Bahasa Indonesia

77 9 24
                                    

RedMonth-07th, 102.

Kota Baru, Indonesia.

Aku tampan. Cerdas, Jenius, tekun, berbakat, baik hati dan tidak sombong, serta rajin menabung. Aku di sukai semua orang karena keramahan, kedermawanan, dan daya tarik yang berasal dari kesucian hati abadi yang menyatu padu dengan ketampanan paling hakiki.

Tiada dua maupun tara. Tak ada yang dapat menandingi apa yang ada pada diriku dari segala sisi.

Aku juga hampir tidak memiliki celah dan cacat. Baik dari segi fisik ataupun mental. Aku juga terkenal sebagai sesosok manusia paling penyayang yang pernah ada.

Aku memberi makan orang-orang, hewan, dan juga makhluk halus. Semua dari mereka pun menempel padaku. Tanpa terkecuali.

Aku tak pernah pilih-pilih urusan makanan sehingga semua tetanggaku berbondong-bondong membawakanku masakan mereka 3 kali sehari. Sampai-sampai aku bisa membawa puluhan anak anjing dan kucing setiap siangnya untuk bersantap di halaman rumah yang luas.

Aku dikenal baik di antara kaum remaja dan populer di antara mereka. Orang-orang tua di sekitar tempat tinggalku pun membanggakanku. Anak-anak kecil juga mengagumiku layaknya pahlawan super. Tak lupa dengan para gadis yang selalu berusaha untuk mendapatkan hatiku.

Semua orang mempercayaiku dan sebagaimana aku, mereka mau melakukan apa saja untukku.

Tadi aku bilang bahwa aku ini nyaris sempurna bukan?. Oh, sebenarnya akulah wujud dari kesempurnaan jikalau dia tak pernah di ciptakan.

Dia adalah wujud dari kerendahan. Tak ada yang melebihi dirinya dalam skala kejelekan global dan kebusukan paling nyata.

Satu-satunya kelemahan sekaligus sumber masalah terbesar yang bisa muncul kapan saja dalam hidupku.

Sedikit cerita tentangnya, ia mampu bergerak lincah dan terbang dengan cepat. Wajahnya yang kelam menyiratkan kelicikan paling sempurna. Auranya penuh intimidasi super menjijikkan yang bahkan, orang sehebat diriku pun tak sanggup menghadapinya.

Ah, tidak. Aku tak takut pada jumlah pasukan tanpa batas di bawah bendera koloninya yang tak dapat di perkirakan. Aku juga tak gentar dengan gerakan-gerakan paling menggelikan yang di buatnya setiap dirinya mengusap rambut kepalanya.

Karena walau bagaimana pun juga, aku masih lebih unggul dari padanya. Baik dalam skala kecepatan, kekuatan, serta daya hancur.

Tidak, jangankan kau suruh aku menyebut namanya. Bahkan untuk sekadar mendengar gesekan kakinya di dekat wastafel cuci piring di samping kamar mandi belakang di dalam dapurku saja, aku tak akan sanggup.

Dialah alasan mimpi burukku. Yang acap kali membuatku membelalakkan mata kala malam tiba saat dirinya bergerilya di bawah kasurku sesuka hatinya.

Yang menyebabkan seluruh saraf dalam nadiku bergetar hebat begitu sosok busuknya itu muncul di balik pintu kamar mandi, entah dari mana.

Dialah.. —Oh Tuhan.., kumohon kuatkan aku saat menyebut namanya—satu-satunya kelemahan ku di dunia ini.

Dialah.., Kecoak.

Tak ada kata melainkan namanya yang begitu mampu mengguncang jiwa sebab akibat eksistensinya.

Seperti saat ini. Aku menyadarinya. Cukup dengan siluet tajam dari kedua antenanya, putaran sirkuit otak brilian ini mengirimkan sinyal siaga akhir ke sekujur tubuhku. Membuatku berdiri, bergetar, dan berdebar.

Sudah 5 halfmoon sejak terakhir kali baku hantam paling akbar terjadi di halaman belakang. Saat itu aku memutuskan untuk menggali ke sarang mereka dan menghanguskan seluruh koloni.

NEO: A Compilation of FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang