4. Cerdas Aqsala

51 6 7
                                    

Benci dan cinta. Beda tipis?

~

Aqsala memandangi pintu keluar kelas XII IPA 3. Ya, sekarang ia sedang duduk di depan perpustakaan. Yang letaknya tidak jauh dari kelas tari dan kedua sahabatnya, Arjun dan Diki.

Setelah usai istirahat tadi, ia tadi tidak kembali ke kelas. Tapi langsung pergi ke perpustakaan sekolah untuk tidur.

Perpustakaan hari ini memang tidak ada yang menjaga karena guru yang bertugas tiba-tiba mempunyai keperluan mendesak.

"Oyy!! Lu ngapain mandengin gue tanpa kedip. Jangan-jangan lu naksir gue ya" teriak Arjun bergidik ngeri melihat tatapan Aqsala yang seolah rindu.

"Agstajim!! Sekarang lu mbelok sal? Emang macan betina kurang seksi ya?" Sahut Diki berjalan bersama Arjun menghampiri Aqsala.

"Awas anjing!" Desis Aqsala marah menyingkirkan tangan Diki yang menelangkup wajah Aqsala.

Ya, Aqsala memandangi tari, Pintar-nya. yang tadi berdiri persis di belakang Diki dan Arjun, dua sahabat curutnya.

Dilihat tari sedang bercakap-cakap dengan gadis yang terlihat selalu berbicara, setahunya ia bernama Nathasya. Sedangkan tari sesekali tersenyum tipis menanggapi celotehan Nathasya.

Mereka berdua lalu berjalan menuju gerbang, dan terpisah karena Nathasya tenyata sudah di jemput sebuah mobil.

Ingin rasanya ia berlari memeluk tari, mengutarakan berbagai rasa frustasi dan kerinduan yang selama ini ia pendam sendiri.

Ketika hendak melangkah menghampiri tari, tiba-tiba Bianca menghampiri dan langsung memeluk lengan Aqsala manja.

"Anterin pulang ya" ucap Bianca menggoyang-goyangkan lengan Aqsala.

"Nggak! Lepas nggak!! Risih tau nggak!" Bentak aqsala melepaskan lendotan Bianca dengan kasar.

"Iya nih lo kan macan betina bi, masa lendotan kayak monyet" sela Diki dengan nada mengejek.

"Iiiih siapa juga yang ngomong sama lo?" Sinis Bianca

"Udah-udah kok ribut si. Jodoh emang nggak kemana ya" lerai Arjun.

"Amit-amit" Bianca dan Arjun kompak.

"Tuh kan"

"Ih Aqsala kok ninggalin gue si, gara-gara Lo nih, gue jadi ketinggalan" Bianca mencak-mencak.

Lalu mengibaskan rambutnya angkuh seolah dia paling cantik.

Iya si paling cantik, diantara Arjun dan diki.

***

Aqsala mengikuti angkot yang dinaiki tari. Gara-gara Bianca ia hampir saja kehilangan jejak tari. Untungnya ia langsung bergegas melajukan motornya ketika tari masuk ke dalam angkot.

Ia linglung. Bukankah pintar anak orang menengah ke atas? Lalu mengapa pulang memakai angkot? Apakah berangkat juga menaiki angkot? Batin Aqsala bertanya-tanya.

Kira-kira setelah 20 menit, angkot berhenti membuat Aqsala ikut berhenti.

Dilihatnya tari memasuki gang yang lumayan sempit, akhirnya setelah 5 menit ia menyusul. Tapi ketika sudah masuk ke dalam, ternyata ia sudah kehilangan jejak tari.

Ia melihat ibu-ibu sedang menenteng belanjaan, "Permisi ibu, mau tanya. Rumah pintar sebelah mana ya?"

"Pintar, pintar Indreana" lanjut cerdas bertanya.

"Oh neng pintar, itu den yang rumah cat biru. Saya berkerja di situ" ibu-ibu menjawab dengan malu-malu seoalah ia sedang merayu, bukan bertanya.

Entah ini hadiah apa musibah.

Aqsala kikuk, "Em, pintar sejak kapan pindah di sini bi?" Ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Baru seminggu kemaren"

"Sama siapa Bu?"

"Sendirian, saya yang ikut"

Deg! Ada apa ini? Mengapa tari sendirian dan tinggal di rumah yang jauh dari kata mewah?

***

Aqsala memasuki rumahnya dengan lesu.

Namun ketika hampir menaiki tangga, ia mendengar teriakan nyaring, "Cerdaaaaaaas lu kangen gue nggak" Adara langsung meloncat menaiki punggung Aqsala.

Bila biasanya, Aqsala akan mencak-mencak marah lalu menghimpit leher Adara dengan lengannya.

Namun tidak hari ini, ia cuman memandang sendu Adara.

"Lo kenapa cer?" Tanya Adara heran bercampur khawatir, mengelus pipi Aqsala lembut seolah memberi kekuatan.

Mata Aqsala berkaca-kaca,

"pintar kembali" lirih aqsala menangis sesengguka memeluk erat adara.

Lihat! Cowok paling datar dan dingin dengan mudahnya menangis. Ya, tari memang sangat berpengaruh bagi Aqsala.

Adara terdiam mendapati fakta tersebut, merasakan sedih, benci, rindu yang seperti Aqsala rasakan.

"Te.. tenang, dia bakal mendapatkan ganjaran yang setimpal karena udah membuat Lo seperti ini" janji adara, lirih namun mantap.

Detik itu juga. Aqsala tau, hidup tari takkan damai lagi.




Terima kasih sudah membaca. Maaf banyak typo😂

26/07/2019
Jangan lupa vote dan komennya😊

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang