6. Sakit

23 4 0
                                    

Lebih baik aku melihatmu tak mengenalku, dari pada melihatmu sakit.

~

Tari menghela nafas lelah, keringatnya bercucuran. Hari ini Senin, tapi ia malah terlambat bangun.

Tadi malam ia berkerja lembur karena tiba-tiba ada yang memesan tempat untuk ulang tahun.

"Jam berapa ini! Kenapa kamu terlambat?" Tanya pak Banu, guru BK yang terkenal galak.

Keringat dingin turun bercucuran di pelipisnha, "em.. itu pak, saya telat bangun" cicit tari lirih.

"Yaudah besok lagi jangan ulangi. Sebagai hukuman putri lapangan 10 kali"

"Setelah itu kamu masuk kelas" lanjut pak banu.

"Iya pak" tari menunduk.

Huft tari langsung menuju ke lapangan dan berlari mengelilinginya. Padahal tari belum sarapan.

Sudahlah tak apa toh ini salahmu, kamu harus bertanggung jawab.

***

Aqsala dengan santai menenteng tas di pundak kanannya. Melewati koordinat sekolah dengan acuh. Tak ada yang menegurnya.

Siapa yang berani? Toh ia cucu pemilik yayasan sekolah ini. Jadi tadi pada mereka menegur dan harus berhadapan dengan Aqsala, mereka memilih acuh agar selamat.

Aqsala berhenti sejenak memandang lapangan utama, tempat upacara. Disana ia melihat punggung yang sedang berlari kecil. Sepertinya sedang dihukum.

Tetapi, bukan itu yang menjadi pusatnya. Ia mengenali punggung itu. Punggung tari. Pintar-nya.

Kenapa tari dihukum? Apa dia terlambat? Setahunya tari sangat taat aturan. Tidak pernah tari datang terlambat.

Tatapan mereka bertemu, tepat lurus menghujam iris mereka. Tari begitu pucat, keringatnya bercucuran dengan nafasnya tersengal-sengal seperti kesusahan untuk menghirup udara.

Detik itu juga Aqsala berlari menghampiri tari. Tak peduli menerenjang pot bunga yang sudah berjengkang.

Ia tahu, asma tari sedang kambuh. Dan harus segera atasi.

Untunglah Aqsala tidak terlambat, tari ambruk tepat satu langkah Aqsala menjangkaunya.

Aqsala kalut, ia begitu panik. Sungguh, rasanya menyakitkan melihat tari kesakitan seperti ini.

Di bopongnya tari menuju UKS tak peduli tatapan anak-anak yang melihat ia dengan begitu heran.

Heran karena seorang Aqsala yang terkenal dingin membopong perempuan di kedua tangannya dengan raut wajah yang sangat panik.


Terima kasih sudah membaca😊

Jangan lupa vote dan komennya😊

07/08/2019

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang