Bab 10

15.4K 1.2K 106
                                    

Sepanjang acara baik Inara mau pun Bayu tak pernah bicara. Bayu benar-benar sibuk dengan teman-temannya. Inara memang di perkenalkan sebagai seorang istri. Namun, ia langsung di lupakan begitu saja oleh Bayu.

Inara duduk di pojok ruangan dengan cemilan dan jus di depannya. Tapi, percuma. Karena Inara tak berminat untuk menyantap makanan itu. Hingga seorang pria bule menghampiri Inara.

"Hallo, Inara, right?" Inara mengangguk. Bule itu menjulurkan tangannya. Namun, Inara langsung menangkupkan kedua tangannya di dada. Bule itu terkekeh. Lalu ia duduk di samping Inara. Berjarak satu meja kecil.

"Are you really wife, Bayu?" Inara menatap bule itu sekilas lalu mengangguk. Bule itu nampak terkekeh dan mengetuk-ngetuk meja. Inara merasa tak nyaman dekat dengan bule ini.
"Excuse me, I have to go," ucap Inara yang hendak pergi.

"Hey, wait!" Inara tersentak saat pergelangan tangannya di cengkram olehnya. Inara langsung menarik lengannya. Namun, bule itu semakin kuat mencengkram.
"Please, don't touch me!" Sentak Inara kesal. Bule itu bukannya merasa bersalah, ia justru terkekeh melihat Inara yang nampak sangat kesal.

"Kamu, cantik juga kalau marah?" Godanya dengan bahasa Indonesia yang masih belepotan bicaranya.
"Please, lepaskan saya." Inara sudah kesakitan lengannya. Apalagi tangan bule itu sangat besar dan jemarinya panjang.
"Kenapa sih? Saya suka lihat kok, banyak wanita tertutup seperti kamu yang jadi pelacur." Inara melotot tak percaya dengan apa yang barusan bule itu katakan.

"Kenapa? Nggak percaya?" Inara mendengus dan berusaha melepas tangannya lagi. Hingga tangannya benar-benar terasa sakit. Air matanya hampir menetes karena ia merasa di permalukan. Padahal ini adalah pesta suaminya. Tapi, justru dirinyalah yang di lecehkan di sini. Apakah semua anak muda jaman sekarang seperti ini? Sebrutal ini? Di mana keimanan mereka?

Inara terlalu takut. Ia takut keluar rumah jika seperti ini. Inikah teman-teman Bayu di tempatnya menimba ilmu?

Bule itu hendak membuka cadar Inara. Inara melotot dan berkali-kali menepis tangan besar itu. Namun, si bule tetap berusaha membuka cadar Inara.

"Jangan, tolong. Hanya suami yang boleh melihat wajah saya." Bule itu terkekeh. Membuat beberapa bule dan kawan Bayu mendekat karena penasaran. Jarak Bayu memang agak jauh, hingga tak tau apa yang terjadi dengan Inara.

Inara sudah sangat panik. Ia tak menyangka pesta yang diadakan suaminya justru berakhir tragis seperti ini. Manusia macam apa mereka? Padahal Inara adalah istri dari sahabat mereka. Kenapa mereka tak menghargai Inara sama sekali.

Wajah ini tersingkap. Inara langsung menunduk sedalamnya. Air matanya sudah menetes. Ini sudah benar-benar keterlaluan. Bahkan kini, kedua tangannya di cengkram dua pria. Inara bagai wanita tak punya harga diri sama sekali. Demi Allah, Inara membenci mereka.

"BAYU!!!!!" Inara berteriak dengan kencangnya membuat mereka panik bukan main. Bayu yang mendengar namanya di teriakan langsung lari ke arah Inara.

Inara menangis dalam diam. Wajahnya masih tertunduk. Semua teman Bayu sudah menyingkir, menghilang sebelum Bayu murka.

"Mbak, mbak, kenapa?" Inara menatap Bayu dengan air mata yang mengalir. Bayu shock melihat Inara tanpa cadar. Kecantikan Inara semakin bertambah saat air mata membasahi wajahnya.

Oh, sial! Bukan saatnya. Bayu mengusap air mata Inara dan langsung memasang kembali cadarnya. Ia peluk Inara dalam dekapannya beberapa saat.
"Siapa yang buat mbak, sampai seperti ini?" Kedua mata Bayu sudah nyalang. Ia marah, marah besar jika ada sahabatnya yang berlaku kurang ajar, terlebih terhadap istrinya!

"Aku mau pulang," rengek Inara. Ia sudah tak punya muka di sini. Ia malu. Sangat malu. Pastilah mereka sudah melihat wajah Inara.
"Bilang dulu, Mbak. Siapa yang buat mbak sampai seperti ini?"
"Bay, ada apa?" Salah seorang teman Bayu mendatangi mereka.
Untung saja Inara sudah pakai kembali cadarnya.
"Aku akan ceritakan nanti. Aku antar istriku pulang dulu."

