Ntah mengapa, malam hari ini terasa begitu sangat panjang. Itu yang di rasakan oleh ke empat pendaki ini. Leona dan Shilla sampai kewalahan karena terus berjalan mencari arah sesuai apa yang masih ada di ingatan Febby dan Arga tentang peta yang di bacanya. Tiba-tiba terdengar suara gerumunan seperti orang yang berada di pasar, apa mungkin di hutan gunung Lawu ini ada yang berjualan?
"Nah, terdenger lagi nih suara." gumam Shilla.
"Kalian bisa sampai kesini gara-gara denger ini?" tanya Febby, Leona dan Shilla mengangguk.
"Buang salah satu benda berharga yang kalian bawa sekarang." sambung Febby sambil melempar jam tangan kesayangannya itu. Jam itu pembelian dari almarhum ibundanya yang sangat ia jaga. Namun apa boleh buat? Demi keselamatan mereka.
Arga langsung mengerti, ia membuang apa saja yang di bawanya saat ini. Karena Arga pernah membaca artikel tentang pendakian gunung Lawu, jika terdengar suara gaduh seperti orang yang berada di pasar maka buanglah benda yang di bawa, sama seperti apa yang di katakan oleh Febby.
Shilla pun membuang gelang yang ia kenakan, gelang mahal yang ia beli dengan mengumpulkan uangnya sendiri. Tapi tidak dengan Leona, ia hanya membawa ponsel ber-merk Apple kesayangannya yang telah lowbatt. Apakah ia harus membuang ponsel ini? Ga mungkin!
"Na, lo udah buang sesuatu?" tanya Febby.
Leona sontak terkesiap, bibirnya kaku, tangannya dingin serta wajah yang memucat karena takut jika ketahuan tidak membuang apa pun.
"U-ud-udah kok, emh- a-ayo jalan!" jawabnya terbata-bata.
Febby mencium hal yang mencurigakan dan aneh pada diri Leona, namun ya sudahlah. Bukan Febby tak peduli, ia hanya tak ingin terbalut emosi karena sangat berbahaya untuk perjalanannya saat ini.
Setelah berpuluh-puluh meter melangkah, Arga berhenti mendadak membuat Febby, Shilla dan Leona saling bertubrukkan di belakang Arga. Arga melihat seorang lelaki paruh baya sedang melakukan aksinya memuja pohon dihadapannya.
"Astaghfirullah!" ucap Arga, spontan.
"Ada apa, Ga?" tanya Febby.
"Hari gini masih aja percaya sama setan!" tukas Arga.
Shilla maju satu langkah berdampingan dengan Arga, "Tadi gue juga lihat kakek tua lagi bawa sesajen kesini, mirip banget sama kuncen yang pernah menemui kita di kaki gunung Lawu waktu itu."
Karena merasa sedang di awasi, sorot mata lelaki paruh baya itu memandangi sekitar. Arga, Febby, Shilla dan Leona sontak bersembunyi di balik pohon yang ada.
"Jangan keras-keras ngomongnya!" ucap Leona.
Saat Arga, Febby, Shilla dan Leona berbalik, tiba-tiba lelaki paruh baya itu sekarang tepat berada di hadapan mereka. Bibir mereka berempat terkatup, mata yang membulat serta jantung yang berdebar-debar ketika ketahuan dengan lelaki ini.
Mata yang tajam sedang melotot ke arah mereka berempat, "Kenapa kalian kesini?! Mau mata-matain saya ya!" kata lelaki paruh baya itu.
"Pergi sana! Atau kalian mau saya jadikan tumbal?!" kata lelaki paruh baya itu lagi.
Febby, Shilla dan Leona menggelengkan kepala, sungguh sangat tidak mau! Mereka pun berlari meninggalkan Arga yang masih berada di hadapan lelaki itu.
Arga tersenyum sopan, "Permisi pak." ucapnya yang kemudian berlari mengikuti Febby, Shilla dan Leona.
🌳🌳🌳
"Hampir menjelang subuh nih." ucap Fahri sambil melirik arloji yang terikat di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misteri Gunung Lawu [SELESAI]✔
Mystery / Thriller⚠️ Cerita ini dibuat berdasarkan imajinasi author. □□□ "Salah satu dari kalian harus mati!" Awalnya sekelompok remaja menjejakkan kaki di gunung Lawu hanya untuk menikmati pesonanya. Namun keanehan dan keganjilan terus mereka temui di perjalanan men...