Pagi nya yaya sudah sampai disekolah sangat awal, bahkan bisa dihitung siswa dikelas nya masi 11 orang, biasanya dia datang sudah penuh.
Yaya mendudukkan dirinya di bangku yang selama ini mengisi hari harinya, dia menghela nafasnya kasar lalu memikirkan apa yang dia perbuat semalam. Rasanya waktu cepat berlalu
Yaya membuang nafasnya kasar "bego banget sih lo ya baru gitu aja lemah" yaya menertawai dirinya sendiri.
Dia mengambil ponselnya mengecek apakah ada pesan masuk atau tidak, hasilnya nothing.
Dirasa masi sepi, dan bel pun masi lama berbunyi, ia menidurkan kepala nya dimeja dan mulai memejamkan matanya.
🐣🐣🐣
Juna baru saja memasuki pekarangan parkir Garuda, ia sudah melihat teman teman nya nongkrong cantik diatas motor masing masing, juna memarkirkan motornya tepat disamping dimas, dia membuka helm fullface nya lalu ber high five dengan mereka, baru saja ia ingin ber tosan dengan dimas, dimas malah menatap nya dengan tajam bak elang.
"Pasti tiya uda cerita sama dimas" batin juja. Dan juna mengehembuskan nafasnya pelan
"Dim, gue bukannya mau nyaki-
Bugh
Bugh
Bugh
Baru saja juna ingin menjelaskannya dimas sudah menghajar juna habis habisan
"Itu buat lo yang pengecut jun"
Galih dan gilang langsung memisahkan mereka dengan memeluk dari belakang, dimas sangat membabi buta, dan gilang membantu juna berdiri.
"Lo pada kenapasi pagi pagi udah tebar pesona" ucap gilang
"Tau bego bener liat tuh diliatin cabe cabe pasar senen"
Juna tak peduli apa yang dikatakan kedua temannya yang ia takutkan bukanlah lagi dimas yang ingin mengahajarnya sekarang tapi yang ia takutkan tentang 'perasaannya'
"Jangan buat gue anggap lo bukan sababat gue jun, gue bukan ingin menuntut lo dengan perkataan lo dulu sama adek gue, tapi lo juga harus bersikap dewasa lo gaboleh egois juna" dimas langsung pergi dari hadapan ketiganya
Dan juna hanya menghembuskan nafasnya kasar, dia bingung sekarang.
"Tiya jun?" Tanya galih
Juna hanya mengangguk lemah, galih dan gilang tersenyum maklum
"Gue salah suka sama yaya?"
Seketika galih dan gilang membulatkan matanya, apa apaan juna ini, wah gila.
"Lo gila ato mabok jun?"
"Pantes dimas ngehajar lo" ketus galih
"Rasa ga dibisa dipaksa lang, lih. Gue gaada maksud apapun dulu" juna menekan kata dulu.
"Tapi lo harus ingat sama perkataan lo dulu jun, itu yang buat tiya sampek sekarang berharap terus sama lo, dan lo juga seakan akan ngeberi dia harapan jun" ucap galih
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHAYA
General FictionTidak ada artinya jika berjuang tanpa mencintai. Sama halnya dengan kau mencintai orang itu tapi kasih sayang mu kau beri pada orang lain, tak pernahkah kau memikirkan bagaimana perasaan nya? Apakah mungkin kau sengaja membuat ini semua? Agar ia ter...