Mimpi dan Cinta

13

Adzan subuh baru saja berkumandang lima belas menit yang lalu. Sementara Ibu sudah gesit keluar masuk dapur menyiapkan panci-panci gulai dan ketupat. Seperti biasa, aktivitas pagi di rumahku telah dimulai bahkan di saat orang-orang masih terlelap tidur.

Aku merapikan penampilanku di depan cermin. Titin yang sudah selesai sholat, langsung mengganti baju tidurnya dengan pakaian rapi. Aku sedikit heran, mengingat selama ia tinggal di sini, baru kali ini ia bangun pagi dan berpakaian rapi-rapi begini. Apa dia sudah mendapat pekerjaan?

Usai memasukkan buku pelajaran ke dalam tas, aku berjalan keluar dari kamar menuju dapur. Hendak bergabung dengan Ayah di meja makan, sarapan. Namun saat aku hendak duduk di kursiku, tiba-tiba saja Titin datang dan langsung duduk di sana. Tanpa permisi ia menyerobot begitu saja.

Aku menghembuskan napas pelan, meraih kursi di sebelahnya. Mulai hari ini, aku harus lebih banyak bersabar menghadapinya.

"Kamu mau pergi kemana, Tin? Pagi-pagi sudah rapi?" tanya Ibu, ikut bergabung di meja makan. Nampaknya Ibu belum sempat sarapan tadi.

"Oh.. Ga kemana-kemana sih, Bi.. Rencana mau jalan-jalan keliling daerah sini aja.." jelas Titin. Ia mulai melahap lontong sayurnya. Ku lihat Ayah di seberang meja hanya diam mendengarkan.

"Emang kamu udah tahu daerah sini, Tin? Ga takut nyasar?" Aku ikut bersuara. Titin, 'kan, baru beberapa hari tinggal di sini. Titin diam sejenak, lalu menggeleng. "Udah tahu, kok! Lagian, 'kan, ada google maps. Ga usah khawatir." Aku mengangguk pelan, benar juga.

Aku dan Titin kembali fokus dengan piring masing-masing. Tidak berkata-kata lagi. Begitu juga dengan Ibu yang kini menikmati segelas teh hangat dan sepotong goreng ubi. Sementara Ayah, sudah beranjak dari kursinya, pergi ke teras membereskan dagangan.