7

1.1K 31 4
                                    

Lelah karena bekerja ditambah lagi Nasya terkena insomnia dadakan dikarenakan memikirkan pacar barunya yang tidak lain dan tidak bukan adalah guru sosiologi ganteng bernama Mas Devan. Mengingat namanya saja bibir Nasya tidak berhenti untuk senyum-senyum sendiri.

Jam dinding sudah menunjukkan angka dua Nasya akhirnya tertidur dengan pulas. Jordan yang melihat kakaknya tertidur pulas membuat dirinya sangatlah bahagia untuk pertama kalinya ia melihat kakaknya bahagia sekali hari ini.

Langkah Jordan terhenti di meja belajar kakaknya untuk menaruh buku latihan matematika wajib yang sudah ia kerjakan. Tidak heran, Jordan selalu mengerjakan PR Nasya. Jordan terpaksa harus mendalami materi anak SMA agar bisa membantu kakaknya. Ia juga tidak masalah dengan itu, semua orang selalu memujinya sebagai siswa jenius.

Jordan adalah siswa yang sangatlah berprestasi, mungkin ia memiliki IQ yang sangatlah tinggi  sehingga tidak heran ia bisa menjawab soal apapun termasuk soal anak SMA sekalipun ia masih SMP. Berbeda dengan kakaknya yang mempunyai otak pas-pasan. Andai Nasya bisa fokus dengan sekolahnya saja, kemungkinan ia akan seperti Jordan.

Alarm handphone Nasya sudah berbunyi beberapa kali di pukul lima pagi. Namun, gadis itu belum juga bangun hingga ia menyadari saat melihat wallpaper handphone nya yang menunjukkan pukul tujuh pagi. Dengan langkah cepat ia menuju kamar mandi.

Kalau waktu itu Nasya yang menyiapkan sarapan, kali ini Jordan yang menyiapkan sarapan. Terlihat mudah hanya dengan modal mengambil roti dan selai stroberi di lemari dapur, serta menyeduh susu kental coklat manis untuknya dan juga kakaknya.

"Anjaaaay... Gue bakalan telat ini," ucap Nasya sembari mengunyah rotinya dengan cepat kemudian menyeruput susu yang dibuat adiknya tadi.

"Pacar kakak gak jemput?" tanya Jordan masih santai memakan rotinya.

"Dia baru ngirim chat ke gue dan bilang dia ada urusan pagi ini."

Jordan menghembuskan nafas penuh beban, "Itu artinya aku akan nganter kakak ke sekolah lagi."

Nasya melihat sikap Jordan yang santai seolah tidak takut telat membuat dirinya geram sendiri. Kalau Jordan telat ke sekolah seperti dirinya itu artinya ia akan di cap sebagai siswa yang tidak disiplin hal itu membuat dirinya ingin memarahi adiknya sekarang juga.

"Lo gak takut telat?" tanya Nasya menginterogasi.

"Aku olimpiade di sekolah lain jam sembilan," jawab Jordan singkat yang pastinya sudah dipahami oleh kakaknya.

"Semoga berhasil dan gue harap lo cepet kelar makan biar lo bisa cepet nganter gue ke sekolah."

Memutar bola matanya, "Bukankah kakak sudah biasa telat ya?"

Pertanyaan adiknya itu membuat Nasya sedikit tersindir. Ya, ia akui ia sering telat ke sekolah dan pasrah saja menerima hukuman dari guru yang sedang melaksanakan piket pengawas harian. Entah, mungkin Nasya ingin berubah tidak ingin telat masuk ke sekolah lagi.

Gerbang sekolah sudah di tutup. Siswa dan siswi yang terlambat sudah berbaris rapi di depan gerbang sekolah menunggu Pak satpam membuka pintu gerbang. Tidak lama, pintu gerbang dibuka oleh pak satpam. Terlihat Ibu Dona sudah berdiri di depan Siswa dan siswi yang terlambat seketika saat Pak satpam membuka pintu gerbang sekolah.

"Lari keliling lapangan upacara sepuluh kali!" perintah Ibu Dona sembari melipat kedua tangan di depan dada.

Tidak ada perintah lagi mereka langsung berlari menuju lapangan upacara, tidak terkecuali dengan Nasya. Capek iya, malu iya, tetapi tidak lebih capek dan malu ketika Devan melihat Nasya keliling lapangan upacara hanya karena dirinya terlambat ke sekolah. Seringai senyum mengejek Devan lontarkan kepada Nasya yang hanya ia balas dengan wajah yang ditekuk.

My Teacher is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang