05

1.2K 133 54
                                    

'Masa lalu terlalu jauh untuk kau sentuh, tapi kenangan mampu mengantarkanmu pada masa lalu'

°°°

"Bagaimana kabarmu?" satu kalimat pertanyaan itu mampu menghentikan langkah Jeongyeon.

Meski lirih, ia sangat hafal siapa pemilik suara itu. Apalagi setelah rapat selesai semua orang telah pergi dari ruangan rapat. Hanya tersisa dirinya  yang harus meneliti ulang berkas rapat tadi dan juga seorang pria yang entah mengapa belum beranjak dari kursi di balik meja rapatnya.

Belum sempat Jeongyeon memnjawab pertanyaannya, pria itu terlebih dahulu berjalan hingga berada tepat di depannya.

Jantung Jeongyeon  bahkan lupa bagaimana caranya berdetak dengan normal, saat ia bisa mencium aroma musk dan citrus khas sang pria.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya pria itu dengan hati-hati.

"Aku masih bernafas di hadapanmu, jadi bisa kau simpulkan kalau aku baik-baik saja." Jawab Jeongyeon dengan sedikit keangkuhannya.

Pria itu masih menatap ragu ke arah Jeongyeon, yang berbanding terbalik dengannya terlihat sangat tegas dan tajam.

Setelah mendapatkan jawaban Jeongyeon, otak pria itu bekerja keras untuk merangkai kalimat apa yang harus ia ucapkan. Membuatnya terdiam cukup lama dengan detak jantung yang tak karuan.

"Apa hanya itu yang ingin kau tanyakan? Aku cukup sibuk dengan hari pertamaku bekerja. Dan aku pikir juga sebagai General Manager, kau tak memiliki banyak waktu luang." ucapan Jeongyeon terkesan sangat tegas masuk ke dalam indra rungunya.

"Kalau begitu saya pamit dulu Park Kwajangnim." sebelum melanjutkan langkahnya, gadis berambut sebahu itu terlebih dahulu membungkukan badannya pada Pria yang memiliki status jabatan lebih tinggi darinya.

Park Jimin, pria yang terlihat sangat kesulitan untuk mengucapkan satu kata itupun masih terus berdiri, menatap punggung Jeongyeon yang terlihat semakin menjauh. Hingga tubuh gadis itu  menghilang dari balik pintu akhirnya ia bisa bernafas kembali normal.

Tak jauh berbeda, Jeongyeon yang telah masuk ke dalam lift segera menghirup banyak-banyak oksigen setelah mati-matian ia berusaha bersikap dingin. Tangannya yang mengepal memukul pelan dadanya untuk menghilangkan rasa sesak.

Meski jika dipandang dengan kasat mata ia terlihat sangat dingin dan tegas, namun nyatanya kondisi hatinya berbanding terbalik dari apa yang orang-orang lihat.

°°°


Tidak ada yang lebih menyenangkan dari mendengar musik berirama kencang dengan lampu yang temaram yang diselingi kilatan lampu warna-warni.

"Bagaimana tadi?"

Jimin mendongak kesamping menatap laki-laki yang duduk di sebelah kanannya dengan gelas martini nya.

"Bagaimana bisa kau tak memberitahuku?" ucapnya sedikit datar.

"Well, aku kira menyenangkan memberi sedikit kejutan untukmu. Lagipula kenapa kau tak melihat profilnya terlebih dahulu sebelum rapat?"

"I have no time to check it, I’m too busy with audit report." Taehyung terkekeh sambil menegak cairan pahit yang ada digelasnya.

"I hope you will be profesional Jim." Jimin terlihat menghembuskan nafasnya kasar.

"Kau tau? Aku tak semelow yang kau pikirkan. The past is in the past, isn't it?" Taehyung terkekeh kembali merasa ucapan sahabatnya itu tak sesuai dengan hatinya.

바벨 - Bubble [inyXkthXjjk] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang