Bab 13

15.1K 1.2K 138
                                    

Sudah satu Minggu Inara di kampung. Rasa rindu sudah membuncah di hatinya. Ternyata begini ya, rasanya rindu. Tapi, apakah suaminya merindukan dirinya?

"Inara!" Seru Royati dari luar. Inara langsung membuka pintu dan menghampiri Royati. Langkahnya langsung terhenti saat melihat siapa yang ada di hadapannya. Bayu.
Ia terlihat tampan dengan kemeja hitam dan celana jeans. Di tambah senyum yang terukir di wajahnya.

"Mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas...."
"Apa kabar, Inara?" Tanyanya. Inara mengangguk dan menjawab baik. Royati menyenggol bahu Inara. Mengisyaratkan Inara untuk mencium punggung tangan sang suami. Dengan ragu Inara berjalan mendekat dan mengambil tangan kanan Bayu. Ia kecup dua kali dengan khidmat. Bayu mengusap kepala Inara.

Royati yang melihat itu langsung senang bukan main. Setidaknya Bayu memperlakukan Inara dengan baik.
"Ajak suamimu istirahat di kamar. Pasti ia lelah, berjam-jam di mobil." Inara mengangguk dan mengajak Bayu masuk ke dalam kamar.

"Aku istirahat dulu, Mak."
"Ya-ya. Istirahatlah." Royati melihat punggung keduanya yang nampak sama-sama kaku. Benar-benar lucu sekali.

🍁🍁🍁

Kembali hening. Tak ada percakapan. Inara sampai bingung harus apa agar tak sepi seperti ini. Sementara Bayu, hanya duduk dan bermain ponsel. Tak melirik sama sekali. Padahal Inara begitu rindu dengan Bayu.  Akhirnya Inara memilih untuk keluar. Ia pun bangun dari duduknya. Namun, saat baru ingin melangkah, jemarinya di genggam oleh Bayu. Membuat Inara tersentak.

"Mbak." Bayu menarik nafas dalam. Ia bangun dan memeluk Inara dari belakang. Inara melotot. Jantungnya sudah tak karuan bunyinya. Darahnya seakan habis tersedot. Membuat tubuhnya lemas.

"Hari ini, Mbak, pulang, kan?" Kepala Bayu ia tempelkan di puncak kepala Inara. Inara pun mengangguk. Bayu tersenyum kecil dan mengecup puncak kepala Inara sebelum ia melepas pelukannya.

"Mbak, Bayu, laper." Inara melotot dan langsung minta maaf. Bayu terkekeh.
"Aku laper. Kenapa mbak minta maaf?"
"Soalnya, aku lupa nawarin makan."
"Nggak apa-apa. Yuk, keluar."
"Keluar?"
"Iya, aku mau makan di luar, temenin ya." Inara pun mengiyakan. Bayu sekali lagi memeluk Inara dan bersiap untuk keluar.

Bayu memperhatikan Inara yang memakai cadarnya. Ternyata jika di lihat secara langsung cara ia pakai cadar. Kecantikan Inara tak pudar walau sudah di tutup.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aisyah Ayudia Inara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang