3

173 10 0
                                    

"Bisakah kau mengenakan sesuatu yang rapi?" Beth memperhatikan gaya anaknya.

"Bikini?"

"We're going to dinner. Not Hawaii."

"Apa yang salah dari pakaian ini?"

"Kau terlihat seperti baru pulang kuliah."

"I do."

"Berpakaianlah seolah kau baru pulang dari salon atau butik ternama, Jane!"

"ARGH MAMI!"

"Dont argh-ing me! Pakai ini!" Ucap Beth mengeluarkan sebuah dress hitam bertali spagetti. "Now!"

Tidak mau berdebat, Jane mengikuti kemauan maminya.

"Sekarang aku terlihat seperti jalang yang memohon untuk dinikahkan dengan pria kaya."

"No, sekarang kau terlihat seperti wanita yang maminya peduli dengan gaya fashion anaknya. Sekarang sisir rambutmu, mami dan papi akan menunggu di bawah. Cepatlah sedikit."

"Aku sudah menyisirnya."

"Kapan? Kapan?" Beth yang tadinyasudah siap berbalik, kini langsung berbalik lagi ke arah Jane.

"Tadi pagi?"

"Sisir rambutmu sekarang."

"Kita akan terlambat dan perusahaan akan pailit, dan mami tidak bisa membeli gucci lagi." Lagi-lagi Jane membungkam maminya dengan kepala batunya.

"Kau tersengar seperti papimu. Setidaknya rapikan sedikit Jane! Kau perempuan. Tidak pernahkah kau mendengar bahwa rambut adalah mahkota untuk perempuan?" Ucap maminya.

"Im doing it. See? Done. Now come on! Mari selamatkan perusahaan dan teach that boy some love. Come mami. My love." Kata Jane seusai menyelipkan beberapa helai rambutnya di belakang kuping-yang dia claim "merapikan"-. Beth tidak bisa apa-apa selain menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengikuti langkat anaknya yang sudah mendahului langkahnya.

Di mobil, tidak ada yang berbicara. Tidak Jane, tidak pula kedua orang tuanya. Tidak pula Jeff kakak Jane yang tengah menyetir.

"Bagaimana kuliahmu Jane?" Tanya Jeff memecah keheningan.

"Agh thank you, I love u Jeff. Finally seseorang mengajakku berbicara tentah hal lain selain ide gila ini." Ucap Jane menyinggung orang tuanya yang duduk di kursi belakang.

Mendengar itu, Jeff tertawa. Mengacak rambut adiknya.

"So how is it?"

"Great. Masterku akan selesai dengan cumlaude sepertinya jika saja aku memiliki otak sepertimu."

Kali ini tidak hanya Jeff, Beth dan suaminya juga ikut tertawa mendengar ucapan Jane barusan.

Tapi lagi-lagi Jane diam. Menyadari hotel tempat mereka akan dinner sudah terlihat gedungnya. Melihat itu, Jeff membuka suara.

"It's oke Jane. Kau tidak perlu gugup. Dia yang harusnya gugup karena akan bertemu dengan gadis secantikmu."

"Aku tidak gugup."

"Tapi?"

"That's where aku dan Toby putus." Bisik Jane dengan suara yang nyaris tercekat. Sedang pikirannya, jauh kembali ke masalalu.

.

Beth dan Carl berjalan diikuti Jeff dan Jane yang saling bergandengan.
Mereka baru saja keluar dari elevator. Memasuki sebuah restaurant di lantai tertinggi hotel berbintang lima itu.

"Anda sudah reservasi tuan?" Tanya seorang karyawan yang berdiri dengan setelan rapi pada Carl.

"Oh tentu. Kami bersama tuan Sebastian."

addictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang