1

360 15 0
                                    

"Jane, setidaknya kau harus mendengar kami bicara sampai selesai! Stop bertingkah seperti anak durhaka."

"Sudah dua puluh menit kalian berbicara tentang perjodohan dan perjodohan. Kalian tidak bosan? Aku bosan!"

"Karena kami serius."

"Dan aku tidak tertarik dengan ide itu!"

"Oh Tuhan, Carl. Bicara pada anakmu. Cuma kau yang didengarnya."

"Tidak akan berhasil walau papi yang membujukku."

"Jane dengarkan papi. Hanya perkenalan. Kalau kalian saling menyukai, maka tidak ada salahnya. Tapi kalau tidak...."

"Apa? Kalau tidak aku bisa menolaknya?"

"Perasaan bisa tumbuh kalau kalian selalu bersama, Jane"

"Kalian terlalu tua untuk berbicara tentang cinta. Biar kuberi tau. Mami, papi, cara kerja cinta jaman sekarang tidak semudah yang kalian bilang. Percayalah. Cinta Tumbuh karena kebersamaan? Hah! Bayangkan jika itu benar! Aku pasti sudah mencintai semua pria di kelasku."

"Oh Jane, kau sangat keras kepala seperti mamimu."

"Hey! Language! Itu spermamu." Ucap mami Jane protes pasa suaminya.

"Oh ya. Tapi tau kah kau bahwa yang membentuk watak anak bukan sperma, melainkan indung telur?" Carl yang tidak terima spermanya disalahkan juga balas membela diri.

"Oh sekarang kau berani berbicara padaku membawa-bawa apa yang kau pelajari di kelas biologimu Carl? Kau pikir aku sebodoh itu sampai mau mempercayai teori bodohmu soal indung telur?"

Melihat mami papinya berdebat, Jane tersnyum tertarik. Dia memperbaiki posisinya sambil melipat kedua tangan. Menebak-nebak kali ini kedua orang itu akan berdebat selama apa. Sehebat apa.

"Kau yang memulainya. Aku hanya menjelaskan." Carl lancang.

"Tapi kau menyinggungku, sir!" Beth tak mau kalah dari suaminya yang merupakan seorang biologist terkenal itu.

"Salahkan perasaanmu yang terlalu sensitif. Bukan salahkan spermaku yang cantik itu." Ucap Carl mengerling kan matanya kepada Jane, yang langsung mendapat balasan kerlingan yang sama. Melihat itu, Beth semakin kesal.

"Terus saja kalian bersekongkol! Malam ini aku hanya akan memasakkan dinner untuk anak laki-lakiku! Dan kalian berdua bisa makan di junk food!" Ancam Beth membawa-bawa anak lelakinya yang amat dia sayangi.

"Ide bagus. Let's have a candlelight dinner di MCD papi!"

"Perfect! Kita nggak perlu bungkusin mami cheese burger karena dia akan memasak bersama Jeff." Carl seperti tidak kehabisan bahan untuk menggoda kekesalan istrinya. Mengingat betawa wanita yang sudah dia nikahi hampir tiga puluh tahun itu sangat menyukai cheeseburger.

"Tentu saja tidak perlu cheeseburger. Tapi Carl, jangan berani kau tidur di kamar sebelum berhasil membujuk anakmu untuk setuju pada perjodohan itu!" Kini Beth menang dengan mengclaim larangannya pada suami tercintanya. Carl begitu mudah menurut dia. Pria yang tidak akan bisa tidur tanpa memeluk istrinya itu akhirnya kalah Dari perdebatan kali ini, setelah menang di perdebatan minggu lalu. Sekarang tidak ada pilihan lain selain membujuk anak gadis satu-satunya itu untuk setujui perjodohan yang sudah dia dan istrinya setujui terlebih dahulu.

______________________________________________________

Sedang di salah satu mansion mewah di kawasan elit, ada empat orang yang tengah ngobrol santai.

"Dia anak teman daddy. Cantik. Baik. Cerdas. Itu pilihan terbaik untukmu." Ucap Sebastian kepada salah satu dari kedua anak lelakinya yang tengah duduk di depannya.

"Mommy sudah bertemu dengannya sekali, OMG Mark kau akan menyukainya!" Kini giliran Emma yang mempromosikan anak gadis orang pada anak prianya.

"Aku belum pernah bertemu dengannya, Tapi jika Mark tidak setuju dengam perjodohan itu, bisakah kalian menjodohkannya denganku saja? Kedengarannya dia gadis yang langka" sekarang yang berbicara adalah Jack. Anak bungsu Sebastiandan Emma. Adik Mark.

"Kau bisa memilih sendiri istrimu kelak, jika sudah lelah gonta ganti pacar, Jack." Ucap Emma membungkam anak bungsunya dengan sindiran.

"Tapi bukankah lebih baik jika aku menikahi gadis yang kalian pilih juga?"

"Dengan sikapmu yang playboy itu, aku dan daddymu bahkan malu mempromosikanmu pada kolega. Kami tidak mau kau hanya akan membuat anak gadis orang menangis karena kau selingkuhi. Berubalah Jack! Kau sudah dewasa!" Titah Emma yang hanya dibalas tawa oleh Jack.

"Jadi bagaimana menurutmu Mark? Kau tertarik dengan ide ini?" Tanya Sebastian pada Mark, memotong obrolan istri dan anak playboynya.

"Aku tidak peduli. Kalau kalian pikir itu yang terbaik, aku setuju. Aku mempercayakan semuanya pada kalian. Sekarang, kalau sudah tidak ada yang ingin kalian bicarakan, aku mau pergi. Temanku sudah menunggu." Kata Mark acuh sambil berdiri meninggalkan Sebastian, Emma dan Jack terdiam.

"Aku pikir kita harus melakukan tes DNA. Anak itu sangat aneh sayang." Ucap sebastian pada istrinya.

"Jaga bicaramu Bastian! Dia anakku." Emma membungkam suaminya.

"Kalian tau? Ini tidak adil. Kalian tidak mau menjodohkanku dengan anak kolega kalian hanya karena aku playboy, tapi kalian mau menjodohkan Mark, yang aneh itu pada gadis yang kalian bilang gadis baik-baik? Aku akan melaporkan mommy dan daddy pada FBI."

Kini giliran Jack yang membungkam orang tuanya.

.

Ide perjodohan yang ditanggapi berbeda oleh keduanya.
Bagaimana menurut kalian kelanjutan cerita Mark dan Jane?

addictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang