"Hanbinnie,bangun." Seorang gadis yang bernama Hye mi menepuk pelan pipi hanbin yang masih terlelap.Mata hanbin mulai terbuka perlahan.
"Kenapa tidur disini.?" Tanya Hye mi membantu hanbin untuk duduk.
Tidak ada jawaban sama sekali dari hanbin. Wajahnya terlihat sedih murung dan sebagainya."Mari pulang disini terlalu dingin untukmu tidur." Hye mi memberikan mantel kehanbin.Tak ada respon sedikitpun dari hanbin, matanya terlihat kosong.
"Sini aku pakaikan." Hye mi pun memakaikan mantel tersebut dibadan hanbin.
"Kenapa pergi kesini sendirian, kenapa tidak mengajakku.?" Hye Mi merapikan matel yang dikenakan hanbin. Ia tau hanbin tak akan merespon apapun yang ia lakukan.
"Aku sangat merindukan senyummu." Air mata dari pelupuk mata Hye mi itu pun keluar, ia tak tahan dengan ini semua.
"Kenapa orang-orang itu jahat kepadamu,hanbin?" Suara Isak tangis itu pun terdengar.
Hanbin Melihat kearah Hye mi
"Jangan menangis." Tangan hanbin mengusap air mata di pipi Hye mi.Hye mi menatap mata hanbin dengan sendu. "Jangan merasa kau sendirian,hanbin."
"Kau memiliki kami yang sangat mencintaimu , mendukungmu, jangan pernah berfikir kau sendirian, tolong." Air mata itu semakin deras turun dari pelupuk mata Hye mi.
"Maafkan aku." Hanbin langsung memeluk tubuh mungil Hye mi.
"Tolong bangkitlah untuk kami." Isakan itu semakin keras.
"Jangan perdulikan omongan para sampah itu, hanbin" "Hanya untuk kami, dan bungkam mulut mereka dengan karya hebatmu." Hye mi terus meracau.
Hanbin, ia hanya menepuk-nepuk punggung sang gadis dengan pelan.
.
Setelah Hye mi tenang, hanbin melepaskan pelukannya."Kenapa kau masih bertahan di sampingku.?" Tanya hanbin kepada Hye Mi.
"Karena aku percaya kepadamu." Jawab Hye Mi yakin.
"Jika aku benar memakainya, apa kau tetap ada disampingku.?" Tanya hanbin lagi.
"Terlepas kau memakai atau tidak ,aku tidak perduli. Aku hanya ingin disampingmu. Jika memang kau memakai itu aku akan terus mendukungmu, bukan mendukung kamu memakai itu, tapi mendukung agar kamu kembali lagi menjadi hanbin yang selama ini kami kenal." Jawab Hye mi dengan senyum lembut.
"Terima kasih dan maafkan aku." Hanbin memeluk Hye mi erat. Tanpa hanbin sadari air matanya turun seketika.
Hye mi yang merasakan sesuatu seperti air dilehernya yang ia yakini air mata hanbin, ia hanya mengusap punggung hanbin lembut.
"Jika kau ingin menangis, menangislah" ucap Hye mi pelan.
Hanbin yang mendengarkan perkataan Hye mi, menangis seketika, Isak tangis keluar dari mulutnya.
.
.
Hampir dua jam hanbin menangis dipelukan Hye mi.
Rembulan malam dan Sungai Han menjadi saksi betapa sedihnya hanbin."Maafkan aku." Hanbin melepaskan pelukannya dari Hye mi.
"Tidak apa-apa, semua orang selalu melakukan kesalahan. Tak ada orang didunia ini yang sempurna." Hye mi memegang tangan hanbin dan mengelus lembut.
"Apa kau benar-benar percaya padaku Hye mi.?" Tanya hanbin penuh harap.
"Aku sangat percaya denganmu, bahkan diluar sana banyak orang yang mempercayaimu, mendukungmu." Ucap Hye mi mantap.
Hanbin sedikit tersenyum mendengarnya.
"Kau harus bangkit lagi, jangan menyerah dengan impianmu yang sudah kamu bangun sejak remaja."
"Jangan biarkan orang sampah seperti mereka menghancurkan impian berhargamu." Hye mi tersenyum lembut.
"Mereka sudah menghancurkan impianku." Hanbin menundukkan kepalanya, wajahnya terlihat sedih kembali.
"Hey hanbinnie,liat aku." Hye mi mengulurkan tangannya kearah hanbin, menarik dagu hanbin pelan agar menatap wajahnya.
"Mungkin sekarang impianmu sedikit hancur, tapi ingat aku orang tuamu hanbyul, keluargamu member ikon, ikonic akan selalu mendukungmu. Kami akan menjadi perisai untuk melindungi impianmu itu." Kata Hye mi meyakinkan.
"Kau harus ingat, banyak orang yang mencintaimu. Diluar sana mungkin media menyudutkan kamu. Tapi ingat ribuan milyaran triliunan ikonic mempercayaimu, mereka bahkan rela aduh argumen dengan orang-orang sampah yang menyalahkanmu, karna mereka percaya kalau kamu tidak bersalah." Kata Hye mi lagi.
"Jangan merasa kamu sendirian, karena kamu memiliki kami." Hye mi tersenyum lembut.
"Terima kasih." Hanbin memeluk Hye mi lagi.
"Tidak masalah, kamu harus bangkit untuk kami, kami sangat membutuhkan dirimu." Hye mi menepuk-nepuk punggung hanbin pelan.
"Jadilah Kim hanbin yang selama ini kita kenal." Hye mi melepaskan pelukan hanbin.
" Karena kami percaya denganmu." Hye mi tersenyum lembut. Mulutnya tersenyum tapi dalam hati Hye mi menangis keras, ia tak menyangka hal seperti ini akan terjadi kepada kekasihnya.
Hye mi berusaha bersikap tegar dihadapan hanbin, walaupun berbanding terbalik saat tidak bersama hanbin. Ia tak boleh lemah ,ia harus menguatkan kekasihnya ini.
"Ayok kita pulang, ini sudah larut malam, cuaca pun semakin dingin." Hye mi menggosokan kedua tangannya.
"Kau kedinginan.?" Tanya Hanbin.
"Tidak." Elak Hye mi,
"Sini." hanbin menarik tangannya kesamping, dan menarik mantel disisi kanannya.
"Tapi." Hye mi terlihat ragu.
"Tidak ada tapi-tapian." Hanbin menarik pelan Hye mi agar masuk ke pelukannya.
Hanbin menutup tubuh Hye mi dengan mantel , mendekapnya erat."Kamu sudah menjadi kekasihku sejak lama tapi kenapa masih malu seperti kita baru pacaran." Hanbin mengelus rambut Hye mi dengan tangan kirinya.
"Tidak aku biasa saja." Ucap Hye mi dengan menyamankan posisinya, tangannya semakin erat memeluk tubuh hanbin sedangkan kepalanya menyamankan didada bidang hanbin.
"Aku menyukai pelukanmu." Ucap Hye mi lirih.
"Aku akan memelukmu setiap hari." Hanbin
"Tolong bahagia selalu." Hye mi
"Akan ku coba." Hanbin
"Tolong jangan tinggalkan aku." Ucap hanbin lirik.
Hye mi mendongkah kepala menatap hanbin "Tanpa kamu meminta Aku akan selalu bersamamu." Hye mi mencium bibir hanbin cepat
"Aku mencintaimu, Shin Hye mi." Hanbin mencium jidat Hye mi lama.
"Aku jauh lebih mencintaimu, Kim Hanbin." Hye mi memejamkan matanya, menikmati ciuman hanbin dijidatnya.
.
.
.
End