2. Anak Baru

52 11 8
                                    

Keesokan harinya, beberapa menit sebelum kelas dimulai, Jojo sibuk menggali tasnya seakan ada harta karun didalamnya. Didalam tasnya yang besar ternyata isinya lumayan padat, seperti Jojo membawa seluruh buku mata pelajaran dalam satu tas. Bahkan puluhan pulpen dan pensil langsung dia tumpuk begitu saja dengan buku-buku. Diego heran bagaimana dia bisa membawa tas yang beratnya seperti 2 rim kertas HVS.

Tidak lama kemudian Jojo berhasil menarik sebuah kertas terlipat yang agak tercoret dengan pensil-pensil dan memberikannya kepada Diego. Dia tampak semeringah dengan bayarannya yang akan datang nanti.

Diego menerima kertas itu juga dengan semeringah juga. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan jika tidak ada Jojo untuk tugasnya. Dia membuka kertas tersebut dan membaca judulnya, "Dampak limbah plastik terhadap kehidupan laut Indonesia, hmmm-sepertinya gampang." Diego sambil membaca 3 paragraf yang terdapat dibawah judul tersebut.

"Kamu hanya perlu menghapal selama seminggu dan dapat nilai yang kamu mau." Kata Jojo sambil mengangguk-angguk.

"Oke, tunggu dikantin ya ntar." Diego menyimpan kertas tersebut kedalam tasnya.

"Yes!" Jojo kegirangan.

"Kamu gak mau dibuatin juga, San?" Tanya Diego menoleh ke Hasan yang daritadi hanya diam saja.

"Mau juga dong, Jo," kata Hasan akhirnya. "Kemaren aku lupa ngomong."

"Ye... kan telpon aja, minta tolong, bisa." Jojo memasang wajah sewot.

"Ya kan aku bilang lupa..."

"Teman-teman, mohon perhatiannya sebentar." Tiba-tiba Dika datang dan berdiri didepan kelas. Kelas langsung hening begitu dia berbicara, bahkan Hasan langsung berhenti berbicara karena diinterupsi. "Hari ini kita kedatangan anak baru, dia dari salah satu SMA di sini juga, mohon didengar dia mau memperkenalkan diri. Ayo, masuk."

Dika menyuruh anak baru itu masuk dan Diego langsung tahu anak perempuan tersebut begitu dia masuk. Perempuan berponi, berbando, membawa tas berwarna biru, memakai seragam sekolahnya. Dia anak perempuan yang Diego lihat saat kabur kekantin.

Ternyata dia anak baru? Pikir Diego. Sudah kuduga dia anak baru.

Perempuan itu masuk dan berjalan pelan. Seisi kelas hening dan melihat anak tersebut. Sekarang kelas yang berisi 32 siswa tersebut sekarang menjadi 33 siswa. Perempuan itu berhenti disamping Dika dan memandang teman-teman barunya, termasuk Diego, Jojo, dan Hasan.

"Perkenalkan," kata perempuan itu sambil menunduk pelan. "Nama saya Tiara Nadiena, saya pindahan dari SMA 25..."

SMA 25? Pikir Diego. Bukannya sekolah itu tidak jauh dari sini ya?

"...alasan saya pindah ke SMA 10 karena saya pingin sekolah disini." Lanjut Tiara.

Seisi kelas langsung ribut dengan suara bisik-bisik. Diego berpikir masuk akal kalau dia pindah sekolah kalau lebih suka dengan SMA 10, tapi apa yang dia suka dari SMA ini. Padahal SMA 10 bukanlah SMA yang terlalu terkenal, jarang ada siswa berprestasi di sekolahnya. Dibandingkan dengan SMA 25, masih bagusan SMA 25.

Mungkin saja ada kenalannya yang sekolah disini, pikir Diego. Atau mungkin pacarnya?

"He, Di, tu anak manis juga," kata Hasan sambil bisik-bisik ke Jojo dan Diego.

"Aku ketemu anak itu kemaren dikantin." Kata Diego sambil menyandarkan kepalanya dengan tangan.

"Hah?" Jojo dan Hasan sama-sama sedikit kaget.

"Oke untuk tempat dudukmu," Dika sambil menoleh-noleh untuk mencari tempat kosong. Tempat duduk yang kosong dikelas hanya disebelah Diego dan disebelah Maria, yang duduk di bagian kiri kelas. Mana mungkin Dika menawarkan tempat duduk disamping Diego yang duduk paling belakang dibagian kanan kelas. "Mungkin disebelah Maria..."

Kata-kata Dika terhenti karena Tiara sudah berjalan duluan. Ternyata pemikiran Diego salah, Tiara berjalan menuju meja Diego. Diego hanya bisa bengong begitu dia datang ke meja Diego dan bertanya, "di sebelahmu ada orang?"

"Ti-tidak ada," kata Diego sambil menggeleng dengan muka bengong.

"Terima kasih." Tiara menarik kursi tersebut dan duduk disebelah Diego. Seisi kelas hanya bisa menatap Tiara yang langsung menemukan tempat duduk yang menurutnya nyaman, termasuk Jojo dan Hasan yang menoleh kebelakang.

Harta RafflesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang