Rumor

1.2K 47 3
                                        

Akhirnya aku jalan dengan Tita, dia meminta diantar ke mall untuk mencari hadiah. Hadiah untuk Bimo yang lusa akan ulangtahun. 14 September, dan aku tidak tertarik memberikan apa-apa ke dia. Walaupun dia lagi butuh alat modifikasi mobilnya, tapi ga mungkin aku kasih mobil baru ke dia kan. Aku hanya diam, dan menemani Tita saja. Kemudian aku tertarik dengan gantungan kunci mobil kecil, aku diam-diam masuk ke tempat itu dan membeli gantungan itu.

Tita menghampiriku dan menanyakan pendapatku tentang barang-barang yang dipilihnya. Berakhir di toko baju, dia mencari baju atau sepatu untuk Bimo. Ampun aku hanya mengelus dada, dan melihat baju yang dia pilih sambil tertawa sendiri. Aku memikirkan apa yang bakal dia bilang jika mendapat hadiah itu. Aku melihat baju yang cukup bagus dan memberikannya kepada Tita.

“Yakin dia bakal suka?”

“Yakin.” Aku diam-diam mengetahui jaket yang dia suka karena dia cerita bahwa dia ingin beli jaket itu dengan uang sendiri. Bimo selalu mengesampingkan keperluannya, aku terkadang merasa kesal dengannya yang selalu menolak, “Nanti saja deh nad kalau sudah ada uang.” Selalu begitu seorang Bimo.

Kami makan di tempat siomay terkenal, dan Tita melahap siomaynya dengan cepat.

“Aku pernah jalan kesini sama Bimo, dan dia.....”

“Menolak makan karena jijik ngelihat sausnya?”

“Kok kamu tahu sih?” Duh bodohnya aku malah jawab.

“Nebak saja.”

“Ada rumor kamu sama dia loh.”

“Apa?”

“Kamu pacaran sama dia, tapi kan kamu ga mungkin pacaran sama dia. Kamu saja ogah sama bad boy.” Eng...bener sih aku gamau pacaran tapi ketemu Bimo jadi buka mata aku tentang bad boy. Rumor ya, selalu begitu kampus ini, penuh dengan rumor. Akhirnya tercium juga hubungan kami. Aku mulai curiga dengan fotografer itu.

“Bim, kita perlu ngobrol. ASAP!” Aku mengirim pesan ke Bimo, dan segera menutup telefonku. Aku takut ketahuan dengan Tita yang diam-diam melihat wajah panikku. Aku hanya tersenyum kepadanya, tak lama kemudian aku mendapatkan balasan. “Nanti di telefon saja, aku lagi bantuin di kafe teman.” Aku baru ingat kalau dia harus membantu temannya di kafe, kalau aku datang ke kafe itu apakah menjadi masalah.

Aku masih memikirkan rumor itu hingga aku sampai di kafe milik temannya Bimo. Aku masuk dan semua pandangan ke arahku, bodohnya aku kafe ini dipenuhi dengan laki-laki yang suka merokok. Aku menunduk dan duduk di kursi paling pojok, aku sempat mendengar bisikan mereka yang kaget dengan sosok ukhti di kafe ini. Lalu, aku memesan kopi yang padahal aku tidak menyukainya. Aku melihat hape dan ada sms dari Bimo, “berani juga datang kesini kamu, Nad. Tunggu ya sebentar.” Aku masih sibuk dengan hapeku untuk mengalihkan pandangan mereka, namun aku makin dilihat dan mereka makin penasaran.

Tak lama, Bimo datang ke mejaku sambil memberikan kopi yang aku pesan.

“Nad, kamu suka kopi?”

“Engga terpaksa saja biar kesannya beli.”

“Oh begitu, kenapa tiba-tiba kamu mau ngobrol? Ada masalah? Bukannya kamu lagi jalan sama Tita?” Dia menyeruput kopiku tanpa malu-malu.

“Kamu sudah tahu rumor yang beredar?”

“Rumor apa?”

“Kalau kita punya hubungan...”

“Hubungan teman kan?”

“Bukan Bim, dengerin dulu...” Aku pun menceritakan kecurigaanku dan darimana aku mendengar rumor tersebut, wajah Bimo menjadi serius. Aku tidak bisa memotong keseriusan wajahnya, kemudian dia terdiam. Aku masih menunggu reaksinya, namun yang aku dapatkan adalah...

Bad boy vs Ukhti (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang