4

159 15 2
                                    

Seminggu berlalu setelah dinner waktu itu. Baik Jane atau Mark tidak bertemu atau saling berhubungan lagi. Dan beberapa menit lagi, pertunangan akan di adakan di sebuah rooftop salah satu hotel peninggalan orang tua Beth.

Jane terlihat manis dengan gaun slim berwarna putih yang dibelikan Mark. Rambutnya di biarkan terkepang manis dilengkapi sepotong bunga kecil berwarna senada. Duduk di depan sebuah cermin besar sedang Emily merapikan rambutnya. Emily, pacar Jeff btw.

"Kau pasti sangat gugup Jane." Ucap gadis itu.

"Kurasa semua gadis akan gugup saat akan bertunangan Em. Terlebih jika kalian tidak saling mencintai. Tidak mengenal sekalipun."

"Aku tau. Aku mendengar dari Jeff. Tapi kuharap, dia pria yang baik untukmu."

"Siapa? Mark?"

"Ya"

Jane tersenyum. "Untuk perusahaan, ya. Untukku? Em, nanti saat kau melihat kami berdiri bersama, kau akan langsung tau betapa tidak cocoknya kami."

"Aku sudah melihatnya tadi pas mereka datang. And girl, he's hot."

Tawa Jane pecah. Sayangnya dia setuju. Pria itu, Mark, dia memang cukup seksi. Waktu dinner, ealaupun rambutnya berantakan, Jane bisa melihat tubuh kokoh Mark yang biasanya hanya dia lihat pada pria-pria di majalah. Sayang saja dia terlalu dingin untuk ukuran hot guy.

"Hey kalian! Acara akan segera dimulai. Em, bisa kau bantu Jane bersiap-siap dengan kerapihannya?" Teriak Beth saat memasuki ruangan. "Aku terlalu gugup untuk membantunya," lanjut Beth.

"Mami, aku yang akan bertunangan. Bukan kau. Berhentilah gugup." Jane menenangkan.

"Justru karena kau yang akan bertunangab makanya aku sangat gugup. Kau anakku. Aku tidak bisa membayangkan kelakuan apa yg akan kau lakukan jika saja di tengah acara kau berubah pikiran?"

Mendengar itu sambil melihat maminya meneguk segelas wine dalam waktu singkat, hati Jane tergerak. Dia tau maminya tidak akan pernah setuju jika Jane menikah dengan pria jahat. Tapi dengan keputusan dadakan ini, jane akhirnya bisa sadar bahwa tidak hanya dia yang tidak menginginkan pertunangan ini. Maminya juga. Walaupun wanita itu tidak mengatakan secara gamblang.

Jane berdiri. Menghampiri wanita yang telah melahirkannya. Memeluknya.
"It's oke mami. Hanya sebuah pertunangan. Aku menolong papi, dan mungkin pria itu. Tidak hanya dia, aku menolong keluarga mereka."

Mendengar itu Bethhany terharu. Airmatanya menetes dipelukan anaknya.

"Maafkan mami dan papi harus melibatkanmu."

"Kau menyesal?"

"Atas? Menjodohkanmu?"

"Aha."

"Tidak."

"Why?"

"Ini sebenarnya seperti win win solutions sayang. Mami khawatir kau tidak bisa move on dari pria brengsek itu, dan memutuskan tidak akan menikah dengan siapapun. Dan itu mengerikan. Setidaknya jika menjodohkanmu, mami dan papi bisa sedikit tenang soal jodohmu."

Jane memutar matanya. Lagi dan lagi maminya membahas sesuatu mengenai hubungannya dengan seseorang di masa lalu.

"Aku sudah move on dari siapapun yang kau maksud. So stop mami!"

"Kau yakin?"

"Liat aku! Di sini, sebentar lagi akan menjadi tunangan seseorang!"

"Oh oke kau benar. Ah pokoknya mami love you my seaweed." Ucap Beth mengecup kening anaknya. "Acaranya akan dimulai, haruskah kita keluar?"

Jane mengangguk. Kemudian mengatur nafasnya.


.

"Malam ini, dengan segala kerendahan hati, saya ingin mengucapkan terima kasih untuk semua teman dan keluarga yang telah hadir di acara sederhana kami. Seperti yang sudah kalian baca di undangan, malam ini, aku dan sahabatku Carl, dengan resmi mengumumkan pertunangan kedua anak kami, Jane Carlstone dan Markle Bastian. Ku harap kalian semua bisa memberi restu kepada love bird kami itu. Mari kita bersulang, untuk Jane, dan Mark." Tutup Sebastian sambil mengangkat gelas winenya di udara, juga diikuti oleh seluruh tamu. Tanpa terkecuali, love bird yang baru saja dibicarakan. Yang berdiri di samping meja. Mark dengan setelan putihnya, dan tangan jane yang melingkar di lengannya.

"Sekarang mari kita ke acara intinya. Aku mempersilahkan Mr. Mark dan Ms. Jane." Ucap seorang eanita yang malam ini ditugaskan sebagai Mc.

Serentak, spotlight tiba-tiba diarahkan ke arah tempat Mark dan jane berdiri. Begitu pula pengiring musik yang tiba-tiba memainkan instruments lembut.
Jane tersentak, Mark tidak. Seperti sudah tau bagaimana jalan acara ini. Kemudian, sang mc memberi pria itu mic. Sedang semua mata, berpindah ke arah mereka berdua. Dan untuk pertama kalinya, malam ini, Mark menatap Jane. Tepat di mata.

"Ugh Akhirnya kita mendapatkan spothlight Jane," bisik mark pada Jane menggunakan mic, yang langsung mengundang tawa semua orang.

"Jane Carlstone. Seperti kalian, wanita di sampingku ini juga awalnya cukup asing buat ku." Ucap Mark memulai pidato lamarannya. "Seperti yang kalian ketahui bahwa selama ini aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun sebelumnya. Kuyakin beberapa dari kalian bahkan kaget mendengar acara pertunangan ini, trust me, aku juga. Aku tidak pernah membayangkan diriku melamar atau bahkan menikahi seseorang sebelumnya. But then I met her. This beautiful daughter of Mr. Carlstone. Man, kalian tidak pernah tau betapa aku kaget mendapati diriku sendiri begitu mengagumi seorang wanita selain my mommy. Tapi sesaat setelah aku melihat matanya, aku bisa langsung tau, kalaupun akhirnya aku akan menikah, my bride harus Jane atau tidak sama sekali. So, Jane Carlstone, aku tau ini terlalu cepat, but trust me, i cant spending more clocks imagining you will be with some man else, please, lemme ask you this question. Will you, marry me?"

Jane tercekat.
Begitupun beth, carl, jeff, emma, Sebastian dan jack juga semua tamu. Mereka berpikir acara ini hanya formalitas. Tidak akan ada adegan atau kalimat romantis di dalamnya.
But then Mark mengejutkan mereka semua.

Sadar seisi ruangan menunggu jawabannya, jane mencoba menyadarkan dirinya dari suasana apapun yang sedang berusaha mark ciptakan.

"No." Jane menjawabnya singkat.

"What?" Mark nyaris berteriak protes.

"No if there's no ring, and no if you are not on ur knee." Jane melanjutkan kalimatnya. Dia bisa melihat mark juga semua keluarga mereka bernafas lega.

"YEA GIVE HER THE RING MARK!" Teriak salah satu tamu memeriahkan acara. Juga diikuti seruan heboh para tamu yang tidak kalah semangat.

Mereka semua tertawa terlebih saat melihat mark duduk dengan bertumpu pada satu lutut sambil menggenggam sebuah cincin yang baru dia keluarkan dari saku.

"Jane, be mine." Ucap mark melamarnya sekali lagi. "Please."

Sebelum menjawab, Jane menyempatkan diri menatap orang tuanya kuga orang tua mark. Ekspresi mereka yang begitu penuh harap sontak menyentuh hati Jane.

"Im yours, Markle bastian."

.

Rooftop itu akhirnya penuh dengan sorak bahagia seluruh tamu saat melihat mark memasangkan sebuat cincin di salah satu jari Jane. Bahkan spotlight kini penuh dengan cahaya blitz dari beberapa wartawan yang turut diundang.

Hampir semua undangan bergantian menyalami Mark dan Jane. Hampir, kecuali satu orang yang tengah berdiri jauh di salah satu corner. Dengan tatapan hancur melihat pemandangan barusan, dan gelas wine yang nyaris dia pecahkan dalam genggamannya sendiri. Hm.

addictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang