5

94 10 0
                                    

Setiap hidup mungkin tidak akan semulus atau sebagus air sungai hutan, pasti ada saja yang harus di saring atau di lihat dulu air tersebut. Begitu pula Hubungan manusia, sebagus apa pun di mata publik, tidak jauh dari kata debu debu atau kotoran yang menempel untuk mengganggu hubungan tersebut.

Kini Doyeon yang hanya terpaku duduk di salah satu cafe bersama sang kekasih nya Jinhyuk, Doyeon tidak menyukai hal ini. Sepandai2nya Doyeon berusah untuk menjauhi hal tersebut pasti akan kena, begitu juga dengan Jinhyuk. Seringkali kesalahpaham bahkan kesalahan yang membuat pasangan muda mudi ini harus saling adu argumen atau cekcok dan memiliki pembelaan sendiri. Apa yang terjadi ? Mari kita mundur untuk hari itu, sebelum mereka ber adu argumen melalu telfon dengan oembelaan masing2 yang berakhir untuk berbicarakan 2 mata hari ini.

Seminggu lalu...

Doyeon yang terengah2 karena lupa membawa makalah yang harus di kumpulkannya hari ini terpaksa balik kekost yang agak lumayan untuk jalan kaki dari kampus kekost, biasanya sih minta anterin Yohan maupun Jinhyuk sang kekasihnya ini. Namun Jinhyuk tidak bisa mengantarkannya karena sulit untuk dihubungin, akhir2 ini mereka tidak berkomunikasi hanya sekedar sapaan selamat malam dan telfon pun tidak lama. Akhirnya Yohan dengan segala kegabutannya mau mengantarkan Doyeon.

"Han please lah kost an gw bentar aja"

"Hnggg.. yaudah ayo keparkiran" ajak Yohan dan langsung bergegas keparkiran.

Doyeon pun menyusulnya, namun saat mereka keluar gerbang Yohan maupun Doyeon seperti mengenal seeeorang, ia Lee Jinhyuk sedang memboncengi perempuan, Doyeon engga tau perempuan itu siapa, tapi Doyeon yakin itu teman angkatan Jinhyuk sekaligus mantan Jinhyuk yang sampai bikin Jinhyuk susah buat ngelupain. Entah mengapa rasa sedih,kecewa,marah campur aduk dalam emosi marah ini. Bisa-bisanya Lee Jinhyuk saat di hubungi Doyeon tidak diangkat sama sekali, padahal jelas-jelas Berdering. Yohan yang melihat ekspresi Doyeon yang campur2 langsung menacap gas motornya ke kost Doyeon, Yohan tau bahwasannya Doyeon dalam keadaan yang benar2 sulit untuk di ajak bicara kalau seperti ini. Bisa-bisa Doyeon mengurung di kamar kost dan hanya tiduran di kasurnya.

Sesampai di kost Doyeon, Yohan ga mengatakan sekata 2 kata, jelas Yohan ga mau jadi santapan atau melainkan tatapan yang menyeramkan saat seperti ini, sbenarnya Yohan sangat kepo dan ingin menanyakan "Kok bisa" gituh, hati ingin berkata mulut dan otak menyuruh reaksi tersebut tidak oerlu di keluarkan.

-🙁-

Saat seperti ini Doyeon ga tau harus seperti apa, apakah dia cemburu atau marah atau biasa saja. Doyeon takut ketika dia mengeluarkan ekspresi yang ia rasakan, orang akan menganggap itu hal yang biasa dan mengatakannya kalau Doyeon lebay padahal mah Doyeon rasanya sesek banget, dan itu berasa untuk teman sekamarnya Yena, walaupun sudah berteman lama Yena juga bingung kalau Doyeon murung seperti ini, karena setiap Yena tanya Doyeon akan menjawab "Hah, engga kenapa2 kok gw cuman lagi pengen bengong aja" dasar jawaban wanita, tapi kali ini Yena ingin membuat Doyeon sedikit membagikannya keluhan kepada Yena.

"Doy, kenapa ? Ada masalah dikampus" tanya Yena sambaring mengubah posisi duduknya berhadapan dengan Doyeon yang sedang menatap kasur atas Yena.

"Engga kok Yen cuman pengen diem aja" sahut Doyeon

"Cerita aja Doy, apa ada masalah sama Ka Jinhyuk ?"

Dor seperti suara benda jatuh yang membuatnya kaget, Doyeon bingung harus apa kalau di tanya seperti ini. Tapi akhirnya Doyeon bercerita tentang kejadian tersebut.

Yena yang mendengarkannya pun jadi paham Doyeon ini termaksud anak yang sulit untuk mengeluarkan ekspresinya ketika sedih maupun marah, Yena selalu melihat Doyeon bahagia, entah hal apa Doyeon akan tetap terus bahagia. Yena tau kalo Doyeon dan Jinhyuk jarang berkomunikasi akhir2 ini, karena keduanya sama2 sibuk entah organisasi maupun urusan kampus.

"Tapi lu udah tanya belom, ka jinhyuk jalan sama ka hayoung itu ada maksud apa gimana ?" Tanya Yena

Doyeon menggeleng kepalanya. Kalau kayak gini emang harus di bicarakan dengan kepala dingin, Yena juga ikutan pusing, tapi kenaoa yena ikutab pusing.

Jangan diceritain gimana perdebatan Doyeon dengan Jinhyuk seperti apa. Walau Doyeon anaknya sulit mengungkapkan ekspresi marah, ketika di pancing seperti ini akan meledak-ledak seoerti popcron. Begitu juga Jinhyuk yang protektif namun terlihat kesannya biasa saja, padahal dia cemburu berat.

Back to cafe...

Doyeon maupun Jinhyuk sama2 diam, enggan salah satu dari mereka berbicara sampai Doyeon gerah sendiri.

"Kak gimana ?" Tanya Doyeon

"Maaf Doy kalau kamu mau minta putus aku ga bisa, aku sama Hayoung ga kayak kamu sama Yohan ya" sahut Jinhyuk, agak sensi sih kalo gini mah

"Aku sama Yohan juga ga ada apa2 tuh malah ga mantanan sampe gamonin, udah kak kalau kakak masih banding2in aku sama sahabat aku. Aku, Yohan, Yena pure sahabatkan. Apa yang harus aku perjelas lagi biar kakak percaya sama aku"

Jinhyuk diam, dia tau mana yang benar sahabatan mana yang tidak, Jihyuk sadar Yohan sangat menyukai Doyeon, terlihat jelas bagaimana ia memperlakukan Doyeon namun berbeda dengan Yena. Jinhyuk juga laki-laki yang pernah merasakan hal seperti itu, karena tidak mau sampai seperti di telfon jinhyuk cuman menghelang napas "hnngggggg" dia bingung harus menanggapi apa lagi pada akhirnya pun dia percaya apa yang dikatakan Doyeon walau Jinhyuk akan selalu was was tentang Yohan.

Walau butuh beberapa waktu agar bisa berbaikan dan ya bergandengan layaknya pasangan muda mudi. Jinhyuk dengan senang hati membuat Doyeon menjadi ramah bukan Doyeon yang ingin marah-marah dan murung seperti 1minggu














Maaf ya agak ga jelas serius ga ada ide lagi dan emang aku lagi sibuk2nya ngurusin organisasi luar dan emang lagi tingkat akhir jadi kudu mateng buat proposal :')

different ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang