honesty

22 2 0
                                    

🍷🍷

ting!

Pintu lift terbuka. Pria berambut coklat emas itu masuk dengan seorang perempuan yang ia gendong. Perempuan itu terus berceloteh dengan kata-kata;

Justin sialan!
brengsek
bajingan
Justin

sebenci itukah perempuan itu dengannya? Di depan pintu sudah ada Bodyguard. Ia menyuruh bodyguardnya untuk membuka pintu hotel. Pintu tertutup. Bodyguard itu menggeleng melihat Justin bersama Alexis. Tidak pernah menyerah, ucapnya dalam hati. Justin mendengar suara langkah menjauh. Bodyguardnya pergi. Justin membaringkan Alexis diatas kasur. Menatapnya dengan lembut.

"Apa kau tidak merindukanku?" ucapnya pelan yang ternyata terdengar oleh Alexis.

"Justin?" Alexis memanggilnya dengan lirih. Alexis bangkit dari kasur dengan kepala yang pening sekali. Sial, dia mabuk berat.

"dimana kau?" Justin diam. Ingin mengetahui apa yang selanjutnya Alexis ucapkan. Justin menggeser badannya sedikit ketika Alexis berdiri dari kasur.

"brengsek! keluar dimana kau!" Justin masih diam.

"don't be a coward!" Justin berdeham. Menandakan bahwa ia disini. Alexis mengarahkan kepalanya ke arah suara. Ternyata ada disampingnya. Alexis melihat Justin dengan samar-samar.

"do you miss me?" tanya Justin sekali lagi. Alexis merintih. Badannya hampir jatuh jika Justin tidak menahannya.

"darimana saja kau? pergi menghilang setelah menyakitiku," ucap Alexis mulai jujur. Justin masih menunggu ucapan berikutnya.

"tidak taukah aku mencarimu walaupun kau sudah menyakitiku," Alexis merintih sekali lagi. Benar-benar kepala ini seperti ingin pecah.

"ya, aku," selesai berucap, Alexis pun jatuh diatas kasur. Tidak sadarkan diri. Justin tersenyum puas mendengar ucapannya. Ia pun membaringkan Alexis dengan benar.

"tidurlah, aku juga merindukanmu," Justin mencium kening Alexis dengan lembut, lalu pergi meninggalkan Alexis. Ia butuh air putih sekarang.

🍷🍷

"dimana kau?"

Justin menarik napas. Bosan. Mendengar suara wanita diseberang sana.

"aku pergi,"


"kau bertemu dengannya, lagi?"

Justin berdecak. Lebih baik ia selesaikan telepon ini.

"jangan cerewet, nanti aku pulang," Ia mematikan teleponnya dengan cepat. Justin menarik rambutnya dengan kasar.

"I'm sorry,"

🍷🍷

Alexis menggeliat. Tangannya menggapai handphone yang ada diatas nakas. Ia menyalakannya. Namun bukan wallpaper miliknya. Ia membulak-balikan handphone itu. Mungkin punya Sara. pikirnya.

Ia menggeliat sekali lagi, lalu bangun dari kasur. Ia terkesiap. menemukan seorang pria disampingnya sedang tertidur tengkurap. Dia merasa kepalanya sedikit pusing. Ia menyipitkan matanya. Melihat siapa pria ini? Ia pun mendekatkan kepalanya pada pria itu tepat pria itu menggeliat.

"hey, Alexis?" Alexis membuka matanya lebar-lebar. sial! mengapa dia disini?

"APA-APAAN!" ia berteriak. Justin menutup telinganya.

"calm down shawty," Alexis beralih menatap sekeliling ruangan lalu menatap pakaiannya. Masih aman. Ia tidak dilecehkan.

"kau tidak diperkosa," Alexis berdiri dari kasur lalu melempar bantal ke wajah Justin.

"Kau bisa pulang sekarang," suruh Alexis. Justin hanya tertawa. Bagaimana bisa ia pulang kalau ini adalah kamar hotelnya.

"but sorry, babe, this is my room," mengapa ruangan hotelnya mirip seperti hotelnya?

"kau... mengikutiku?" Justin makin tertawa melihat tingkah bodoh Alexis.

"kita diundang oleh Sergio. jadi para tamunya disewa menginap dihotel ini. get it?" Alexis menepuk dahinya. Mengapa ia bodoh sekali? Justin terus tertawa. Alexis yang tidak terima kembali melempar remote ac. Dengan cepat, Justin menghindar.

"don't you dare, sayang," Alexis memutar bola matanya, merasa jijik dengan ucapan Justin. lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sial, kepalanya masih saja pusing.

🍷🍷

next!

Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang