Ketika namaku sudah tidak terukir di hatimu. Lalu bagaimana denganku? Apakah aku harus pergi?
~
Tari mencari tempat duduk bersama Ica sembari membawa mangkuk dan gelas.
Setelah sudah mendapatkan tempat duduk, ia mengedarkan pandangan. Ia tertegun. Tunggu! Itu cerdas. Sahabat sekaligus cintanya.
Flashback
"Pintar nanti kalo udah besar jadi pacar aku ya! Aku pengen nanti kita nikah. Harus! Kamu juga jangan dekat-dekat cowok-cowok jelek kayak mereka-mereka" ucap Aqsala menunjuk teman-teman laki-lakinya.
Lihat! Bahkan ia masih kelas V Sekolah Dasar, tapi ia sudah mengenal apa itu posesif.
"Iya kamu harus nikah sama cerdas kalo udah gede! Biar nanti kamu jadi adikku juga" lanjut Adara, saudara kembar Aqsala.
Bisa dibilang, Adara adalah kakak Aqsala. Mengingat ia lahir 10 menit terlebih dahulu.
Mereka bertiga memang sudah sangat akrab, Karena rumah merekapun bersebelahan.
Tari menjadi tetangga Aqsala dan Adara semenjak menginjak kelas III Sekolah Dasar. Dan akhirnya mereka bertiga bersahabat.
Namun tentu saja Aqsala sudah sangat menyukai tari dari pertama kali melihat pusaran kecil dan manis di pipi kiri tari.
End
Tari memandang Aqsala dengan tatapan sendu bercampur rindu. Astaga, aku sangat merindukanmu. Batin tari lirih.
Tatapan mereka terputus karena tiba-tiba ada gadis yang merangkul tangan Aqsala erat, seolah memberitahukan kepada seluruh penjuru bahwa Aqsala miliknya.
Deg! Tari merasakan dadanya sakit. Persis seperti dulu sewaktu ia meninggalkan aqsala
Dengan buru-buru ia
mengalihkan pandangan. Berharap sesak di dadanya berkurang."Tari, itu Aqsala yang tadi kamu tanyain. Lihat tuh udah di lendotin sama nenek lampir" ucap Ica membuyarkan lamunan tari.
"Dia emang siapanya cerdas?" Tanya tari ingin tahu.
"Cerdas?" Ica mengernyitkan dahi bingung.
Setahunya, panggilan tersebut hanya boleh dilontarkan oleh Adara, kembaran Aqsala.
Bahkan menurut gosip yang beredar, dulu Bianca pernah mendapat semprotan marah dari Adara.
karena sudah dengan lancang memanggil nama Aqsala dengan sebutan cerdas. Walaupun Bianca teman dekat adara.
"Em, maksud aku Aqsala" ralat tari kikuk.
"Dia itu bianca, pacarnya Aqsala. udah lumayan lama si, tapi keliatannya Aqsala tuh nggak suka sama tuh nenek lampir" Ica mengaduk-aduk soto yang tadi dipesannya.
"Kok kamu bisa ngomong gitu"
"Keliatan aja si dari ekspresinya Aqsala. Nggak pernah pernah tau aku liat di senyum. Datar banget ekspresinya" jawab Ica menggebu, lalu menyeruput es teh manisnya.
"Hust nggak boleh ngomong gitu, kali aja itu cuman kelihatannya doang. Hati orang mah nggak ada yang tau" sanggah tari miris mencoba tersenyum.
"Hehehe iya ya" Ica menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal
"Ihhhhh aku seneng banget deh bisa temenan sama orang yang kayak kamu" Ica mencubit hidung bangir tari.
"Udah-udah sakit tahu hidungku, ayo makan"
Tari mamandang soto yang tadi menggugah selera dengan malas.
Entah, tiba-tiba selera makannya hilang setelah mendengar jawaban dari Ica.
Pintar, apa yang kamu harapkan dari pertemuanmu dengan cerdas maupun adara setelah kamu meninggalkan mereka berdua dengan tiba-tiba? Setelah kamu menghilang dengan misterius?
Harusnya kamu cukup tahu diri untuk tidak datang ke kehidupan mereka berdua! Lihat! Bahkan cerdas dengan mudahnya sudah melupakan kamu! Batin tari miris mengingatkan tari.-Cerdas Aqsala
-Pintar Indreana
-Adara Aqsela
-Bianca Claudia
24/07/2019
Jangan lupa vote dan sarannya ya😊
![](https://img.wattpad.com/cover/194213552-288-k834209.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME
Teen FictionKamu menorehkan luka, membuatku merasakan sensasi menyakitkan menghujam dada. Namun, ketika kita bertukar pandang. efeknya masih sama. lalu bagaimana aku membencimu? _Cerdas Aqsala *** Secara tiba-tiba, Aqsala ditinggalkan kekasihnya, teman sedari k...