4.Kepada

37 5 0
                                    

"Sudahlah Tifa~ kenapa kau marah?"

"Sudah ku bilang jangan mengikutiku kan?!"

Saat ini aku sedang berjalan di lorong sekolah keluar menuju gerbang sekolah dan segera pulang, tapi anak ini dari tadi mengikutiku.

"Apa maksudmu aku tidak mengikutimu. Yah.. semua murid kalau mau pulang harus melewati lorong ini!"

Dari awal dia memperhatikanku dan sekarang dia menyangkal kalau tidak mengikutiku.

"Kalau begitu jangan banyak tanya Jawa!"

"Lalu kenapa kau marah?.. aku minta maaf deh soal tadi di depan ibu Nina..."

"Eh? Ibu Nina? Memangnya apa?" langkah Tifa terhenti, tidak ada maksud lain dia hanya ingin dengar alasannya.

"Ah itu saat aku menyebut namamu saat bicara dengan ibu Nina dan tiba tiba kau memarahiku"

Oh jadi karena itu dia memperhatikanku terus. Anak ini memang nakal tapi ternyata dia ada sisi baiknya juga. Tapi dia juga terlalu geer mengira kalau aku marah karna dia, padahal itu sudah biasa terjadi di pagi hari.

"Ah.. itu... sebenarnya aku tidak dengar apa yang kau dan ibu nina bicarakan tapi jangan pernah bawa bawa namaku dalam masalahmu! Dan aku juga tidak marah karena itu jadi pergi saja sana atau mau kupukul?"

Aku tak bisa menjelaskan bagaimana raut wajah jawa saat mendengarku menjelaskan, antara lega dan kecewa (?).

"O-oh.. begitu yah~.. kalau begitu aku tak ada salah kan?"

"Sebenarnya kau punya banyak salah padaku, tapi karna aku lagi sibuk, cepatlah pergi sana atau kupukul kau!"

"Eits.. jelasin dulu dong kenapa kamu marah?~"

"Kupukul kau!"

"Oke okelah aku pergi dulu~ lagi pula aku lagi disuruh ibu nina, jadi maaf gak bisa antarin kamu"

"Idih.. najis.. pergi sana!"

"Nah itu baru Tifa yang kukenal"

"Sumpah najis!"

Seketika Jawa menghilang dari pandanganku. Kenapa dia selalu saja mencampuri urusanku?.

Tak sadar aku sudah sampai di gerbang sekolah.

"Dimana dia.. lama sekali! Huh.."

Yang kutunggu tidak lain tidak bukan adalah Spica Orion.

-Kenapa bisa begini?!

♤♡♤♡♤

-semua berawal saat waktu istirahat di mulai.

Saat Tifa bertanya tentang Ara pada Spica.

"Ngomong ngomong Spica~ apa kau kenal Ara?"

"Siapa Ara?"

"Eh?" Tak sengaja Tifa dan Intan mengeluarkan suara secara bersamaan.

"B-bukankah kemarin kau yang mencarinya?" Tanya Tifa memastikan hal yang terjadi kemarin.

"Mencari Ara? Aku tak mengenalnya, jadi untuk apa mencarinya?"

Spica mengatakan itu selagi menulis beberapa catatan di buku kecilnya, Tifa dan Intan tidak tau apa yang ditulisnya. Mungkin itu diari hariannya, benak Tifa.

Terlepas dari pemikiran tersebut Tifa kembali ke pemikiran awalnya.
'Lalu siapa yang mencarinya kemarin?'. Bukan hanya aku yang tidak mengerti, bahkan untuk orang bodoh seperti Intan pun pasti tidak mengerti. Tifa melihat ke arah Intan dan mendapati dirinya sibuk dengan ponselnya. 'Benar benar tidak berguna'.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PAINTEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang