Bab 18 || Gadis Bintang

5 0 0
                                    

✨✨✨

Tawa itu menggema, tercipta oleh dua manusia yang saling bertukar canda. Arzio dan Ica. Tawa itu juga dilihat Naina dari seberang. Tawa yang dirindukannya, tawa yang dulu mengisi harinya. Tawa itu, yang pernah membuat Naina lebih bahagia. Tawa itu, yang pernah membuat senyum Naina terbit. Tawa milik Arzio.

Kini Naina tahu, bahwa tawa itu bukan lagi miliknya. Bahkan, sejak dulu pun, ia tak bisa mencipta tawa sehangat itu dengan Arzio. Lagi-lagi kenangan itu muncul tanpa dipinta. Menyeruak ke relung ingatan dan berputar tak mau henti, membuat Naina menghela napas sendiri.

Semuanya sudah berakhir, Na, peringat hatinya.

Tak jauh di belakang Naina, Shaka juga melihat Naina. Naina yang tengah memandang dua orang di seberangnya. Gadis itu terpaku, tak berpindah dari tempatnya. Shaka tentu bertanya-tanya, ada hubungan apa gadis itu dengan sahabat yang sudah ia anggap adik itu? Jika tak saling mengenal, Naina tak mungkin berdiri di situ dan memperhatikan mereka. Lantas, mereka mengenal sebelum ini?

Tak mau berlama-lama berpikir, Shaka menghampiri Naina.

"Na," panggilnya.

Gadis itu berbalik, sedikit terkaget melihat Shaka di sampingnya.

"Kak Shaka. Kapan datang?"

"Baru aja, kok. Kamu kenapa berdiri di sini?" Shaka bertanya lagi.

Naina menggeleng ragu, entah harus menjawab apa. "Masuk, yuk, Kak!" ajaknya yang diangguki Shaka.

Naina berjalan di depannya tanpa menoleh lagi. Shaka menoleh ke belakang, Arzio dan Ica sudah berlalu dari sana. Entah ke mana.

Lelaki itu merogoh ponselnya dan mengirimkan pesan pada Arzio. Memintanya bertemu siang ini. Ada tanya yang harus mendapatkan jawaban.

✨✨✨

Shaka bukannya tak tahu atau menutup mata, tentang tatapan Arzio pada Naina saat pertemuan waktu itu. Jelas itu bukan tatapan biasa. Shaka tahu ada yang berbeda, dan ia ingin memastikan.

Di sinilah ia kini, mengamati para pekerjanya setelah berpamitan pada Naina di kafe tadi. Tak menunggu lama, suara yang dikenalnya menyapa. Lelaki yang ditunggunya itu mengulum senyum.

"Gimana kabar tante Aini? Udah baikan?" tanya Shaka.

"Alhamdulillah, Bang. Masih agak lemas aja katanya," jawab Arzio. "Ada apa nih, Bang? Tiba-tiba minta ketemu gini," tanya Arzio kemudian.

"Ada yang mau Abang tanyain. Ke ruangan Abang aja, yuk!" ajak Shaka yang diangguki Arzio. Kedua pria dewasa itu berjalan berdampingan menuju ruang kerja Shaka.

"Kamu kenal Naina?" tanya Shaka ketika Arzio baru saja duduk.

Arzio terpaku sejenak sebelum menatap Shaka. Lelaki itu berdiri dengan kedua tangan bertumpu di meja, menatapnya.

"Maksud Abang?"

"Kamu kenal Naina sebelumnya, 'kan? Tolong jawab dengan jujur, Zi!" Shaka bertanya lagi.

Arzio mengangguk, dengan tanya yang hadir di pikirannya. Apa Shaka tahu tentang hubungannya dengan Naina dulu?

"Siapa Naina?"

Arzio menghela napas sebelum kembali menatap Shaka. Lelaki di hadapannya itu masih bersikap tenang, meski Arzio tahu lelaki itu penasaran.

"Dia ... gadis bintangku, gadis yang kucari selama ini," tutur Arzio.

Shaka terhenyak. Gadis itu ...?

"Gadis yang sama dengan gadis yang Abang cari. Gadis yang sampai saat ini masih kusayangi. Aku minta maaf untuk itu, Bang."

Mei Itu BiruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang