05.

3.6K 654 61
                                    

Entah berapa lama Taeyong tepekur, pandangannya menerawang entah kemana.

"Kau sedang memikirkan apa?" Tanya Lucas memecah lamunan Taeyong.

Taeyong menatap Lucas dengan tatapan kosong, pikirannya kembali terbawa akan pertemuannya dengan sang pangeran katak semalam, jika ia butuh waktu untuk mencintainya sedangkan nyatanya ia adalah kekasih dari Lucas.

"Tidak ada, aku hanya sedang bosan" kilah Taeyong sambil mengaduk - aduk es jeruk limau yang ia pesan seolah menyembunyikan salah tingkahnya.

"Kita punya banyak topik untuk dibahas.. salah satunya temanmu yang mengaku sebagai pendamping hidupmu"

Taeyong tersedak seketika mendengar ucapan Lucas, "tidak perlu kau anggap serius soal itu" ia menepuk - nepuk dadanya pelan sambil mengatur nafasnya yang sesak karena tersedak.

"Tapi dia siapa, sayang?"

Sungguh Taeyong ingin menghindari topik ini dari Lucas, ia merasa tak nyaman membicarakan soal Jaehyun dihadapannya. Untung saja Ten dan Winwin datang menghampirinya, dengan cepat Taeyong langsung beranjak menghampiri kedua temannya itu, "maaf Lucas, tampaknya aku harus pergi."






"Kau seperti sedang ada masalah dengan Lucas? Tidak biasanya kau meninggalkannya begitu saja di kafetaria" cerocos Ten sambil memerhatikan Taeyong dari atas hingga kebawah.

"Ten ayolah, mau sampai kapan kau mengurusi yang bukan urusanmu?" Taeyong mengerucutkan bibirnya kesal, namun Ten mencengkram kedua bahunya dengan keras.

"Apakah ini ada sangkut pautnya dengan si kodok itu?" Ten menatapnya lekat - lekat "Aku mulai mempercayai itu walau kedengarannya tidak masuk akal"

Kini Taeyong membalas cengkraman Ten denngan mencengkram bahunya, "apakah ini ada sangkut pautnya dengan si pengwal yang kau ajak skincare routine tadi pagi?!"

Winwin menghela nafasnya kasar, kedua teman bodohnya ini selalu saja bertindak kekanak - kanakan. Ia memutuskan untuk kembali ke apartemen tanpa mengajak kedua temannya, karena ia sangat merindukan Yuta.

"Ya! Winwin! Kau mau kemana?! Jangan bilang kau rindu si penyihir bodoh itu!!" Seru keduanya sambil berlari mengejar Winwin.

---

Taeyong beringsut malas menatap jam dindingnya. Ketika ia menunggu sesuatu yang sangat dinantikannya, waktu terasa bergerak sangat lambat. Sedangkan si katak mungil itu masih diam entah sedang menatap apa. Taeyong tak dapat konsentrasi belajar untuk pekan ujian minggu depan, pikirannya terpaku sepenuhnya pada seekor katak yang sedang dinantikannya berubah menjadi seorang pangeran.

Ketika jarum pendek bergeser pada angka 12, begitu sumringahnya Taeyong melihat kepulan asap tipis berwarna keunguan memenuhi kamarnya, dan munculah Jaehyun perlahan menjadi seorang manusia sempurna.

Begitu Taeyong melihat sosok Jaehyun dihadapannya, dengan refleks ia memeluk Jaehyun erat - erat.

"Apakah kau merindukanku?" Tanya Jaehyun sambil membalas pelukan Taeyong.

"Entahlah tetapi semenjak kau datang, aku sangat menunggu sosokmu hadir" Taeyong semakin memperat pelukannya, menggelamkan kepalanya pada dada Jaehyun yang bidang, namun tak lama kemudian, ia bisa merasakan perut Jaehyun bergejolak dan mengeluarkan suara keroncongan, "k - kau lapar ya? Maafkan aku"

Jaehyun hanya bisa tertawa lesu, bagaimana tidak? Taeyong hari ini tidak memberikannya sepotong sawi sedikitpun.

Berbeda dengan malam sebelumnya, kali ini Taeyong mengajak Jaehyun menuju dapur, "kali ini aku akan memasakanmu makanan yang jauh lebih enak daripada yang kemarin!"

"Woah! Benarkah? Kau ternyata juga jago memasak?!" Suara Jaehyun yerdengar nyaring bahkan terpekik.

Taeyong menganggukan kepalanya dengan antusias, sambil menyiapkan wajan dan beberapa bahan makanan, namun tak jauh dari sana, Ten, Winwin, beserta pengawal, dan penyihir menatap Taeyong dengan tatapan datar.

"A - ada apa ini?" Taeyong memundurkan langkahnya menghimdari tatapan datar yang mengerikan itu.

"Kau bahkan seharian tidak keluar dari kamar, tapi ketika kodok ini berubah, kau memasakannya sesuatu. Apakah dia jauh lebih baik dari diriku yang tel—"

Taeyong membekap mulut Ten yang terus menerus menyerocos. Ia mempersilahkan semuanya untuk ikut makan malam bersama, namun Taeyong menghela nafasnya kecewa, ia pikir ini akan menjadi malam dimana ia akan menikmati waktunya berduaan saja dengan Jaehyun.

Melihat Taeyong yang tampak kecewa, Jaehyun menarik bahu Taeyong dan membawanya menuju tempat ruang setrika lalu menutup pintunya rapat - rapat.

Taeyong mengalungkan kedua tangannya pada leher Jaehyun, senyumnya merekah ketika Jaehyun membalas pelukannya dan mengusap punggungnya dengan lembut. Jantungnya berpacu dengan kencang ketika Jaehyun menyatukan dahinya pada dahi Taeyong, batang hidung keduanya beradu bahkan hembusan nafas Jaehyun terasa dengan lembut pada pipi Taeyong.

"Kalian mau sampai kapan membiarkan kami kelaparan, hah?!" Teriak Ten sambil menggedor pintu, membuat keduanya melepaskan pelukan mereka.





Tbc.

The Frog PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang