6. Kepala Sekolah Baru

27 10 0
                                    

Hari-hari weekend Diego tidak begitu menyenangkan. Dia terus memikirkan petunjuk yang Raffles tinggalkan di dinding-dinding bangunan sekolahnya tetapi tidak meninggakan bagaimana menafsirkannya. Hal itulah yang membuat dia gelisah.

Tiara pun tidak menghubunginya sama sekali setelah pertualangan malam itu. Diego menyimpulkan kalau Tiara juga sama bingungnya seperti dia sekarang.

Padahal orang tua Diego sudah mengajak dia jalan ke mall pada malam minggu, mencari sarapan bubur di minggu pagi, dan mampir ke toko musik di minggu siang karena ayahnya mau membeli gitar—tetapi tetap saja Diego pikirannya masih dihantui dengan emas dan berlian.

Tetapi pada minggu malamnya Diego teringat untuk segera menghapalkan pidato yang sudah dibuatkan Jojo untuk ujian besok.

Keesokan harinya, seperti biasa, Diego datang lebih cepat dari teman-temannya yang lain. Dia memakai seragam lengkap abu-abu dengan topi, dasi, dan sabuk sekolah. Mengingat bahwa hari senin pagi ada upacara dan setiap murid harus beratribut lengkap.

Diego masih agak ngantuk pagi itu. Semalaman dia mencoba di depan cermin kamarnya bagaimana dia persentasi. Yah, hampir setiap pagi sih Diego sering ngantukan.

Diego masuk kedalam kelas dan melihat bahwa sudah ada orang yang datang lebih pertama disana, Tiara, duduk dibangku sebelahnya Diego. Beda dari biasanya yang hanya tasnya saja yang ditinggalkannya dimeja. Dia sepertinya sedang sibuk menulis dimejanya, Diego mendekat untuk melihat apa yang sedang dikerjakannya.

"Um—hai," sapa Diego dengan sedikit senyum.

Tiara hanya menoleh dan menatapnya sebentar. Kemudian dia menghembuskan napas panjang dan kembali mengerjakan yang dia kerjakan, yaitu mencoret-coret buku catatannya.

"Aku tidak mengerti." Kata Tiara dengan nada kesal. "Aku sudah menggabungkan semua kata-kata yang sudah kita dapat dan tidak ada yang masuk akal sama sekali. Aku juga sudah mencari di internet dan nihil. Apalagi yang 'don't be afraid', yang keluar malah film horor."

Pagi yang tidak normal buat Diego karena sudah dapat omelan nada tinggi di hari senin yang cerah.

"Yah, aku juga masih tidak tahu apa maksudnya." Kata Diego sambil memutari Tiara dan duduk disebelahnya. "Kita kekurangan petunjuk kayaknya."

"Bisa jadi," kata Tiara sambil mengangguk. Dia kembali menghembuskan napas panjang dan mengeluarkan foto-foto tulisan Raffles yang sudah dia cetak dari handphone nya. Tiara mengangkat foto yang bertulisan 'city built' dan melihatnya. "Info apa yang kurang ya?"

Rasa penasaran mereka berdua terus berlanjut. Sedikit-demi-sedikit siswa-siswi di kelas Diego mulai berdatangan. Beberapa dari mereka tampak kelelahan, mungkin karena melakukan hal yang sama seperti Diego tadi malam.

Hanya Hasan yang terlihat lelah sekali. Mungkin dia begadang semalaman untuk menghapal pidatonya karena agak panjang.

"Heh, mukamu bikin pagi ceria gue jadi serem, tau ga?" Kata Jojo begitu masuk kedalam kelas dan duduk disebelah Hasan.

"Materi pidatomu kepanjangan, tau ga?" Balas Hasan, mata pandanya terlalu kelihatan.

"Yee—aku tu udah cariin yang paling gampang pidatonya. Lu aja yang gak punya waktu buat hapalin." Jojo kemudian menoleh ke Diego sambil mengatakan, "Diego aja bisa menghapal, ya gak?"

"Yoi," jawab Diego. "Makasih lho ya."

Jojo mengangguk-angguk. Kemudian pandangannya beralih ke Tiara yang juga menatapnya. Tiara sudah menyimpan buku dan foto-foto kedalam tasnya.

"So? Ada petunjuk baru tentang markas rahasia yang ada sekolah kita?" Tanya Jojo dengan nada pelan. Hasan pun ikut menoleh.

Tidak ada jawaban. Tiara kemudian hanya mengeleng-geleng tidak tahu.

Harta RafflesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang