CHAPTER 10

7.1K 253 39
                                    

Warning:
17+++
Karena ada konten yang tidak patut dibaca bagi para bocil!
____

Kicauan burung terdengar begitu indah, tapi siapa tahu itu adalah pertanda buruk? Matahari telah menjulang tinggi, tapi mengapa suasana tetap suram dan mencekam? Hari ini waktunya mereka balik alias turun gunung, soal Aqila dan Leona biarkan tim SAR nanti yang mengurusnya. Sebelumnya mereka merapikan semua barang-barang termasuk menutup tendanya kembali.

"Shil! Temenin gue pipis dulu dong!" pinta Febby yang sepertinya sudah kebelet. Segera Shilla mengiringnya dari belakang.

"Udah jauh nih Feb, buruan!" ucapnya.

"Tungguin ya, pegangin ini dulu." ucap Febby sambil meletakkan sesuatu di tangan Shilla, tanpa melihat Shilla pun mengambil dan menggenggamnya.

Suasana malah semakin mencekam, bulu kuduk Shilla mulai merinding.

"Feb, udah belum?"

Tak ada jawaban darinya, namun Shilla mencoba memanggilnya lagi. Alhasil? Sama. Tak ada jawaban darinya. Lalu Shilla mencoba mengecek keadaan, tak ada Febby disana.

Lalu?

Siapa?

Itu?

Sesuatu yang ia genggam tadi adalah kalung yang pernah ada di Aqila, ia baru sadar ternyata itu bukan Febby. Waktu Shilla berbalik, sosok yang membawa celurit itu hadir. Shilla segera berlari ntah kemana. Sepertinya sosok itu sangat mengincarnya. Shilla terjebak di jalan buntu, ia tidak bisa kemana-mana. Yang ada hanyalah Shilla dan sosok itu serta bunyi suara monyet yang saling bersaut-sautan.

"Tidak! Saya tidak menganggumu, saya tidak mau mati!" ucap Shilla yang telah ketakutan setengah mati.

Sosok itu berjalan mendekat ke arah Shilla, jantung Shilla terus berdebar.

"Tolong!!!"

Walaupun tidak akan ada yang mendengar, setidaknya Shilla masih berusaha untuk terus hidup. Namun sayang, celurit itu telah terhempas di leher Shilla. Hingga membuat tubuh dan kepalanya terpisah.

Ya, beginilah akhir cerita dari Shilla yang masih berstatus pacar Arga.

Sedangkan di tenda...

"Jo, lo lihat Shilla ga?" tanya Arga.

Joshua memandangi keadaan sekitar, "Febby! Mana Shilla?!" teriaknya pada Febby yang masih mengumpulkan sampah.

"Ga lihat!" teriaknya juga.

"Bukannya dia tadi sama lo?!"

"Mulut lo asal bunyi! Gue dari tadi ngumpulin sampah nih!" jawab Febby.

Karena masih penasaran, Joshua dan Arga menghampiri Febby yang sedang mengumpulkan sampah. Namun Febby tetap bersikeras tak mengetahui dimana Shilla, karena memang benar Febby tidak tahu. Setaunya, Shilla lagi beresin tenda. Tapi kok tiba-tiba ga ada?

Arga meremas rambutnya sendiri, ia pun menghampiri kuncen yang sedang meminum kopi hangat sambil menikmati sunrise.

"Kek! Gimana ini!" Arga setengah kesal.

Kuncen itu meletakkan secangkir kopinya, "Dia sudah ditelan dunia ghaib." jawab kakek itu, tenang.

"APAAA?!" ucap Arga, Febby, Fahri dan Joshua serentak.

"Kenapa ga saya saja yang jadi korban! Kenapa harus dia?!" bentak Arga.

"Kalung itu menginginkannya." ucap kakek itu.

Febby, Joshua dan Fahri mencoba meredam emosi Arga.

"Sudah siap? Ayo kita turun sekarang." ajak kakek itu, lalu bangkit dari duduknya.

Misteri Gunung Lawu [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang