya dan menua bersama.
Sekadar membayangkannya tak apa, bukan?
Ngomong-ngomong hari ini kami akan mengunjungimu, jadi tunggulah kedatangan kami.
Aku mencintaimu, sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany •KSJ
FanficKim Seokjin seorang single parent, sang istri meninggal ketika melahirkan buah hati mereka. Kim Sooyeon gadis berumur tujuh tahun yang selalu meminta sang ayah untuk memberinya sosok ibu. "Maukah kamu menjadi istri dan ibu untuk anak saya?" [BAHASA...