Bayu memeluk Inara dari samping dan berjalan menuju parkiran. Sebelum mereka benar-benar pergi. Bayu sempat memperhatikan setiap teman yang datang ke pesta. Wajah mereka tegang semua. Mereka tau, jika, Bayu, sudah marah. Neraka bagi mereka.

"AKU AKAN MENEMUKAN KALIAN, BRENGSEK!"

🍁🍁🍁

Inara masih saja diam di kamarnya. Bayu tak tahu lagi harus bagaimana untuk menenangkan Inara. Untuk membuat Inara mau bicara. Bayu hanya duduk di samping Inara tanpa berani bicara sepatah kata pun.

Bayu bangun lalu duduk lagi. Bangun dan duduk lagi. Ia gelisah. Tapi, ia tak bisa meninggalkan Inara sendiri di rumah dalam kondisi seperti ini.

Bayu benar-benar tak menyangka ada sahabatnya yang begitu tega berlaku kurang ajar pada Inara. Istrinya.

Tunggu, jangan-jangan itu adalah James. James adalah teman Bayu yang dulu sempat ribut karena gadis yang di taksirnya lebih menyukai Bayu dibandingkan dirinya. James marah besar karena masalah itu. Padahal Bayu tak pernah menyukai gadis itu. Namun, James tetap ngotot jika itu semua karena Bayu yang suka tebar pesona.

Bayu kembali bangun dari duduknya dan kali ini ia sudah mengambil keputusan. Ia akan menemui James dan bicara 'baik-baik'.

Bayu jongkok di hadapan Inara. Inara menatap Bayu heran.
"Aku pergi dulu ya, Mbak." Bayu menghapus air mata Inara.
"Jangan nangis terus, Mbak. Aku nggak kuat lihatnya." Inara menghapus air matanya dan mencoba beristighfar banyak-banyak.

Bayu tersenyum dan mengusap wajah Inara dengan lembut.
"Mbak, nggak apa-apa kan, aku tinggal keluar?"
"Mau ke mana?"
"Aku ada urusan sebentar."
"Bukan cari teman mu kan?" Bayu diam. Haruskah ia jujur?

"Kalau iya, jangan. Aku mohon. Aku nggak mau kamu bertengkar karena aku. Ini salahku juga yang tidak bisa jaga diri. Terlalu lemah. Maaf."
Bayu yang melihat Inara seperti itu langsung memeluk tubuhnya. Inara tersentak dibuatnya. Jantungnya berdetak kencang sekali.

"Maaf, Mbak. Padahal, Mbak, istriku. Tapi aku nggak bisa jaga, Mbak. Maaf ya, Mbak." Bayu nampak benar-benar menyesal. Di tambah yang melakukan itu semua adalah sahabatnya.

Inara menggigit bibir bawahnya. Ia memberanikan diri menyentuh kepala Bayu dan mengusapnya. Bayu kini yang tersentak. Ia tak sangka, jika hanya karena usapan saja mampu membuatnya senyaman ini.

Bayu memejamkan matanya menikmati sentuhan Inara.

🍁🍁🍁

Bayu terbangun dengan tubuh bugar. Ia tak sangka bisa tidur senyenyak ini. Ia melirik ke samping. Inara masih tidur dengan lelapnya. Bayu tersenyum mengingat semalam. Bukannya Bayu yang menenangkan Inara, justru Inara yang menenangkan dirinya.

Hingga mereka sampai tertidur. Lucu sekali. Bayu memiringkan tubuhnya dan menatap wajah cantik Inara yang tidur pulas. Nafas teratur Inara membuat nyaman Bayu yang melihatnya.

Tanpa sadar, Bayu mengusap bibir Inara. Dan hendak mengecupnya. Namun, begitu sampai. Bayu langsung tersentak dan buru-buru pergi dari kamar Inara.

Ia meremas dadanya. Jantungnya mendadak sakit karena detaknya terlalu cepat. Wajahnya pasti merah sekarang. Bayu mengusap bibirnya. Hanya seperkian detik. Tapi, itu ciuman pertama Bayu. Bayu merosot ke lantai. Ia bersandar di pintu kamar Inara.

Ia merasa sangat bersalah pada Inara. Ia harus minta maaf. Tapi, apa Bayu sanggup cerita jika ia sudah mencium bibir Inara?

Bayu langsung malu lagi. Ia buru-buru bangun dan turun dari lantai dua. Ia masuk ke dalam kamarnya dan mandi.

Aisyah Ayudia Inara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang