[9] Weird

12.9K 1.3K 162
                                    

17+



"Sayang?"

"Hon?"

"Baby."

Berulang kali Doyoung menyerukan panggilan sayangnya padamu namun dirimu tidak juga muncul. Kursi khusus sekretaris yang biasanya kamu duduki saat ini sedang kosong. Doyoung menghampiri ruang kerjamu bukan tanpa alasan, ia begitu khawatir akhir-akhir ini. Sebagai suami yang bertanggung jawab, Doyoung berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu siap siaga kapanpun dan dimanapun dalam menjagamu.

Tak lama kemudian pintu terbuka, menampakkan dirimu dengan wajah lemah dan lesu. Kamu berjalan perlahan menghampiri Doyoung yang tengah menatapmu penuh kekhawatiran.

"Darimana aja??" Tanya Doyoung sembari membantu menopang tubuhmu. Membawamu duduk diatas sofa ruangan itu dengan hati-hati.

Kamu menatap wajahnya yang menunjukkan ekspresi khawatir dan sedikit kesal. Kesal jika saja terjadi sesuatu padamu sedangkan Doyoung tidak mengetahuinya.

Kamu membawa kedua telapak tanganmu diwajah Doyoung. Menangkup sisi kanan dan kiri rahang tegasnya. "Dari WC. Perutku mual tadi." balasmu tenang sambil tersenyum. Kedua buah ibu jarimu mengelus perlahan pipi Doyoung.

"Sekarang masih mual?" tanyanya.

Kamu menggeleng. "Kamu kenapa kesini?" kamu melepaskan kontak fisik kalian dan bangun dari sofa. Berjalan menuju meja kerjamu dan menonaktifkan komputer disana. Pekerjaanmu terbengkalai karena mual yang menyerang perutmu secara mendadak.

"Mau mastiin kamu gak kenapa-napa." balas Doyoung. Ternyata is mengikutimu berdiri dan memelukmu dari belakang.

"Aku gapapa, Doy."

Doyoung berdecak. "Setiap aku berusaha jagain kamu pasti selalu kalimat itu yang keluar." ucap Doyoung sebal, namun lengannya masih melingkar dipinggangmu.

"Kan aku emang gapapa. Kamu liat sendiri 'kan sejauh ini aku baik-baik aja?" balasmu malas untuk berdebat. Cukup perutmu saja yang mengeluh sakit, kepalamu jangan ikut-ikutan karena pusing memikirkan tingkah Doyoung yang seperti ini.

Tidak ada respon. Doyoung masih setia merengkuhmu, seakan ia paham jika menanggapi omonganmu barusan akan membawa bencana. Lebih baik seperti ini.

Tiba-tiba bau asam terendus indra penciummu. Dengan gerakan cepat kamu menutup hidungmu dan menjauh dari tubuh Doyoung. Sambil mengibas-ngibaskan sebelah tanganmu, kamu berbicara sesuatu pada Doyoung.

"Badan kamu bau." ucapmu masih dengan menutup hidung. Doyoung terlihat kebingungan lalu kemudian menempelkan hidungnya pada bagian bawah kemajanya disekitaran ketiak. Memastikan ucapanmu benar atau tidak.

"Enggak kok. Nih cium deh." balas Doyoung sambil mengangkat tinggi kedua lengannya dan menyodorkannya padamu.

Kamu memekik dan memalingkan wajahmu darinya. "Apa sih Doy ah! Bau tau!" teriakmu setelah berhasil menjauh dari Doyoung.

"Tapi ini beneran ga bau sama sekali sayang." ucap Doyoung kukuh. Ia mendekatimu lagi dan mengulangi hal yang sebelumnya ia lakukan.

"Stop!!" tolakmu kencang.

Doyoung akhirnya mengalah untuk berhenti. Kalian masih berada pada posisi berjauh-jauhan. Kamu membuang wajahmu dari Doyoung, pasalnya dirimu masih sedikit kesal atas perlakuannya tadi.

Pintu ruangan terbuka. Seorang pria berjas hitam masuk memecah keheningan diantaramu dan Doyoung. "Permisi. Pak Doyoung dicariin juga, ternyata disini. Proposal tentang tema karnaval yang waktu itu saya ajukan gimana ya Pak? Soalnya mau cepat diproses." jelas Yuta.

Doyoung berdeham. "Nanti saya urus." balas Doyoung. Ia menatapmu yang sedang berdiri disamping jendela. "Yuta." panggil Doyoung.

"Iya?"

Tanpa aba-aba, Doyoung menarikmu dan membawamu didekat Yuta. Kamu menatap bingung Doyoung ketika ia mulai mendekatkan tubuhnya pada Yuta, begitu pun Yuta.

"Bisa tolong kasih pendapat kamu tentang bau ketiak saya?" cetus Doyoung.

Kamu menoleh, Yuta terbelalak. "Pak Doyoung kenapa deh? Saya bukan pencipta parfum pak, maaf. Hehe." balas Yuta meringis. Sedangkan kamu hanya menatap bergantian suamimu dan juga Yuta.

"Lakuin aja. Gaji kamu saya tambah." ucap Doyoung.

Sebut saja Yuta ini mata duitan, nyatanya ia menuruti permintaan Doyoung dan mulai menundukkan tubuhnya.

Disaat Yuta sibuk memenuhi permintaan Doyoung, kamu mendengar Doyoung bergumam sesuatu ditelingamu. "Kamu jadi saksi, badan aku bau apa enggak." bisik Doyoung.

Kamu menganga. Bertepatan dengan itu Yuta menegakkan kembali tubuhnya sambil menjepit hidungnya dengan jari. "Bau asem, Pak. Buset." katanya sambil menyipitkan mata.





"Udah puas ngetawain akunya?" tanya Doyoung dengan wajah sebal. Sejak dikantor siang tadi hingga saat ingin tidur seperti ini pun kamu terus saja teringat akan kejadian memalukan itu. Menertawai Doyoung sepanjang waktu yang membuatnya menekuk wajah.

"Astaga, air mataku sampe keluar. Wkwk." kamu berusaha menghentikan tawamu. Namun tetap saja gagal.

Tiba-tiba Doyoung merangkak naik keatas tubuhmu. Kamu tidak menyadarinya karena sibuk masih sibuk tertawa hingga matamu terpejam. Doyoung tidak melepaskan tatapan matanya padamu barang sedetik pun. Memperhatikanmu yang sedang sibuk menertawainya.

Kamu memekik ketika merasakan sensasi hangat yang menyapu lehermu. Kamu melihat Doyoung diceruk lehermu, tatapan matanya begitu tajam menusukmu, bersamaan dengan satu gigitan yang ia tinggalkan disana.

"You think that's funny, huh?"

Kamu menggigit bibir bawahmu begitu Doyoung mulai mengecupi rahangmu. Tubuhmu memanas akibat ulahnya. Sesuatu seakan ingin lolos dari bibirmu namun kamu menahannya.

"Tell me babe, it's funny. Hm?"

Kamu menggeleng dengan susah payah. Lengannya turun menggrayangi tubuhmu dan menyingkap gaun tidur yang kamu kenakan. "You such a bad girl, laughing me like that. I'll teach you how to be good girl."

Doyoung mencumbu bagian bawahmu dengan jarinya, membuat satu suara lolos begitu saja dari bibirmu. "Doy, j-jangan." lirihmu.

Doyoung acuh. "Shut up, daddy is give you a lesson."




✖️✖️✖️✖️✖️

yang gasuka diskip aja.hehe

Marriage Life : with DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang