7. Apa Isi Tas Itu?

26 4 1
                                    

Pak Mariono keluar dari gudang setelah 15 menit berada disana. Wajahnya tampak kebingungan, dia memegang sebuah catatan di tangan kanannya dan tas kantor di tangan kirinya. Pak Yasir dan Bu Erlika hanya menunggu diluar gudang karena tidak mau masuk kedalam gudang yang penuh dengan debu itu.

"Dengan kata lain, dia mencari petunjuk di dalam situ." Kata Tiara sambil menyimpulkan. "Dan keluar tanpa petunjuk apapun."

"Apa? Bagaimana bisa?" Bingung Diego. Mereka berdua masih mengintip di sisi sekolah. "Kita kan melihat sendiri tulisan di dinding gudang minggu lalu."

Tiara sambil tersenyum berbalik memandang Diego. "Aku kembali ke gudang itu, dan mengecat dindingnya, warnanya sesuai dengan dinding gudang."

"Oh, oke." Diego terheran bagaimana bisa Tiara balik lagi kedalam gudang dan melakukan itu. Kembali lagi mereka memandang Pak Mariono.

Dibawah sinar matahari yang mulai menyengat, mereka dapat melihat Pak Mariono membuka catatan kecil tersebut dan sepertinya membacanya sambil terheran-heran. Dia bolak balik memandang buku itu dan pintu gudang.

Diego cukup senang melihat dia begitu. Tiara sangat senang melihat dia begitu. Pak Yasir dan Bu Erlika kebingungan melihat dia begitu.

"Ada apa, Pak, disana?" Tanya Bu Erlika.

"Bu Erlika, saya minta petugas kebersihan untuk merapikan dan membersihkan gudang ini dari debu." Kata Pak Mariono sambil menunjuk gudang. "Lumayan, gudangnya cukup besar tapi isinya berantakan."

"Baik, Pak, nanti saya sampaikan." Kata Bu Erlika.

"Walaupun dibersihkan tetap dia tidak akan menemukannya." Terang Tiara, matanya melekat pada catatan yang dipegangnya.

"Mari kita lanjutkan, Pak Mariono." Kata Pak Yasir sambil merentangkan tangannya ke arah sekolah.

"Baik, baik." Pak Mariono menutup kembali catatannya dan menaruhnya di dalam tas. Mata Tiara yang melihatnya tidak berkedip sekalipun.

Setelah pintu gudang dikunci kembali oleh Bu Erlika, mereka bertiga berjalan kembali kearah Diego dan Tiara yang mengintip. Diego dan Tiara langsung berpindah tempat untuk melihat mereka secara aman. Mereka berdua bersembunyi dibawah tangga sekolah, dan melihat ketiga target mereka berjalan kembali ke ruang guru.

"Bagaimana dengan tulisan yang ada di perpus dan di kelas 3-ipa-2?" Tanya Diego begitu target sudah tidak terlihat lagi.

"Aku juga sudah mengecatnya." Kata Tiara sambil keluar dari bawah tangga. "Kita tidak perlu kawatir."

"Boleh aku bertanya?" Kata Diego begitu keluar juga dari bawah tangga. "Kenapa Tiara tenang-tenang saja?"

Tiara memandang Diego dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak oleh Diego. Wajahnya terlihat seperti pemenang tapi meragukan.

"Karena aku yakin kita pasti menemukan harta itu duluan sebelum dia." Kata Tiara.

"Tetapi dia sudah menjadi kepala sekolah sekarang." Kata Diego dengan nada sedikit tinggi. "Tiara bilang saat upacara tadi kalau rintangan akan semakin sulit dari sekarang. Kenapa masih mau melanjutkan?"

Diego sebenarnya juga agak takut. Takut terkena masalah kalau aksinya atau aksi teman-temannya nanti jika mereka salah langkah. Mereka semua bisa saja dikeluarkan dari sekolah.

Tetapi wajah Tiara tidak berubah, masih membingungkan. Dia memegang pundak Diego dan dengan tenang dia mengatakan, "karena kita sudah dapat lebih banyak petunjuk dibandingkan Pak Mariono. Kenapa berhenti sekarang?"

Melihat wajah Tiara dengan dekat membuat Diego sedikit malu. Tiara terlihat cantik sekali dengan wajahnya yang kalem, terlihat tanpa beban. Diego mungkin akan mengikutinya selamanya.

Harta RafflesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang