8

665 31 2
                                    

Canda tawa Nasya dan teman-temannya membuat suasana di kantin semakin gaduh. Meski begitu, mereka tidak menghiraukan semua orang yang mungkin terganggu dengan kehadiran mereka. Makan sambil bergosip memang sudah kebiasaan apalagi suara Sarah yang sudah seperti klakson bus terdengar sangatlah keras dan mengagetkan ketika ia menanggapi obrolan.

Sedangkan Nasya sendiri memilih bungkam dan hanya mendengarkan. Bukan ia sedang memerankan tokoh gadis pendiam, memang dia paling tidak suka mengurusi hidup orang lain. Terlihat sama seperti Nasya, Puspa juga terlihat diam saja sebab apabila ia ikut menggosipkan orang ia takut dosa.

Tiba-tiba tangan kekar menarik lengan Nasya, serentak membuat suasana kantin sepi. Semua pengunjung kantin sibuk menatap guru Sosiologi itu yang sedang menghampiri Nasya. Mungkin semua orang mulai memiliki tanda tanya di kepala masing-masing, tetapi tidak dengan teman-teman Nasya.

"Kamu ikut bapak sekarang," pinta Devan muncul dengan bahasa formalnya.

Nasya hanya bisa mengangguk, kemudian mengikuti Devan. Setelah itu suasana kantin menjadi tambah gaduh saat semua pengunjung kantin sibuk membicarakan Devan dan Nasya.

"So, hayuk kita lanjut gosipin Pak Devan sama Nasya aja!" ajak Tita mulai angkat suara.

"Masa temen sendiri digosipin dasar gak ada akhlak lo," bentak Sarah membuat Tita terdiam.

"Gue yakin semua orang sekarang mikir ada hubungan apa pak Devan sama Nasya," ungkap Wika sembari menatap teman-temannya satu per satu.

Puspa yang lagi mengunyah makanan mulai menanggapi, "Cukup kita aja yang tau jangan dibahas lagi bisa!" ajak Puspa yang kemudian meminum teh es manis miliknya.

"Tumben lo ngomong nyambung," sosor Tita.

"Gak selamanya Puspa lola kali," gerutu Sarah yang kembali membungkam mulut Tita.

Sedangkan yang lain hanya bisa geleng kepala sembari menghabiskan makanan mereka masing-masing. Tita dan Sarah memang saling berselisih paham, tetapi dengan itu membuat pertemanan mereka semakin erat. Untungnya Tita juga bukan orang yang cepat tersinggung.

🌸🌸🌸


Devan membawa Nasya ke atap sekolah. Genggaman tangan Devan terasa beda, seolah ada hal yang sangat penting sehingga mereka harus bertemu di tempat yang jarang orang lain kunjungi di sekolah ini. Namun, Nasya tetap berusaha biasa saja ia masih yakin tidak ada masalah.

Dua orang yang berada di atap sekolah masih terdiam, menikmati semilir angin yang menerpa tubuh keduanya. Bahkan, Nasya hanya bisa meraih telapak tangan Devan sembari membawanya ke dalam tautan tangannya.

"Nasya aku mohon," pinta Devan sambil menatap mata Nasya tajam, "Jangan sampai semua orang tau hubungan kita!"

Nasya terdiam sejenak sembari melepaskan tautan tangannya, "Salah ya Mas kalau semua orang tau hubungan kita?" tanya Nasya dengan sangatlah lugu.

"Sya, mas itu guru di sini kalau seluruh para guru tau kita pacaran mau di taruh dimana muka mas haah," bentak Devan dengan nada sangatlah tinggi.

Nasya hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya, matanya juga sedang mengeluarkan cairan bening. Payahnya, Devan seolah buta menghiraukan tangisan Nasya.

"Dengan enaknya kamu posting foto di story Whatsapp, video boomerang di insta story Instagram kamu. Hubungan kita gak usah diumbar bisa, jangan sampai orang beranggapan buruk tentang kita." omel Devan lagi.

Nasya hanya bisa terisak. Ia tidak tau mau menjawab Devan bagaimana, ia hanya dituntut untuk mengerti Devan. Mungkin berpacaran dengan guru itu aib yang harus ia tutupi. Sebenarnya salah ya kalau ia meumbar postingan bersama pacarnya sendiri sama seperti pasangan lainnya.

"Terlalu banyak diumbar bisa bubar tau gak?" lontar Devan membuat orang yang di depannya mulai mengangkat kepalanya menatapnya dengan mata sembab.

"Kalau hubungan kita itu buruk di mata orang-orang dan membuat Mas terganggu kerjanya," ucap Nasya terjeda-jeda sembari terisak, "Ok, fine. Aku gak bakal umbar lagi, aku turuti maunya Mas jadi gak akan ada masalah di hubungan kita."

Telapak tangan gadis itu mulai menghapus sendiri air matanya. Berusaha menguatkan diri sendiri, itulah yang sedang Nasya lakukan. Sebenarnya Devan tak tega membuat pacarnya sendiri menangis seperti itu, tetapi ia harus tetap memberitahukan keluh kesahnya itu agar hubungan mereka tetap bertahan.

"Kamu taukan banyak pasangan yang mengumbar kemesraan mereka di medsos terus bubar, aku gak mau kita gitu aja," ucap Devan mulai asal.

Nasya hanya bisa memalingkan wajahnya tidak ingin melihat Devan lagi. Ia juga tidak ingin dikasihani saat Devan melihatnya menangis. Ya, secara tidak langsung Nasya mengaku salah harusnya ia lebih paham dengan Devan. Dengan bodohnya ia meumbar-umbar hubungannya dan mungkin menanamkan pikiran negatif semua orang terhadap dirinya. Berpacaran dengan guru sendiri itu sangatlah menjijikkan, mungkin.

"Aku harap kamu paham dan jangan menangis lagi," pinta Devan sambil mengelus pundak Nasya kemudian berlalu pergi.

Memangnya yang membuat ia menangis itu siapa. Tak ada lagikah simpati Devan untuknya ataukah menutupi hubungan hanyalah alasan Devan saja. Nasya mulai berpikiran yang tidak-tidak. Tidak lama Nasya kemudian beranjak pergi dan kembali ke kelasnya.

Langkah kaki Nasya terhenti setelah sampai di tempat duduknya. Semua teman dekatnya itu bertanya-tanya tetapi Nasya hanya menjawab ia baik-baik saja. Nyatanya untuk pertama kalinya seorang Devan yang berhasil menaklukkan hatinya telah melukai hati Nasya untuk pertama kalinya.



🌸🌸🌸



Aku lelah aku ingin istirahat sejenak fisik dan batinku sekarang tidak bisa berkompromi dengan baik. Harusnya aku tidak membuka hati untuk siapapun agar aku tidak memiliki beban lebih untuk menghadapi dunia yang keras ini. Apalah daya, aku harus kuat tidak ada tuh kata 'galau' di kamus seorang Nasya. Harus bangkit, lupakan toh mengumbar keromantisan perlu kuota dan kuota perlu uang. Gadis sepertiku harus menghasilkan uang demi sesuatu yang diperlukan.

Hari ini aku diantar Jordan ke tempat kerjaku. Suasana hatiku sedang tidak baik, mungkin adikku juga tidak keberatan aku repotkan sedikit.

"Kak entar kalo udah mau pulang telpon aja," pintanya yang langsung aku iyakan dengan senyuman.

"Hati-hati jangan ngebut ok," pintaku kembali kemudian Jordan berlalu pergi.

Bruuuk

Saat aku berbalik ingin melanjutkan langkahku, aku tak sengaja menabrak tubuh seseorang. Tubuh yang tak asing dengan wangi yang aku kenali. Perlahan aku buka kedua mataku dan ya. Seperti dugaan ku, itu Mas Devan.

Bibir ini kembali terkunci seperti biasanya saat aku temukan sosok dibalik dirinya. Apa yang ada di pikirannya aku sudah tidak ingin menebak lagi. Bahkan, hitungan satu sampai tigapun bisaku tebak ia akan bertanya apa.

"Kamu ngapain disini?" tanyanya sesuai perkiraanku.

"Dua kemungkinan saya disini jadi bapak pikirlah sendiri," pintaku seformal itu.

Aku sedang malas mengobrol dengannya dengan bahasa sepasang kekasih. Aku merasa sekarang sedang bertemu guruku, bukan pacarku. Sayangnya, keadaan berkata lain bahwa aku harus menerima kenyataan pacarku adalah guruku.

"Kok, kamu gitu sih Sya?" tanyanya tidak terima aku perlakuan seperti itu.

"Au ah Pak, saya lagi males ngomong sama bapak," keluhku kemudian melangkah melanjutkan langkahku.

Naas, Devan tidak mudah membiarkan aku pergi. Ia dengan sigap berdiri di depanku untuk menghalangi jalanku. Sungguh, aku sangatlah malas bertemu dengan dirinya kali ini. Belum masalah siang tadi hilang dari kepalaku ditambah masalah baru lagi yang akan menjabakku kali ini.



#BacodAuthor

Assalamualaikum guys,
Gimana puasanya lancar?
Lama tidak bertemu semoga kalian tetap suka ya😅
Kalau kurang menarik maklum aja
Author udah lama gak nulis
Kalaupun ada typo atau apapun ntar aku usahain buat revisi pas sudah tamat tapi😁
Aku juga bakal usahain bakal update setiap hari Rabu dan Jum'at
Baca aja dulu,
Kalau suka vote kalau mau komen sok atuh🤭
Jangan lupa share, ok ok
Oklah tu😆

My Teacher is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang