2. kamu

86 12 5
                                    

Aku rindu. Bahkan ketika kamu sudah menyakitiku. Aku tetap rindu.

~

"Eh bro, ada anak baru! Gilak!!! Cakep banget cuy, suaranya huihhhh lembut" cerita Diki berlebihan sambil menggebrag-gebrag meja kantin.

"Eh curut biasa aja dong, lu kira gua budeg apa" sentak Aqsala dengan ekspresi datar.

"Kali ini cius mie kuah! gue gak bohong, tanya aja sama Arjun"

"Gue berani jamin, lu pasti ikut klepek-klepek kayak kita" cerosos Diki sambil merangkul Arjun bangga.

"Lepas anjing! najong banget si lu peluk-peluk. Lu Kate kita Teletubbies apa" Arjun melepas rangkulan diki dengan kasar.

"Lagian tadi dikelas lu sok jaim banget. Tumben diem. Sekali diem eh bau kentut" lanjut Arjun mengingat tadi di daerah mejanya bau kentut, padahal ia sudah menuduh Joni, anak culun berkacamata.

Eh ternyata bau telur busuk itu berasal dari anak curut sebangkunya.

"Yaelah cuman bau kentut. Belum juga gue keluarin ampasnya" Diki cemberut.

"Kalian bisa gak si jangan bahas kenajongan kalian berdua? Enek gue" tanggap Aqsala datar sambil mendelik kesal.

"Tuh tuh sal itu anak barunya namanya pintar, cocok banget lu. Pintar-cerdas. Sama-sama muka dater juga, sayang banget lu udah punya macan betina" tunjuk Arjun kearah dua gadis yang sedang membawa masing-masing mangkuk dan gelas.

"Tukan gue bilang apa? Dia itu cantik banget. Imut-imut kayak Tinkerbell" lanjut Diki dengan mata berbinar.

Tanpa tau bahwa sedari tadi Aqsala tidak mendengarkan cerocos mereka berdua. Ia tertegun.

Benar pasti ia tidak salah lihat. Dia Pintar Indreana. Pintar-nya.

Gadis yang sangat dirindukannya, gadis yang sangat di cintainya. Bahkan, meski sudah 2 tahun pergi meninggalkannya.

Ia masih merasakan debaran menyenangkan dan juga menyakitkan yang kini sedang ia rasakan didadanya.

Sekarang, pintar-nya tampak lebih mempesona. Meski berpenampilan sederhana.

Tidak seperti cewek-cewek sekolah ini yang kebanyakan dari mereka memakai dempul tebal, tidak lupa hitam-hitam di atas mata, ahh apa itu namanya. Ia tidak peduli.

Dengan rambut hitam legam sepunggung tanpa poni, Dihias penjepit rambut kecil di bagian dekat telinga berwarna jingga.

Wajah yang sudah cantik, apalagi ketika sudah tersenyum lebar, akan muncul lesung pipi sebelah kiri. Yang sering dulu ia pandangi.

Membuat ia ikut tersenyum hanya melihat senyum itu. Sesederhana itu. Padahal ia terkenal sebagai muka datar. Tapi bersama pintar-nya. Ia menjelma menjadi seseorang yang berkepribadian hangat.

Bahkan, ia pernah merengek pada mamahnya untuk di buatkan pusaran kecil manis seperti pintar. Biar kembar katanya.

Lalu, setelah sekian detik. Tatapan mereka bertemu. Memberi kesempatan Aqsala untuk melihat tatapan sendu dan rindu dari seorang pintar. Mungkin!

-Cerdas Aqsala

-Pintar Indreana

-Adara Aqsela

23/07/2019
Jangan lupa vote dan sarannya ya😊

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang