CHAPTER 8

5.6K 220 21
                                    







Sunyi menanti kegelapan

Raungan serigala menanti bulan purnama

Semilir angin menjemput kesunyian

Membawa ia melayang ke tempat kalian berada

Authornya gabut beib💋
Btw bagus ga? Kalian paham ga maksudnya?😂























Authornya gabut beib💋Btw bagus ga? Kalian paham ga maksudnya?😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●

"Ini jam berapa sih?" tanya Leona yang membuat seluruh sorot mata memandanginya.

"Gue ga pake jam, lo tau sendiri kan jam gue udah di buang tadi?" jawab Febby yang menghangatkan suhu tubuhnya di dekat api unggun buatan Fahri dan Arga.

Shilla melihat arloji yang ada dipergelangan lengan Fahri, "Nah, itu lo ada jam Ri. Jam berapa sekarang?"

Fahri diam seolah tidak mendengar perkataan Shilla, Fahri sedang membakar kayu untuk api unggun dihadapannya. Lalu Arga menyenggol lengan Fahri yang berada disampingnya.

"Fahri? Lo denger gue kan?" Shilla memastikan.

Fahri menatap Shilla sebentar, kemudian melirik arloji di pergelangan tangannya. "Sepuluh." jawabnya singkat.

"Sepuluh apa?"

"Pagi."

"Lo yakin?"

Shilla seperti tidak percaya dengan ucapan Fahri, karena baginya jam sepuluh pagi kok keadaannya masih gelap begini?

"Mau hujan kali Shil." sahut Arga.

Tak lama kemudian, memang benar ucapan Arga. Suara gemuruh petir terdengar dari atas langit, rintik-rintik air mulai membasahi satu persatu kulit mereka.

"Mau berteduh dimana nih!!" teriak Leona karena lama kelamaan tubuh mereka telah basah kuyup akibat di guyur hujan.

"Ikut saya!" perintah Fahri yang kemudian di ikuti oleh Shilla, Leona, Arga dan Febby. Sejujurnya Febby masih ragu dengan Fahri, itu memang Fahri atau.........?

Fahri mengajak mereka ke sebuah pondok yang jarang sekali mereka temui di hutan gunung Lawu. Cukuplah untuk mereka berteduh sementara. Keadaan disini cukup gelap, tidak ada sama sekali penerangan.

"Ri, kok lo tau banget dengan pondok ini?" tanya Febby.

Fahri diam lagi, seolah tidak mendengar pertanyaan Febby. Apakah sekarang Fahri mendadak jadi tuli?

"Fahri! Ditanyain tuh sama Febby." Leona menyenggol lengan Fahri yang berada di sampingnya.

"Feeling." jawabnya singkat.

Kenapa Fahri makin kesini makin aneh? Dia kok jadi kayak robot? Hanya mengucapkan satu atau dua kata?

Berjam-jam mereka menunggu hujan reda hingga tanpa terasa maghrib menjelang. Arga memutuskan untuk bermalam di pondok ini, karena hanya inilah tempat yang cocok untuk berlindung.

🌳🌳🌳

"Duh, mereka udah tiga hari ga balik-balik." keluh Fahri pada Joshua.

Joshua ternyata memang sedang mabuk berat waktu itu dan untungnya ia telah sadar dua hari yang lalu.

"Iya, benar juga kau. Atau jangan-jangan mereka tersesat?"

"Kita turun duluan aja gimana? Kita minta bantuan sama orang-orang." Fahri memberi saran.

"Apalah kau ini, kau ini memang orang yang tidak setia kawan. Janganlah begitu, kita harus cari mereka jangan diam saja!" tukas Joshua.

Karena merasa tidak enak dengan ucapan Joshua barusan, Fahri menyetujui saran Joshua. Mereka pun membawa peralatan mereka dan mulai menyusuri jalan untuk mencari keberadaan teman-temannya.

La illa hailallah.... La illa hailallah....

Suara itu terdengar seperti orang yang akan menguburkan jenazah, segera mereka berdua bersembunyi di balik semak untuk melihat apa yang terjadi. Dan benar, sekumpulan warga sedang membawa keranda yang seperti berisi jenazah di dalamnya.

"Apa itu?"

"Itu jenazah yang mau di kuburkan. Tapi gue juga ga tau pasti." jawab Fahri.

"Tak mungkin sekali kan, ada orang yang mau di kuburkan di tengah-tengah hutan kayak gini?" timpal Joshua.

"Kita ikutin?" Fahri menatap Joshua untuk menunggu jawaban darinya, kemudian Joshua mengangguk dengan segera mereka berdua mengendap-endap mengikuti warga yang sedang membawa keranda tersebut.

Mereka terus mengikuti warga tersebut tanpa tahu arah, hingga tiba-tiba semua warga tersebut menghilang dan yang terdengar hanyalah suara mereka.

"Damn! Apa yang gue lihat tadi?" ucap Fahri tiba-tiba sekujur tubuhnya merinding.

"Waduh, merinding aku njirr." sahut Joshua.

🌳🌳🌳

Pukul delapan malam sesuai arloji yang dikenakan oleh Fahri, hujan reda. Yang tersisa hanya embun-embun yang menyelimuti pandangan mereka seperti kabut tebal.

"Gue laper." celetuk Leona dan diikuti anggukan oleh Shilla.

Karena iba, Arga dan Fahri memutuskan untuk mencari sesuatu yang bisa di makan walaupun pencarian mereka terlabui oleh kegelapan.

"Gue ikut woi!" teriak Febby.

Arga melarangnya untuk mengikuti, sebaiknya ia disini menjaga kedua temannya.

"Fahri aja yang tinggal, kan dia cowok. Biar dia yang jagain Leona dan Shilla. Please?"

Ide Febby ada benarnya juga, Arga mengangguki ucapannya. Lalu mereka pergi mencari makanan yang layak di makan.

"Ri, lo ga kasihan sama Joshua yang sendirian di dalam tenda?" tanya Shilla namun sepertinya Fahri tidak mendengar.

"Hello Ri? Lo budeg atau telinga lo lagi ada masalah?" Lima jari Leona berhadapan dengan Fahri dengan muka datarnya.

"Dia mabuk." jawab Fahri, singkat.

Keadaan hening, sunyi dan sepi yang terdengar hanyalah suara jangkrik dan lolongan anjing yang samar-samar.

"Fahri, lo tumben ga sholat isya? Biasanya lo tepat waktu banget." tanya Shilla.

Fahri tetap diam dengan pandangan lurus ke depan.

"Tuh kan kumat, memang budeg kali." celetuk Leona.

Shilla menatap Fahri dengan penuh kebingungan, tak biasanya Fahri jadi sangat pendiam macam ini. Keadaan kembali hening, hingga suara perut Leona yang bergemuruh sangat terdengar di telinga Fahri dan Shilla.

Leona cengengesan, "Hehe, perut gue udah ga bisa di kontrol." []

Hallo guys, maaffff banget udh lama ga update🥴 authornya lg sibuk beut nih... insha allah klo ada wktu cerita ini dan yg lain akan berlanjut.

Rencananya sih, author mau vakum dlu dr dunia menulis :( gimna mnrut pendapat kalian?

Misteri Gunung Lawu [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang