2

1.1K 48 2
                                    

Weekend adalah hari libur yang sangatlah menyenangkan bagi Nasya dan keempat sahabatnya. Seperti biasa kalau mereka tidak mempunyai uang untuk jalan-jalan, maka mereka akan berkumpul di salah satu rumah dan sekarang mereka berkumpul di rumah Wika. Berhubung orangtua Wika dan kakak laki-lakinya sedang berpergian, maka mereka bebas untuk main di rumah Wika.

Satu kebiasaan Wika yang semua sahabatnya tidak sukai, yaitu kamar Wika yang berantakan. Tidak wajar bukan, anak perempuan manis dan cantik seperti Wika kamarnya berantakan. Seperti itulah Wika, dia seperti anak cowok pada umumnya yang memiliki kamar sungguh sangat berantakan.

Celana dalamnya saja terletak di atas nakas. Membuat keempat sahabatnya ngeri sendiri, supaya kamar Wika menjadi markas yang aman dan bersih bagi mereka hari ini dengan suka rela Puspa, Sarah dan Nasya membersihkan kamar Wika terkecuali Tita yang tidak ingin membantu karena beralasan tidak bisa bersih-bersih.

"Haduuuh Tita yang gak bisa bersih-bersih aja kamarnya gak berantakan kayak kamar lo Wik," keluh Sarah kelelahan setelah menyapu.

"Lah Tita punya pembokat, gue mana punya," jawab Wika kesal.

"Udah jangan pada berantem mending gue siapin kalian minuman sama cemilan," pinta Tita kemudian beranjak pergi ke dapur disusul oleh Puspa.

Nasya merasa tangannya tersenggol sesuatu, ia langsung menemukan benda yang tidak sengaja tersenggol tangannya. Nasya langsung menemukan botol minuman soda berwarna hijau di balik bantal.

"Astagaaa... Lo ngapain nyimpen botol segede ini di balik bantal?" tanya Nasya terkejut.

Semua yang ada di kamar langsung menoleh ke arah Nasya.

"Itu botol gue bekas minum tadi malam lupa gue buang," jawab Wika cengar cengir tidak jelas.

"WIKA... WIKA... JOROK BANGET SI LOH!" teriak Sarah di depan kuping Wika.

Wika memegangi kedua telinganya. "Lo kalo teriak lagi, gue gibeng lo!"

Takut akan di beri pelajaran oleh Wika, Sarah memilih diam saja tidak ingin banyak bicara lagi. Tidak lama Tita dan Puspa datang membawa minuman beserta cemilannya. Semua yang ada disana langsung menyerbu cemilan yang dibawa oleh Puspa.

"Eh, main uno yuk!" ajak Wika sambil mengeluarkan kartu uno miliknya.

"Yuk..." jawab mereka bersamaan.

Tanpa aba-aba Wika langsung mengocok, lalu membagikan kartu yang masing-masing dapat tujuh kartu.

"Tapi harus ada perjanjiannya yah siapa yang kalah harus dapet hukuman!" pinta Tita yang langsung disetujui semuanya.

Permainanpun dimulai, awalnya Nasya yang pertama uno. Namun, karena jebakan dari Puspa yang mendapatkan kartu sakti menyuruh Nasya memberikan kartu berwarna hijau, sedangkan kartunya berwarna merah. Ia pun harus mencari kartu di kumpulan kartu yang disediakan sampai ia menemukan kartu yang berwarna hijau. Nihil, sampai mengambil delapan kartu barulah ia menemukan kartu berwarna hijau. Permainan pun terus berlanjut hingga menyisakan Nasya dan juga Sarah.

"UNO GAMES..." teriak Sarah kegirangan karena ia sudah menyelesaikan permainan.

Otomatis Nasya kalah dan ia harus menerima apapun hukuman yang keempat sahabatnya berikan. Merekapun berembuk untuk menentukan hukuman apa yang pantas diterima oleh Nasya.

"Jadi hukuman buat lo adalah harus bisa jadi pacar Pak Devan," terang Tita dengan senyum jahatnya.

Senyum Nasya langsung mengembang. "Wah itu mah bukan hukuman tapi hadiah."

My Teacher is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang