5

1K 38 14
                                    

Mata pelajaran sosiologi adalah mata pelajaran yang ditunggu-tunggu oleh semua murid di kelas XII Sos 3 hari ini terutama dengan Nasya tentunya. Ia ingin sekali bertemu guru sosiologinya hari ini, entah kenapa rindu membuat dirinya gelisah untuk bertemu. Sayang sekali, hari ini Devan tidak masuk kelas mereka tanpa alasan sama sekali hanyalah tugas yang guru sosiologi itu berikan kepada murid-muridnya.

Wajah Nasya terlihat murung saat tidak bertemu lagi dengan Devan. Hatinya sudah mengatakan bahwa sulit mendapatkan hati seorang Devan dengan waktu yang singkat ini. Ingin rasanya Nasya pergi ke rumah Devan untuk melihat pujaan hatinya, walaupun dalam waktu yang tidak lama.

"Iya... Gue harus ketemu Pak Devan," ucap Nasya tiba-tiba langsung mengagetkan semua teman sekelasnya yang mengerjakan tugas.

"Lo kenapa, Sya?" tanya Wika melirik Nasya.

"Sakit?" sambung Tita bertanya.

"Kalian tau rumah Pak Devan?" Nasya menatap keempat sahabatnya yang memperhatikan.

"Pak Devan gak tinggal di rumah," jawab Sarah kemudian fokus lagi mengerjakan tugas.

Sorot mata Nasya menatap keempat sahabatnya bergantian. Timbul pemikiran mereka masing-masing terhadap jawaban Sarah.

"Terus Pak Devan tinggal dimana?" tanya Puspa penasaran.

"Di kolong jembatan," jawab Sarah asal.

"Anjiiiiir lo," cerca Nasya sembari mendorong pundak kiri Sarah.

"Slow, Pak Devan tinggal di apartemen di sebelah apartemen kakak sepupu gue," jelas Sarah singkat.

"LO TAU DARI MANA?" teriak Nasya, Wika, Puspa dan Tita bersamaan.

Teman sekelas mereka semua terlihat sangatlah terganggu dengan perbincangan mereka. Sorot mata Lia dkk membuat Nasya dan keempat sahabatnya bungkam. Tidak hanya itu, Dika yang masih berada di kelas menyimak dari tadi apa yang dibincangkan Nasya dengan keempat sahabatnya.

Dika bisa membaca semua tingkah Nasya saat membicarakan tentang guru sosiologinya. Terlihat sekali kalau Nasya memiliki perasaan terhadap guru sosiologi itu dan hal itu membuat Dika tidak nyaman. Hanya dia yang boleh memiliki Nasya, bukan orang lain termasuk gurunya sekalipun.

Tidak dengan Nasya yang tidak perduli dengan perasaan siapapun terhadap dirinya. Ia hanya terobsesi untuk mendapatkan Devan dan hanya perasaan Devan yang ia perdulikan untuk menumbuhkan rasa cinta itu terhadap dirinya.

Cantik
Pak Devan saya di depan pintu apartemen bapak sekarang.

Pesan dari seorang siswi itu membuat Devan terkejut dan merasa aneh sendiri.

Devan
Saya gak lagi di apartemen

Cantik
Intinya saya nunggu bapak di sini sampai sore.

Devan
Jangan!

Cantik
Gak mau tau,

Bingung dan bimbang harus bagaimana Devan dengan siswinya yang satu ini? Tetapi ia tidak ingin seseorang menunggu dirinya terlalu lama. Sehingga ia memutuskan untuk segera menyelesaikan pekerjaan, kemudian lekas menemui siswinya itu.

"Gimana?" tanya Sarah melihat wajah sahabatnya murung.

"Pak Devan gak ada di sini,"jawab Nasya memajukan bibirnya.

"Terus?"

"Gue mau nunggu."

"Udah, lo nunggu di apartemen kakak sepupu gue aja!" pinta Sarah yang sudah lelah berdiri bersama Nasya.

My Teacher is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang